Selasa, 02 Agustus 2011

Wait -Short Story-

Eoddeokajyo baraman boneyo
JJareun insa jocha geonnaelsuga eopneyo
Siridorok chagaun nae son jabajujiman
Ijeneun geuman bonaeya hajyo
Eoddeokajyo meoleojyeo ganeyo
Gaseumgadeuk nunmulman chaoneyo
Aesseo gamchwobwado meomchulsuga eopseoyo
Ggeutnae japji motan imameul eoddeokanayo Saranghaetdeon
geu gieogeun noji malayo Dasi utge hae jul dareun saram mannado
Apeun ibyeolggajido geudaera dahaengijyo
Seulpeun nunmul mowaseo annyeong Amugeotdo haejunge

eopneyo Motnagedo sangcheoman namgyeotneyo
Byeonaegan mam jocha gamssa anajun saram Ije bonaeya
hal geudaereul eoddeokanayo Saranghaetdeon
geu gieogeun noji malayo Dasi utge hae jul dareun
saram mannado Apeun ibyeolggajido geudaera dahaengijyo
Sumi meojeulmankeum apawa nunmul heulleodo
Haengbokaetddeon geu gieogeun noji malayo
Dasi utge hae jul dareun saram mannado Apeun
ibyeoggaji geudaera dahaengijyo Datji mot tal nae saram
ijen bonaeya hajyo Ojik nareul utge hal saran
gedaebbuningeol Sarangi gipeojyeo maeumi apawado
Haengbokaetddeon geu gieogeun noji malayo
Dasi utge hae jul dareunsaram mannado Apeun
ibyeoggaji geudaera dahaengijyo Seulpeun nunmul mowaseo naega hal su itneun il annyeong

(Jang Geun Seok-Good Bye)



Lagu yang diputar salah satu dari segerombol cewe yang menduduki meja tak jauh dari mejaku. Lagu Korea itu tak asing untukku. Berjuta juta kali aku mendengarnya. Bahkan sampai aku hapal nada-nadanya walau aku sama sekali tak menyukai lagu lagu itu. Bagaimana tidak, Shilla, kekasihku sangat menggemari segala hal berbau korea. Termasuk lagu yang dibawakan aktor tampan pemeran Hwang Tae Kyung dalam serial Youre Beautiful (kata Shilla) tersebut.

Terakhir kali aku mendengar Shilla memutar lagu Korea sekitar seminggu yang lalu. Sebelum kami bertengkat tentunya. Aku kurang menyukai tingkahnya yang terlalu sering menyamakanku dengan artis atau idola Koreanya. Aku ya Aku. Aku enggan disamakan dengan siapapun walau orang tersebut lebih baik dariku. Terkadang aku berfikir, jangan jangan Shilla menerimaku hanya karena wajahku-yang sebagian orang bilang-cukup korean.

Kegundahanku selalu dijawab Shilla dengan nada enteng. “Kalo aku bisa, aku udah cari cowo orang Korea asli. Bukan kamu. percaya sama aku Vin, aku sayang sama kamu”

Jawaban itulah yang selama ini aku pegang. Aku anggap sebagai janjinya untuk tak meninggalkanku.

Alunan lagu Korea dari handphone segerombol gadis gadis itu mati. Aku menoleh. Mereka tampak berkemas untuk beranjak. Benar saja, tak lama mereka berdiri dan pergi. Padahal aku datang lebih dulu dibanding mereka. Apa aku sudah terlalu lama disini ?

Untuk kesekian kalinya, aku melirik jam ditanganku. 2,5 jam yang lalu aku mendatangi café ini. Freshcoft café. Adalah café favoritku dengan Shilla. Tempat pertama aku membawanya di firstdate kami. tempat aku menyatakan cintaku padanya. Tempat aku berdebat dengannya. Tempat dimana segala kegundahan kutumpahkan disini, di kursi ini, di meja ini, dan..di café ini.

Mana Shilla ? kutolehkan kepala menghadap pintu masuk. Tak ada tanda tanda kedatangannya. Aku meraih ponsel. Membongkar list contact, dan menekan tombol ber-ikon telepon. Lalu kudekatkan ponselku ke telinga.

“Hallo, dimana kamu ?” tanyaku keras sesaat setelah mendengar suara telpon diangkat.

“OTW sayang , maaf ya..tadi aku nge-drop mama dulu dirumah Tante Susan. Bentar lagi aku sampe. Udah ya, batere aku low. Bye muaach” klik ! telpon terputus.

Aku menghela nafas. Benar kata orang. menunggu adalah pekerjaan paling membosankan di dunia. Kecuali jika sosok itu ada disini bersamaku. Menemaniku menunggu, tentu aku tak sebosan ini. ya, siapa lagi kalau bukan…Shilla.

Aku mengenalnya hampir separuh usiaku. Um..sekitar 11 tahun aku masuk ke kehidupannya. Keluargaku pindah ke Jakarta saat aku berumur 8 tahun. Kebetulan Shilla yang menjadi tetanggaku. Aku ingat sekali, saat Shilla yang kala itu masih bocah, tanpa rasa dosa bermain air di selokan depan kompleks. Katanya asik, Ia sama sekali tak memandang jijik air got itu. Ka Riko, kaka Shilla satu satunya langsung menggeret Shilla dari selokan tersebut. Dan memarahinya sepanjang perjalanan pulang. Bocah itu hanya mengecurutkan bibirnya. Dan disaat ka Riko menghadap kearah lain, Shilla menjulurkan lidahnya dan membelokan matanya kearah Riko. Haha dasar bandel !

Sejak dulu aku tertarik padanya. Shilla. Adalah gadis periang dan pemberani menurutku. Ia tak segan segan berbicara apa yang terlintas dibenaknya. Tak peduli ada orang atau tidak. aku suka setiap Ia mengerucutkan bibirnya jika dimarahi guru atau orang yang lebih tua darinya. Aku gemar melihat kedua bola mata bening miliknya. Aku senang melihat gaya kekanakannya walau Ia bukan anak anak lagi. aku merasa sangat nyaman berada disampingnya.

Entah apa namanya, aku mulai mengetahui perasaanku padanya saat kami duduk dibangku kelas 2 SMP. Saat itu Ia berpacaran dengan Cakka, siswa berprestasi yang merupakan ketua Tim basket. Aku tak tau definisi cemburu kala itu. namun yang aku tau pasti, hatiku serasa terbakar melihat Shilla lebih memilih pulang naik angkot bersama Cakka ketimbang membonceng sepeda bersamaku, seperti biasanya. Dikala aku mulai pasrah melepas Shilla, Shilla datang padaku. Ia bertutur bahwa Cakka memutuskannya dikarenakan telah memiliki pengganti Shilla. Pengganti yang jauh lebih cantik darinya, katanya waktu itu. saat itupun aku merasakan sesuatu yang aneh. Belum pernah aku semarah ini. dan aku yakin hanya dengan menemui Cakka, kemarahanku bisa surut. Detik itu juga aku berlari menyusul Cakka, dilapangan basket. Tanganku mengepal. Begitu bertemu wajah, tanpa basa basi aku langsung menghajarnya. Hingga aku masuk BK dan di skors selama 3 hari.

Tanpa kusadari, semua yang kulakukan hanya untuk membalas sakit hati Shilla pada Cakka. Aku tak peduli akan hukuman atau skorsing apalah. Yang aku tau, aku mulai menyukai Shilla. Dengan yakin, aku memastikan diriku telah jatuh cinta padanya.

Kami beranjak dewasa dan makin mengerti apa itu cinta, cemburu, kasih sayang, perhatian, dan lain sebagainya. Aku dan Shilla berbeda sekolah. Ia masuk sekola kejuruan khusus perempuan. Sementara aku masuk SMA biasa. Setidaknya aku lebih tenang mengetahui Shilla berada disekolah khusus perempuan. Itu artinya, intensitas perkenalannya dengan lelaki sedikit berkurang.

Pasti. Kala aku berkunjung ke rumahnya, pasti Shilla tengah menonton drama korea. Entah itu DVD yang baru dibelinya, serial korea terbaru, bahkan serial yang telah diulang beribu kalipun tetap Shilla tonton. Pernah aku berkomentar kala gadis itu tengah menonton drama korea ‘My Girl’.

“halah, itu kan udah diulang beribu kali. Ngapain nonton lagi. kalo aku mah ogah” cibirku sambil ikut menyelonjorkan kaki dan duduk lesehan disampingnya. Shilla menatapku sinis.

“Ih selera ya..kamu mah ga punya selera. Liat tuh, ganteng ganteng kan yang maen ? apalagi dia tuh..” Shilla menunjuk seorang aktor-aku tak tau namanya siapa-dan dengan penuh antusias, Ia berkomentar :

“Dia..namanya Lee Dong Wook. Mirip kamu ya Vin” refleks aku menoleh kearah yang tengah ditunjuk Shilla. Aku tersenyum mendengar ocehan jujurnya. Merasa gemas, aku acak acak rambutnya. Dibalas dengan muka cemberutnya.

Apin ah..aku lagi konsen liat TV. Jangan ganggu deh” Shilla kembali memfokuskan matanya ke layar kaca.

Aku rindu semuanya. Aku rindu saat Ia memukul atau mencubit lenganku setiap aku mengejek hobinya yang suka mengoleksi DVD jadul drama/serial/film korea. Tapi apapun yang Ia lakukan, tak akan merubah adanya bahwa aku mencintainya.

Aku memberanikan diri menyatakan cinta padanya di malam promnite. Tanpa sungkan aku mengajaknya sebagai pasangan dansaku. Singkatnya kami terpilih sebagai King and Queen of promnite. Aku mengantarnya pulang. Sedetik setelah Shilla turun dari mobilku, aku menyusulnya. Lalu menyatakan apa yang ada dalam hatiku. Bukan lewat perkataan, akan tetapi kuselipkan secarik kertas pada tasnya. Aku berpesan agar Shilla membukanya setelah sampai di dalam rumah. Kertas bertuliskan “당신을 사랑합니다...”

Catatan : perlu perjuangan keras untuk mendapatkan tulisan ‘I love U’ dalam wujud tulisan hangul.

Aku tepat memasuki kamarku saat Shilla menelponku. “I Love you to..have a nice dream ya sayang”

Beberapa patah kata yang Shilla ucapkan mampu mengubah drastis status kami.

Hmm..sudah jam berapa ini ? hampir 3 jam aku berada di café. Mana Shilla ? hari ini adalah 2anniv kami. Seharusnya Ia tak telat. Karena aku juga ingin menyelesaikan permasalahan diantara kami. ujung dari pertengkaran kecil kami sekitar seminggu yang lalu. Saat Shilla membanding bandingkan aku dengan idola barunya, Kim Hyun Joong. Sudah aku tegaskan aku ya aku. Alvin Jonathan, bukan idola mata sipitnya.

“STOP SHILL ! KALO KAMU MASIH MAU NYAMAIN AKU SAMA MEREKA, MENDING KITA PUTUS !” aku tau bentakanku terlalu keras hingga membuatnya tersinggung dan menangis. aku sadar dan meminta maaf padanya. Tapi tak kunjung mendapat respon positif dari Shilla. Bodohnya aku, seharusnya aku tau Shilla paling tak suka dibentak. Dan sekarang adalah waktu semestinya aku meminta maaf dan memperbaiki semua. Tapi Shilla tak kunjung datang. Kuurungkan niat untuk menelponnya , mengingat terakhir Shilla bilang bahwa batere ponselnya low.

“Alvin !” sebuah suara memanggilku, refleks aku menoleh. Berharap itu Shilla. Fuh..ternyata bukan.

“Sivia ? sendirian ?” sekilas, gadis itu tampak seperti gadis chinese. Matanya yang sipit, rambut panjang hitam kekal, dan kulit putih mulusnya. Sivia adalah kekasih sahabat dekatku, Rio.

Aku mengangguk. “Nungguin Shilla Vi. Loe sendirian juga ?”

Sivia mengangguk. “Gue duduk sini ya. boring di rumah. Makanya gue kesini. Rio lagi futsalan sama Iel cs. Males gue kesana. Cuma bengong kaya bolang alias bocah ilang”

Aku tersenyum geli mendengar ocehan kekasih Rio yang terkenal bawel ini. Sivia satu sekolah denganku dulu. namun cukup mengenal Shilla karna kami sering ber-doube date.
“Kecelakaan maut kembali terjadi” pemilik café membesarkan volume LCD TV yang terpajang pada salah satu sudut café. Aku dan Sivia menoleh, memperhatikan apa berita yang membuat si pemilik café begitu antusias. Kecelakaan lalu lintas rupanya. Latar lokasi si penyiar tepat berada di depan orang yang berlalu lalang, mengerumuni si korban. Aku lihat sekilas mobil si pengemudi hancur. Pasti luka parah.

“… Kini menimpa sebuah mobil Honda Jazz berwarna….”

PRANG ! aku tak sempat mendengarkan ciri ciri yang disebut sang penyiar karna seorang pelayan menumpahkan nampan berisi gelas dan piring didekatku. Refleks aku membungkuk dan membantu si pelayan.
“….dipastikan sang korban tewas ditempat. Nama korban adalah…”

Ringtone ponselku berbunyi. Ada panggilan masuk. Aku menyernyitkan dahi saat melihat nomor yang terpampang pada layar ponselku.
Ashilla Calling..

Koreksi aku jika aku keliru. Bukankah tadi Shilla mengatakan handphone-nya lowbatt ? mengapa sekarang Ia malah menelpon ? aku ingat, sudah terlalu lama aku menunggunya. Mungkin Ia menelpon hendak menyampaikan sesuatu. Tanpa basa basi lagi, segera aku mengangkatnya.

“Halo Shil ? kamu dimana ?” tanyaku.

“Vin..maaf ya aku ngga bisa dateng. Aku sakit..” suara Shilla terdengar sangat lemah dan parau. Rada panik aku mendengarnya.

“Sakit ? yaudah ngga usah dateng ngga papa. Biar aku ke rumah kamu ya” tawarku.

“Jangan Vin..ga usah. Aku Cuma butuh istirahat aja. Nanti kalo udah waktunya, aku yang bakal pergi nemuin kamu”

“Tap…” tuuuuuttt…terdengar panjang. Menandakan sambungan telpon telah terputus. Aku merasa ganjil. Terlalu aneh dan mendadak. Entah, firasatku bertambah buruk saat Sivia menatapku kosong. wajahnya berduka.

“Sori Vi, gue tinggal dulu ya..” tanpa menunggu respon-nya, segera kutinggalkan Sivia sendiri. aku harus pergi menemui Shilla.


_^^_

Aku mengurungkan niat pergi ke rumah Shilla. Aku ingin Ia beristirahat total untuk kesembuhannya.

Keesokan paginya, aku bersiap siap pergi ke rumah Shilla. Mungkin keadaannya sudah rada baikan. Tiba tiba ponselku berdering. Panggilan masuk dari Rio. ada apa Rio menelpon ?

“Halo ? kenapa Yo ?” tanyaku setengah berteriak. Karna diluar hujan deras, aku tak begitu bisa mendengar ucapannya. Aku sendiri heran, tak biasanya pagi ini hujan deras.

“#^&%$#$#^&!!”

“Apaan Yo ? gue ngga denger ??!!” teriakku sambil berjalan menuju jendela. Walau bising suara hujan, tapi aku masih bisa mendengar suara bel berbunyi. Aku terus berusaha mendengar omongan Rio sambil membukakan pintu.

“Shilla ?” pekikku saat melihat Shilla tengah berdiri didepan pintu rumahku dalam keadaan basah kuyup.

“Yo, loe telpon nanti lagi ya. ada Shilla nih. Bye” aku menutup telpon Rio.

“Sayang kamu ngapain kesini ujan ujanan pula ? bukannya kamu lagi sakit ?” aku membawa Shilla masuk. Mukanya pucat, Ia menggigil. Shilla menatapku dalam, lalu memelukku. Aku tak tau apa maksudnya.

“Kan kemaren aku bilang, kalo udah waktunya pasti aku pergi nemuin kamu” ucapnya.

“Ck tapi ngga perlu ujan-ujanan kaya gini kan ? nanti kamu tambah sakit. Ayook, aku anter kamu ke kamar Acha. Aku pinjemin baju adikku biar kamu ngga masuk angin” suruhku. Shilla menurut.

Aku menunggu Shilla di ruang keluarga. Hujan mulai reda. Ponsel yang tengah kugenggam kembali berdering.

“Kenapa Yo ?”

“Vin, serius loe lagi sama Shilla ?” nada suara Rio nampak panik.

“Iya. Dia kesini tadi. nih lagi gue suruh ganti baju dikamarnya Acha. Kenapa emang Yo ?”

“Vin, cewe gue mau ngomong sama loe” tak lama, suara Rio telah berganti dengan suara perempuan.

“Halo Vin, loe harus tau sebenernya”

“Maksud loe apa Vi ?”

“Loe inget berita kecelakaan yang kita liat pas di café ? itu adalah mobilnya Shilla. Shilla tewas dalam kecelakaan itu Vin. Pas gue mau ngomong sama loe, loe malah keburu pergi” cerocos Via.

Jantungku serasa mau copot. Ngga mungkin.

“Vi..jangan becanda deh. Jelas jelas tuh Shilla lagi sama gue. ck ngarang loe” aku mencoba menanggapinya biasa. Walaupun hatiku tak karuan rasanya.

“Gue ngga becanda Vin. Kalo loe ngga percaya, telpon rumahnya Shilla sekarang !” Sivia menutup telponnya untuk membiarkanku menelpon ke kediaman Shilla.

“Halo bik, Shilla nya ada ?” tanyaku setelah telpon diangkat.

“…..”

“Bik ?”

“hhhh..” tiba tiba terdengar suara isakan diseberang.

“Bik ? bibik kenapa ? mana Shilla ?”

“Non Shilla…”

Secepatnya aku berlari menuju kamar Acha dilantai atas. Tanpa membuang waktu, langsung kubuka pintu kamar adik perempuanku. Dan…

KOSONG.

_^^_

“Vin…Vin..bangun dong sayang ??” sesuatu mengguncang-guncang pundakku. Pening rasanya tertidur dalam keadaan duduk. Aku mengucek mata dan menyadari siapa yang membangunkanku.

“Shilla ?” sontak aku langsung memeluknya. Masih terekam jelas bagaimana mimpi buruk itu terjadi dalam tidurku tadi. aku tak ingin kehilangan Shilla. Walau Cuma mimpi, tapi cukup membuatku jantungan.

“Hei..kenapa ? maaf ya aku telat. Macet soalnya. Hehe saking lamanya kamu sampe ketiduran dicafe. Untung ngga diusir sama manager café. Hehe”


1.5 jam kuhabiskan untuk menyelesaikan masalah kami di café tersebut. Aku dan Shilla beranjak. Shilla memintaku untuk menemaninya belanja keperluan harian di minimarket seberang jalan.

“Shil, kamu nyebrang dulu deh ya. aku mau ambil rokok di mobil” suruhku. Shilla mengangguk. Aku beralih ke mobilku. Setengah badanku memasuki mobil. Mencari cari kotak kecil yang tengah kucari.

“Arrrrggghhh !!”

BRAAKKK !

Lengkingan suara disertai suara gemuruh membuatku refleks keluar mobil untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Orang orang sudah ramai mengerubungi jalan. Ya Tuhan…jangan sampai..

Dengan takut takut aku mendekat kearah kerumunan itu. berusaha mencuri pandang akan apa yang ada ditengah kerumunan tersebut.

DEG..

Aku tak pernah berharap, mimpi jadi kenyataan…

-TAMAT-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar