Selasa, 02 Agustus 2011

Magentha 2 (Keabadian Cinta dalam Persahabatan) -Part 12 (Agni)-

PART 12 AGNI P.O.V

Sepulang dari mengantar Zevana, magentha berpisah. Gue ngga langsung pulang melainkan menuju suatu tempat yang menyimpan satu kenangan indah gue dengannya. Udah lama gue pengen kesana. Baru sekarang aja gue sempet.

Rumah Sakit Jiwa Purnama Kasih.

Tempat dia dirawat.

Dulu.

“eh nak Agni…gimana kabarnya nak ?? lama ngga kesini” sambut Bu salma kala gue mendatangi ruangannya.

Gue tersenyum masam. “Baik Bu. Maaf kalo saya baru kesini. Akhir akhir ini sibuk ngurusin kuliah di tahun pertama”

“Iya, ibu maklumi nak. Ayo sini duduk” bu salma meminta gue duduk di sofa yang ada disitu. Namun gue tolak. Tujuan gue ke tempat ini bukanlah untuk ngobrol ngobrol santai pemegang RSJ itu, melainkan punya tujuan lain.

“Ngga usah Bu. Saya punya tujuan lain” ucap gue seraya keluar dari ruangan Bu Salma.


Gue berjalan mengikuti arah kaki membawa raga gue. sepanjang koridor, puluhan manusia ‘ajaib’ masih ada disitu. Bibir gue mengulas senyum tipis. Inget dulu, pas pertama kali gue kesini. Bisa dibilang gue memandang rendah dan aneh orang orang ‘sakit’ itu. tapi sekarang, gue bisa memandang mereka sederajat dengan gue. Cuma bedanya mereka lagi ‘sakit’ aja.

Perempuan berpita warna warni itu, masih berada di RSJ ini sedang terduduk menyandar di beton penyangga RSJ dengan tangan menggendong boneka. Pikiran gue kembali ke masa dulu. Saat dia nolong gue pas dijambak cewe berpita itu. dia marah. Ya, pertama kalinya dia bersikap baik ke gue. yang begitu mengenang disini. Di hati dan pikiran gue.

Selanjutnya gue berjalan ke taman belakang. Disana ada kolam ikan. Kolam itu ngga berubah meski udah sekitar 8 bulan ‘sang pemilik’ tinggalkan. Gue mendekat, lalu duduk di pinggir kolam dengan mencelupkan sebagian kaki gue didalamnya. Hmmm…sejuk. Tangan gue ngga berhenti mengoyak permukaan kolam.

Gue pejamkan mata ini. lagi lagi gue tersenyum. Membayangkan semua yang pernah terjadi di kolam ini.

Dulu.

Segala tawa, amarah, kekompakan, kenelangsaan pernah gue alami disini. Dengannya yang pasti. Saat gue didorong olehnya hingga tercebur ke kolam ini. gue inget, saat itu gue bukannya marah malah semakin penasaran. Satu keinginan gue sejak itu, gue pengen deket sama dia. Semakin deket.

Gue inget pas dia memangku gitar dan memetiknya asal asalan. Gue tersenyum geli kala itu. lalu gue ambil alihkan gitarnya. Dan mencoba memainkannya dengan ditemani sebuah lagu indah yang enak didengar telinga.

Gue mendekat, lalu duduk di pinggir kolam dengan mencelupkan sebagian kaki gue didalamnya. Hmmm…sejuk. Tangan gue ngga berhenti mengoyak permukaan kolam.

Gue pejamkan mata ini. lagi lagi gue tersenyum. Membayangkan semua yang pernah terjadi di kolam ini.

Dulu.

Segala tawa, amarah, kekompakan, kenelangsaan pernah gue alami disini. Dengannya yang pasti. Saat gue didorong olehnya hingga tercebur ke kolam ini. gue inget, saat itu gue bukannya marah malah semakin penasaran. Satu keinginan gue sejak itu, gue pengen deket sama dia. Semakin deket.

Gue inget pas dia memangku gitar dan memetiknya asal asalan. Gue tersenyum geli kala itu. lalu gue ambil alihkan gitarnya. Dan mencoba memainkannya dengan ditemani sebuah lagu indah yang enak didengar telinga.

‘Baguussssss..lagi lagi’

3 kata itu, terngiang di telinga gue. senyum pertama yang dia berikan untuk gue. selalu gue simpan disini. Hati dan pikiran gue. ngga pernah secuil pun gue melupakan semua tentangnya. Semua…

Tatapan matanya yang tajam, menunjukan kalo dia sedang marah. Ngga ada yang berani deket deket dia jika dia sedang emosi. Ngga ada yang bisa menenangkannya kecuali…petikan gitar.

Gitar.

Adalah satu satunya alat music favoritnya. Tapi yang gue sesali, kenapa adiknya ngga membawa ikut serta gitar itu sebelum mereka berangkat ke Spore ?? dia pasti kesepian tanpa gitar itu. dan gitar kenangan itu, sekarang ada dirumah gue. gue yang mengambilnya, dan membawanya pulang. Gue mainkan setiap gue kangen sama dia.

Hal yang paling dia benci adalah…dipaksa. Tapi yah, memang dia nya yang juga keras kepala. Lebih baik dikasari daripada dipaksa. Itu menurutnya. Saat adik perempuannya memaksanya makan, dia bersikeras menolak. Sampai akhirnya dia kabur dari rumah, dan tertabrak mobil di jalanan.

Dia..

Dia ngga sepenuhnya merepotkan. Dia ngga sepenuhnya tak ada guna. Justru dia pahlawan gue. dia yang memukul pundak Riko dengan tiang penyangga infus saat Riko mau mencoba mencium gue. saat itu gue seneng banget. Dia sadar, sadar dari komanya. Dia..dia udah nyelametin gue 2x.

Tapi sayang, itu bukan petanda baik. Karna Riko ngga tinggal diam. Riko balik memukul kepalanya dengan alat yang sama. Yang mengakibatkan luka di kepalanya semakin parah.

Titik itulah yang membawa adik perempuannya kecewa ke gue. dan pergi jauh dengannya. Jauh banget. Selama waktu yang belum ditentukan. Sama sekali ngga pamit sama gue. entah seberapa dalam kekecewaan adik perempuannya itu ke gue. Cuma kata maaf yang bisa gue ucapin. Ngga ada kata lain.

Sampe detik ini..gue masih menunggunya. Gue mencintainya lebih dari diri gue sendiri. Gue ingin dia kembali. Gue bakal terima apapun kondisinya. Gue akan rawat dia semampu gue. atau kalau perlu, biar gue memohon sama Tuhan untuk mengambil nyawa gue terlebih dahulu ketimbang nyawanya. Karna gue ngga sanggup kehilangan dia. Kehilangan satu orang yang sangat berarti untuk gue.

Dia..

Dia..

Laki laki bernama Mario.

Apa gue bisa ketemu lagi sama dia ??

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Udah sore, gue memutuskan untuk pulang. Gue menyeka airmata gue sebelum ketemu Bu salma. Gue ngga mau dia khawatir dan nanyain macem macem.

Di perjalanan, ngga henti hentinya gue memikirkannya. Ya Tuhan, apa gue sanggup melalui ini lebih lama, tanpa Rio ??

Setiap gue nyetir sendiri, gue selalu inget awal pertemuan gue sama dia. Dimana dia menabrakan dirinya ke mobil gue. sejak gue tau kondisinya, satu hal yang paling gue inget adalah…janji gue untuknya yaitu..

Membahagiakan dia.

Mengembalikan senyumnya.

Itu yang belum gue tepati. Gue ngga pernah membuatnya merasa senang. Justru membuatnya makin menderita. Ngga ada kabar, ngga ada berita. Berkali kali gue ke rumahnya, tapi kosong. kayanya satpam pulang kampung.

Entah sampai kapan gue bertahan, entah sampai kapan gue berharap. Yang jelas, gue ngga bisa berjanji untuk bertahan. Gue terlalu lemah tanpanya.

Ayolah Ag…
Dimana Agni yang dulu ?? dimana ?? gue itu kuat ! tegar ! mana Agni yang setegar batu karang ?? airmata gue tuh mahal. Tapi kenapa saat mengenang Rio, gue jadi cengeng gini sih ??

Argh !!
Gue harus berubah ! gue ngga bisa kaya gini terus ! gue kudu kuat…ayolah Ag, kuat Ag, kuat..


Sekali lagi, airmata gue menetes. Gue paling benci menangis. Dia yang membuat gue nangis. Tapi gue ngga pernah benci dia.

Kemana loe ?? gue pengen banget ketemu sama loe. Gue pengen marahin loe yang udah buat gue jadi cengeng kaya gini. Ini semua itu salah loe. Salah loe yang udah bikin hati gue terpaut ke loe. Salah loe yang bikin gue begitu tergantung sama loe. Salah loe…salah loe !!

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Lampu merah. Gue menghentikan sementara mobil Jazz putih gue. gue memutuskan untuk mendengarkan music lewat i-pod. Gue ingin menyalurkan semuanya ke lagu lagu yang mengaliri telinga gue.

Tok..tok..
Sesuatu mengetuk kaca mobil gue. gue menoleh lalu membuka kaca mobil.

“Misi neng…jreng..” pengamen kecil itu menyanyikan sebuah lagu dengan gitarnya yang sudah lusuh. Bahkan salah satu senarnya putus. Tapi nyanyiannya tetap gue nikmati. Gue selalu suka dengan lagu yang dinyanyikan secara accoustic. Dengan gitar, karna bagi gue, lagu akan terasa berbeda jika hanya diiringi dengan gitar. Lebih sederhana dan ringan. Terlebih itu semua mengingatkan gue sama…


“ Minta neng..” si pengamen menggoyangkan bungkusan plastik didepan gue. huh ngelamun lagi. Gue tersenyum lalu memberinya selembar uang limaribuan. Lalu dia berpindah ke mobil disamping kiri gue. gue masih memperhatikan pengamen itu. sampai akhirnya si pengemudi membuka kaca mobilnya, dan memberi pengamen itu uang 50ribu untuknya. Uidih baik banget orang itu. gue jadi penasaran sama mukanya, kaya apasih manusia baik hati itu ??  Gue ngga bisa liat wajah si pengemudi karna tertutupi si pengamen. Entah kenapa gue penasaran banget sama dia. Pengamen pergi dan gue bisa memperhatikan wajahnya dengan seksama.

Astaga…

Dia…

Kembali.

-BERSAMBUNG-

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar