Selasa, 02 Agustus 2011

Selingkuh itu Indah, tapi..-Short Story-

SELINGKUH ITU INDAH..TAPI…


Agni terduduk lesu di meja rias kamarnya. Pandangannya tak bisa lepas dari sebuah wallpaper ponsel yang sedang dia pegang. Wallpaper yang cukup membuatnya sangat amat terluka. Disana, Agni melihat jelas seorang lelaki dan perempuan dalam foto yang dijadikan wallpaper tersebut. Agni meremas ponsel di genggamannya. Matanya terasa perih karna sedari tadi memperhatikan foto itu. Hatinya panas akan rasa cemburu yang menguasai hampir seluruh pikirannya. Agni menggigit bibir bawahnya. Berharap kecemburuan dan sakit hatinya bisa berkurang dengan cara itu. tapi percuma. Agni tak dapat memungkiri bahwa dirinya sangat amat iri dengan gadis yang ada dalam foto itu. gadis yang manis dan keliatan ramah. Agni berkaca pada cermin di depannya. Sudah setarakan dirinya dengan gadis yang ada di foto itu ?? dalam hati Agni bertanya. Apakah dia mampu menjalani semua ini lebih lama ?? apakah bisa dia bersama terus dengan lelaki yang sangat dicintainya ?? rada mustahil memang bila diingat latar belakang lelaki itu. tapi Agni yakin, lelaki itu juga mencintainya. Jauh melebihi wanita manapun…

“Arghhh..” rintih seseorang. Refleks Agni meletakkan ponsel yang sedari tadi digenggamnya ke tempat semula. Lalu dia menghampiri lelaki itu.

“Alvin..” sapanya pelan. Lelaki itu bernama Alvin. dia ngga menjawab panggilan Agni. Malah justru meremas kepalanya yang terasa pening. Perutnya panas. Pandangannya pun sedikit berkunang kunang. Berkali kali Alvin mengerjapkan pandangannya. Menatapi kamar itu.

“Gue ada disini ??” tanyanya pada Agni. Agni ngga lantas menjawab, dia malah memberikan Alvin segelas teh hangat. Alvin menerima dan meninumnya.

“Aihhh..pait” keluh Alvin. Agni tersenyum kecil. “Teh pait itu berguna buat menetralisir alkohol dalam tubuh loe”

“Alkohol ??” Agni mengangguk. “Semalem loe mabuk berat”

Alis Alvin menyatu. Tanda dia sedang berpikir. Ya, Alvin sedang berusaha mengingat ingat kejadian semalam.

::FLASHBACK::

DOKK DOKK DOKK..

Agni terjaga dari tidurnya. Mengeluhkan suara ketukan yang sebetulnya lebih layak disebut gedoran. Dengan malas, Agni melangkah keluar kamar. Dia sempat melirik jam di ruang tamu. Pukul 03.00. Masih pagi. Siapa sih yang bertamu ?? Begitu membuka hendel pintu,  seorang lelaki jatuh tepat di depannya. Untunglah Agni bisa menopang tubuh lelaki itu. tampaknya lelaki itu menggunakan pintu sebagai tempat bersandar sehingga kala pintu terbuka, tubuhnya pun ikut  goyah karna sandarannya tak ada.

Agni tau persis apa yang dilakukan cowo itu. Mabuk. Agni bisa mengetahui karna selain bau alkohol yang sangat menyolok hidungnya, dia juga paham dan hapal dengan kebiasaan Alvin. Ya, dialah Alvin.

Agni membaringkan alvin di tempat tidurnya. Lalu menyelimutinya. setelah itu dia bangkit hendak ke dapur membuatkan teh hangat, tapi…

“Hueeekkkk” spontan, Agni menoleh. Dilihatnya Alvin tengah dalam posisi setengah duduk dengan kepala menghadap lantai. Tangannya memegang kuat pinggiran tempat tidur sambil terus memuntahkan semua alkohol, kue kue kecil, permen, dan makan malamnya. Muntahannya cukup banyak. Bukannya jijik, Agni justru mendekat dan memijat mijat leher Alvin, melancarkan muntahan muntahan itu agar Alvin lega. Sudah biasa, sudah biasa Agni mendapati kejadian seperti ini.  Kebiasaan Alvin menegak minuman keras diluar batasnya, memaksanya memuntahkan kembali semua akibat tubuh Alvin menolak kehadiran alkohol alkohol itu.

Dirasanya cukup, Agni membaringkan kepala Alvin dalam posisi semula. Memegang keningnya. ‘panas’ pikirnya. Agni teringat niat semula, dia bangkit menuju dapur sekaligus membawa sapu serta pel guna membersihkan bekas muntahan Alvin.

“Jangan tinggalin gue” baru saja Agni bangkit, Alvin sudah menggenggam pergelangan tangannya.

“Vin..”

“Kepala gue sakit banget Ag..” rintihnya tanpa membuka mata. Agni tau persis sosok lelaki di depannya.  Agni kembali mengurungkan niatnya. Dia menuruti kemauan Alvin. sampai pagi datang, Agni masih tertidur dalam posisi duduk di tepian tempat tiur dengan tangannya yang masih di genggaman Alvin.

Agni sudah beres dengan pekerjaan rumahnya yang dia kerjakan sendiri selagi pembantunya mudik. Selesai, Agni memasuki kamarnya sembari menenteng nampan berisi bubur ayam dan teh pait hangat untuk Alvin. lelaki itu tampak kelelahan. Namun wajahnya tak sepucat sebelumnya. Agni tak tega membangunkan Alvin. Karna bingung mau melakukan apa, Agni memutuskan melihat lihat hape dan dompet Alvin yang tadi pagi di ambilnya dari saku celana jins Alvin dan ditaruhnya di atas meja rias.

Agni membuka dompet cowo itu. hanya ada selembar seratus ribu dan selembar dua puluh ribuan. Sisanya kartu kredit yang jumlahnya melebihi 4 buah. Kartu penduduk, terakhir yang membuat Agni tersenyum. Foto yang menempel di dompet Alvin. foto dirinya dan Alvin saat sedang berlibur.  Pikiran Agni kembali melayang pada saat saat manisnya bersama Alvin dalam foto ini.

Isi dompet sudah diobrak abriknya dan Agni menemukan kepuasan disana. Alvin memasang foto dirinya dengan Agni dalam dompet  itu. namun, kesenangan Agni pupus kala melihat foto di hape Alvin. foto yang dijadiakn wallpaper oleh Alvin. foto yang mampu membuat Agni hancur dalam sekejab.

::FLASHBACKEND::


“Gue pulang deh Ag” Alvin bersiap siap bangkit, tapi di tahan Agni.

“Loe masih pusing. Belum lagi loe suka ngebut bawa mobilnya. Nanti aja, tunggu pening di kepala loe ilang” cegah Agni. Alvin tesenyum kecil.

“Gue ngga enak sama tetangga loe Ag, apa kata mereka kalo mereka tau gue nginep disini. Di kamar loe pula” balasnya lembut. Agni menunduk.

“Gue kangen sama loe. lagipula kan kita emang ngga pernah ngapa ngapain. Kenapa loe pake ngga enak segala sama tetangga gue ??”

Alvin mengambil sejumput helai rambut yang menutup ,ata gadis manis itu.

“Gue balik aja ya. Gue udah cukup ngerepotin loe, setiap gue tepar gue selalu kesini. Sorii ya..gue inget semalem gue muntah banyak” Alvin bersiap siap mengenakan jaketnya.

“Vin, loe jangan keseringan minum dong..ngerusak badan loe tau ngga” pesen Agni. Alvin hanya tersenyum. Dia meraih hape dan dompetnya di meja rias.

“Thanks ya Ag, emang Cuma loe yang paling ngerti gue” Agni membalas senyum Alvin sebelum lelaki itu memasuki moblinya. Tiba tiba Agni teringat sesuatu. “Mmm Vin”

“Ya ??”

“Sori kalo gue lancang. Cewe yang ada di wallpaper hape loe itu…Sivia ya ??” tanya Agni sedikit ragu. Alvin menatap gurat kekecewaan di mata Agni. Dia urungkan niat  untuk pulang. Dia gandeng tangan Agni dan menuntunnya kedalam rumah. Mendudukkan Agni di sofa. Lalu menatapnya. Agni menunduk. Alvin mengangkat dagu gadis itu dengan telunjuknya.

“Loe cemburu ??” tanya pelan. Agni mengangguk.

“Maaf Ag, ini udah konsekuensi..”

Agni membuang muka. Menatap arah lain. “Loe bener. Udah sepatutnya gue maklumin ini. Gue emang cewe loe. tapi Cuma sekedar selingkuhan. Gue ngga berhak sepenuhnya atas loe”

“Hey hey, jangan ngomong gitu dong. Biarpun loe ada di tempat kedua, tapi rasa sayang gue sama kaya sayang gue ke Sivia” Alvin menggenggam tangan Agni, meyakinkan.

“Tapi toh suatu saat loe juga bakalan sama dia kan ?? dan gue ?? ngga ada yang peduli sama gue” nada Agni terdengar putus asa.

“Dari awal ini emang udah kesalahan gue. Maaf Ag, kalo gue sering banget buat loe kecewa. Tapi gue ngga bisa semudah itu ngelepas salah satu diantara kalian. Sivia, dia cewe gue sejak SMA. Dia juga wanita pilihan mama gue. Gue ngga mau ngecewain mama Ag, awalnya memang, gue ngga ada rasa sama Via pas kami dipertemukan kelas 1 SMA. Tapi lama lama, gue kenal dia. Via itu cewe yang unik. Dia ceria, gampang mencairkan suasana, senyumnya bikin gue lega. Gue beneran sayang sama dia” jelas Alvin. agni menatapnya dengan tatapan sayu sekaligus sedih.

“Sampe lulus SMA, Sivia mutusin kuliah di Paris. Kami long distance. Gue ngga sanggup. Pertama emang biasa aja. Tapi masuk sebulan dia pergi, gue kesepian. Gue sering ke club buat sekedar clubbing ato minum. Nightclub favorit gue adalah cheersclub. Disana gue ketemu sama DJ cantik namanya Agni. Permainannya yang asik, sifatnya yang ramah dan terbuka. Gue pengen kenal deket sama dia. Dan gue sadar kalo gue ngerasa nyaman deket loe Ag, gue ngga nyangka loe juga punya rasa yang sama kaya gue. Gue pengen banget milikin loe. tapi gue tau diri Ag, gue punya Sivia. Sivia yang ngga ada di samping gue. Gue mencoba setia. Tapi dinding kesetiaan gue runtuh kala loe dateng ke gue, dan nawarin diri jadi yang nomer dua buat gue. Loe inget Ag ?? loe inget apa yang loe bilang 7 bulan lalu ??” papar Alvin. ani mencoba menguji ingatannya.

::FLASHBACK::

“Loe sayang kan sama gue ??” tanya Agni keras. Alvin mengangguk tegas.

“Kalo gitu kita bisa saling memiliki ??” kata Agni gembira. Berbeda dengan raut wajah Alvin.

“Ngga semudah itu Ag”

“Kenapa ??”

“Gue..gue udah punya cewe. Namanya Sivia. dia sekarang lagi kuliah di Paris” Agni terlihat kecewa. Untuk beberapa menit tak ada suara dari keduanya. Lalu Agni mengangkat wajanya dengan mata berbinar binar.

“Jadiin gue nomer dua” Alvin terkejut dengan kemauan Agni.

“Ngga. Gue ngga mau nyakitin loe” tolak Alvin.

“Ayo lah Vin, gue udah terlanjur sayang sama loe. sayang gue udah paten sama loe. gue bakal nerima resiko apapun. Yang penting gue bisa milikin loe. begitu juga sebaliknya” pinta Agni. Alvin menatapnya tak percaya.

“Loe yakin Ag ??”

“Yakin. 100%” Alvin tersenyum dan meregangkan tangannya, hendak memeluk Agni.

::FLASHBACKEND::


“gue inget Vin. Semuanya” kata Agni.

“Jujur, gue udah cocok sama loe. loe itu manis, tomboy juga, perhatian, kadang manja, kadang galak, loe pinter masak, dan..Cuma loe yang bisa ngertiin gue. Cuma loe yang mau nerima gue disaat gue lagi mabuk berat. Cuma loe yang mau deket deket gue disaat gue muntah. Emang loe ngga jijik apa ??” Agni menggeleng.

“Gue pengen banget ngebahagiain loe. dan gue tau cara satu satunya bikin loe bahagia adalah…jadiin loe yang pertama dan selamanya. Tapi gue belum bisa janji Ag, kasih gue waktu buat memilih. Ngga mungkin gue milih loe sama Via sekaligus. Dan salah sau dari kalian harus nerima keputusan gue. Suatu saat nanti” terang Alvin. Agni diam saja.

“Oia, kapan Via balik ??” tanya Agni. Sesungguhnya dia ngga suka mengajukan pertanyaan semacam ini.

Alvin menatap Agni dalam dalam. “Lusa”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Drrttt,,drrtttt ada sms dari hp alvin. sang pemilik sedang ke kamar kecil. penasaran Agni membuka sms tersebut.

From : ViaVia_Alvin_ALVIA

Sayang, kamu jemput aku ya di airport..
Setengah jam lagi..

Miss you :-*

Miris rasanya membaca sms dari Sivia. dada Agni sesak karna cemburu dan rasa tak rela Alvin meninggalkannya janya sekedar untuk menjemput Sivia. ngga lama, Alvin kembali dari toilet dan bingung melihat Agni menggenggam hapenya. Dengan raut sedih pula.

“Ag, loe kenapa ??” tanya Alvin lembut. Agni menyodorkan ponsel Alvin. “Sms dari Via. Sori gue baca”

“Ngga papa” Alvin mengenakan jaket dan meraih kunci mobilnya.

“Gue jemput Via dulu ya” ijinnya sehalus mungkin. Dia sama sekali ngga mau menyakiti Agni. Agni tak bereaksi. Alvin membelai kepala Agni.

“Ag, loe jangan sedih gitu dong..gue ngga tenang liatnya” pintanya memohon. Agni menatap Alvin, lalu menyunggingkan senyum yang dipaksakan.

“Kalo loe mau jemput Via, pergi aja. Gue ngga papa kok”

“Bener ngga papa ??” tanya Alvin lagi. Kali ini Agni mengangguk mantap.  Alvin mencium kening agni. Lalu tancap gas bersama mobilnya menuju bandara.


Disela sela pengunjung, samar samar Alvin menangkap sosok cewe manis yanag berjalan kearahnya sambil melambaikan tangan. Semakin dekat jarak mereka, cewe itu setengah berlari dan langsung memeluk Alvin begitu sampai.

“Uhhhh..aku kangen kangen kangennnnnn banget sama kamu!!” seru cewe itu. pelukannya semakin erat.

“Aku juga kangen sama kamu Vi”

“Yaudah kita ngobrolnya jangan disini. Di café favorit kita aja yukk” Sivia menggamit lengan Alvin manja. Sivia sedang liburan di jakarta, jadi ngga membawa koper atau tas besar karna baju bajunya masih banyak yang tersisa di rumahnya.

“Gimana kuliah kamu ??” tanya Alvin.

“Bosennn” saut Sivia manja.

“Loh kenapa ?? bukannya disana enak ya ?? cowo cowonya juga ganteng ganteng” goda Alvin. Sivia mengerucutkan bibirnya.

“Ihh kok kamu bilang begitu ? justru aku bosen ya karna ngga ada kamu. Aku beneran kangen sama kamu Vin” Sivia memeluk lengan Alvin manja. Alvin merapikan poni Sivia yang sedikit berantakan.

“Kamu ngga tertarik sama cowo bule ??” tanya Alvin.

“Ngga tuh”

“Kenapa  ??” Sivia melepaskan lengan Alvin. da menatap Alvin. “Karna punya kamu aja udah lebih dari cukup Vin. Buat apa aku nyari yang kedua kalo yang aku punya satu satunya aja udah sempurna”

Deg..jawaban yang serasa menyindir Alvin. Alvin malu sendiri. Betapa maruknya dia memacari dua gadis cantik sekaligus. Harus menyakiti salah satu dari keduanya jika dia memutuskan pilihan nanti. Alvin teringat Agni. Gadis yang mengisi hari harinya sejak kepergian Sivia 8 bulan lalu. Sivia saja yang 8 bulan berpisah masih bisa menahan dinding kesetiaannya untuk Alvin. Alvin malah justru mengkhianatinya. Dia, diam diam memiliki perempuan lain selain Sivia. Alvin ngga sanggup jika suatu hari nanti Sivia tau hubungannya dengan Agni. Alvin juga ngga tega jika suatu hari nanti Agni harus kecewa berat bila dia lebih memilih Sivia. Alvin ngga siap menghadapi semuanya.

“Vin, Alvin ??!!” seru Via kesal. Pasalnya sedari tadi Via mengajaknya bicara, tapi Alvin ngga merespon sama sekali. Dia begitu asik dengan lamunannya.

“Hah ?? iya kenapa ??”

“Kenapa kenapa ?? kamu ngelamun ya ?? ihhh aku pulang aja deh” Sivia mengambil alih alih pergi. Secepatnya dicegah Alvin.

“Jangan pergi dulu Vi, maaf ya tadi aku lagi ngga konsen. Maaf ya. Jalan jalan yukk” pinta Alvin. Sivia menuruti.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Agni terduduk dengan bersandar di tempat tidur. Memikirkana nasib hubungannya dengan Alvin nantinya. Hubungan yang tidak diketahui siapapun selain mereka berdua. Agni bimbang. Kalo diurut dari belakang, ini memang kesalahannya. Kesalahannya yang berani menawarkan diri menjadi yang kedua bagi Alvin. Agni ngga memikirkan apapun kala itu. kebersamaannya dengan Alvin berlangsung hingga 7 bulan. Sampai Sivia kembali. Agni ngga siap. Agni ngga siap kehilangan sosok Alvin. Agni ngga akan pernah rela melihat Alvin bersama Sivia. dia ngga akan pernah ikhlas berbagi perhatian Alvin dengan Sivia. Agni sungguh sungguh menyayangi Alvin. baginya Alvin sudah termasuk separuh jiwanya. Dan sekarang Alvin pergi, separuh jiwanya seperti hampa, menyisakan ruang kosong. Ruang kosong yang hanya bisa terisi penuh apabila ada Alvin disisinya. Tapi tampaknya, Agni harus bersabar. Sivia di jakarta hanya sementara. Hanya sementara pula Alvi menemani Sivia. biarkan dulu mereka bersenang senang. Nanti setelah Sivia kembali ke Paris, Alvin akan balik pada dirinya lagi. Begitu pikiran Agni.

Biippp..bippp
Bunyi apa itu ?? Agni memutar penglihatannya. Mencari  sumber bunyi itu. matanya terbelalak. Jam tangan Alvin yang dia lepas karna takut kena muntahan semalam, kini tergeletak manis di meja kecil sebelah ranjangnya. Agni ingat, dialah yang menaruh jam tersebut disitu. Agni memungutnya.

“Gue kembaliin ke Alvin kapan ya ?? besok besok aja deh” Agni meletakkan jam tangan Alvin di dalam laci meja kecil tersebut.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Agni diam. Merasakan nyaman luar biasa saat Alvin memeluknya dari belakang. Menaruh satu tangannya untuk melingkari pinggang Agni. Dan satu tangannya dikalungkan di leher gadis itu.

“Gimana sama Via ??” tanya Agni.

“Gimana apanya ??”

“Yee ditanya kok malah balik nanya. Maksudnya dia curiga ngga ??” jelas Agni.

“Ngga tuh biasa aja. Cuma…gue rada ngga enak aja”

“Ngga enak kenapa ??”

“Kalo gue lagi sama Via, gue inget loe. inget hubungan kita. Gue..gue ngerasa udah ngkhianatin Via. Dia udah setia banget nunggu gue 7 bulan. Tapi..gue malah..heumm” alvin ngga menyelesaikan kalimatnya.

“Jadi loe nyesel sama sama gue ??” tanya Agni ketus.

“Bukan gitu Ag…”

“Terus apa ??”

Alvin membuka mulutnya, maksudnya mau menjelaskan pada Agni. Tapi dering di hapenya memaksa Alvin untuk segera mengangkat telpon dari seseorang.

“Dari siapa Vin ??” tanya Agni yang merasa Alvin tak kunjung mengangkat telpon.

“Sivia”

“Ohh..yaudah, angkat gih. Siapa tau penting” Agni melepaskan pelukan Alvin. memberikan kesempatan alvin menjawab telpon dari Sivia. Agni mengalihkan pandangan. Dia ngga mau hatinya sesak melihat Alvin bercakap dengan Sivia walau lewat telpon. Ngga lama kemudian..

“Ag, sori..gue..gue cabut dulu ya. Gue mau nemenin Via ke rumah temen temen SMA kami. Ngga papa kan kalo gue tinggal sendirian ??” ijin Alvin.

Agni tersenyu masam. “Pergi aja. Ngga perlu khawatirin gue”

“Apapun yang terjadi gue tetep sayang dan cinta sama loe. gue bakal balik. Gue bakal selalu ada buat loe” janji Alvin sebelum pergi. Rasanya berat sekali bagi Agni membiarkan Alvin keluar dari rumahnya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sivia menghitung uang tunai yang baru saja diambilnya dari ATM. Uang yang digunakannya untuk memesan cincin pertunangannya dengan Alvin. Ya, Sivia dan keluarganya serta mama Alvin sudah merekcanakan hal ini. Tanpa sepengetahuan Alvin tentunya. Namun Sivia rupanya kurang berhati hati. Seorang lelaki berpenampilan berandal menatapnya jahat. Matanya tak lepas dari uang yang dipegang gadis itu. pemuda kucel tersebut celingukan, memastikan apakah segalanya aman ?? setelah dirasanya bahwa ini waktu yang tepat, pemuda itu berjalan perlahan.  Sivia masih sibuk menghitung uang, sehingga ngga memperhatikan kedatangan si pemuda.

Sretttt….

Dengan gerakan cepat, pemuda copet itu membawa kabur seluruh uang di tangan Sivia.

“Aaaa…jambrettt !! TOLONG..TOLONG !!” teriak Sivia.  Agni, yang kebetulan baru membeli sesuatu di minimarket dekat situ, terkejut mendengar teriakan jambret. Kebetulan sekali pemuda yang disangka Agni, sang tersangka malah melewati tempatnya. Dengan sigap, Agni rentangkan satu kakinya sehingga jambret tersandung dan terjerembab. Agni memanggil security. Pemuda jambret itu sudah ditangani yang berkewajiban. Sivia berlari tergopoh gopoh. Agni baru saja memungut dompet dan uang uang yang berceceran.

“Uang sama dompet gue. Thanks ya” ujar Sivia. Agni mengangkat wajahnya. Terkejut.

“Helooo ??” Sivia mengibaskan tangannya di depan Agni. Agni menatapinya tak percaya.

“Eh iya iya. Nih uang sama dompet loe”  Agni menyerahkan dompet Sivia.

“Sekali lagi thanks ya. Uang ini berharga banget buat gue. Oia, gue Sivia” Sivia menyodorkan tangannya. Disambut Agni. “Agni”

“Rumah loe dimana Ag ?? loe itu dari mana dan mau kemana  ??” tanya Sivia beruntut.

“Rumah gue ngga jaug dari sini kok. Gue dari minimarket terus habis itu mau pulang”

“Eh jangan pulang dulu. Gini deh, sebagai ucapan terima kasih, gimana kalo kita ke café ujung jalan sana ?? café langganan gue tuh. Yukk “ tanpa permisi Sivia menyeret tangan Agni. Agni tak berkutik mengikuti kemauan gadis yang jauh lebih dulu dikenalnya ini.

@Cafe

Obrolan yang panjang antara Sivia dan Agni. Sivia yang begitu cerewet ngga kehabisan topik pembicaraan dengan Agni. Agni akui, Sivia supel dan ramah. Mudah dekat dengan orang lain. Obrolan mereka beragam. Dari membahas kuliah, dosen killer, pengalaman masa kecil, sampai pada obrolan yang ngga disukai Agni.

“Loe udah punya cowo Ag ??” tanya Sivia. Agni terkejut dengan pertanyaan Sivia. harus jawab apa dia ??

“Mmm..udah”

“Oia ?? wahh siapa namanya ?? sejak kapan loe pacaran sama dia ??” tanya Sivia (lagi) semangat.

“Namanya…ahh loe ngga perlu tau namanya. Gue sama dia udah pacaran selama 7 bulan”

“Wahhh..masih lama gue dong. Hehe”

Agni mengangkat satu alis. “Emang loe berapa lama ??”

“3 tahun. Awalnya sih karna dipaksa orang tua. Tapi lama lama gue sayang beneran sama Alvin”

“Alvin ??”

“Iya. Nama cowo gue Alvin” Agni berusaha menyembunyikan segala gundah dihatinya. Apalagi pembicaraan berikutnya Sivia terus menceritakan semua tentang Alvin. makanan kesukaan Alvin, hal yang paling dibenci Alvin, saat saat termanisnya bersama Alvin, dsb dsb. Agni sampe bosan mendengarnya. Sama sekali dia tak menyangka akan bertemu dengan Sivia. Agni menahan nafas dan menghembuskannya kuat kuat. Berusaha membebaskan sesak yang menyiksa hatinya akibat cerita Sivia tentang Alvin.

“Ag, loe kenapa ?? bosen ya denger gue ecrita terus ??”

“Hah ?? Ngga kok..lanjut aja” Agni mengutuki dirinya yang ngga menghentikan cerita Sivia. kenapa justru menyuruh Sivia melanjutkan ceritanya ?? ahh Agni memang bodoh..



“Ag, kapan kapan gue main ke rumah loe ya ??” ijin Sivia sebelum berpisah dengan Agni.

“Iyaa. Kapanpun loe mau, rumah gue terbuka buat loe”

“Thanks ya Ag. Kapan kapan juga gue kenalin loe sama Alvin” tawar Sivia. Agni menelan ludah. Andai Sivia tau…

Agni tersenyum pait. “Iya. Bye Vi..gue duluan ya”

“Yoyoy. Seneng deh gue dapet temen baru kaya loe”

Agni ngga merespon. Dia melanjutkan langkahnya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Vin, jam kamu mana ??” tanya Sivia curiga saat mendapati pergelangan tangan Alvin kosong.

“Jam yang mana ??” Alvin masih sibuk dengan laptopnya.

“Jam yang aku kasih sama kamu sebelum aku berangkat ke Paris. Kamu kan udah janji mau pake jam itu terus ??”

Alvin menghentikan kesibukannya. Benar. Jam tangan hadiah dari Sivia tak ada di tangannya. Alvin sendiri lupa dimana dia menaruhnya.

“Kamu taruh dimana ??”

“Engg..oh itu, lagi aku benerin ke reparasi jam. Baterenya agak ngadat soalnya”

“Ahh masa sih ?? jam tangan itu tuh asli Swiss. Masa se ringkih itu ??” Sivia mulai curiga.

“Beneran Vi aku ngga boong” Alvin berusaha menyembunyikan kebohongannya. Sivia ngga bertanya tanya lagi.

“Eh Vin..tadi aku ke copetan loh”

“Oh ya ?? terus apa aja yang ilang ??” tanya Alvin sedikit kaget.

“Ngga ada yang ilang. Soalnya ada cewe baik yang nolongin aku. Kami kenalan. Anaknya asik banget Vin. Sederhana. Aku seneng banget punya temen baru kaya dia”

“Oh ya ??”

“Iya. Aku juga cerita tentang kamu ke dia. Pokoknya kapan kapan kamu harus ikut aku ke rumahnya. Dan aku bakal ngenalin kamu ke dia. Kamu mau kan Vin ??” Sivia menggoyangkan lengan Alvin dengan kedua tangannya.

“Iya Via” Alvin sama sekali ngga mengetahui kalo gadis yang dimaksud Via adalah Agni.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

From : Sivia

Ag, temenin gue shopping yukk !!

Begitu bunyi sms Sivia. Agni melepas tangan Alvin yang melingkari  pinggangnya.

“Vin, gue mau nemenin temen gue ke Mall dulu ya. Loe mau pulang ato gimana ??”

“Temen ?? siapa ?? cowo ato cewe ??” selidik Alvin.

“Ya cwe lah..namanya juga ke Mall. Masa cowo sih ??” Agni bercermin. Memeriksa penampilannya, Agni ngga menceritakan masalah Sivia ke Alvin.

“Ohh..kiraen. hehe. Gue balik aja deh Ag..ntar ada kuliah siang juga. Bye” Alvin mengecup kening Agni, lalu pergi. Tepat setelah mobil Alvin menghilang, klakson mobil Sivia berseru memanggil Agni. Agni menghela lega. Untung saja  tepat waktu. Pikirnya.

“Mau kemana Vi ??” tanya Agni.

“Udah yukk masuk aja. Ntar juga loe tau” Agni membuka pintu mobil Jazz kuning milik Sivia.’


Sivia menghentikan langkahnya di sebuah toko perhiasan. Dia menarik Agni dengan semangat.

“Liat deh Ag, ini bagus ngga ??” Sivia menunjukan dua buah cincin yang berada di dalam kotak berwarna merah. Agni memungutnya. Di dalam cincin itu, ada nama Sivia, dan Alvin. Sekali lagi Agni menelan ludah. Jangan jangann…..

“Itu cincin tunangan gue sama Alvin” tukas Sivia yang seakan tepat dengan pertanyaan Agni dalam hatinya. Agni  diam. Gadis itu menggigit bibir bawahnya, cara dia menahan rasa kecewa, cara Agni menahan marah, dan cara Agni menahan tangis. Agni menggigit bibirnya keras sekali. Sampai berdarah. Namun kekecewaannya ngga kunjung berkurang.

“Ag, bibir loe berdarah ?? loe ngga papa ??” tanya Sivia cemas. Agni baru tersadar, dia lepas gigitannya.  Lalu meraba bibir bawahnya. Benar, berdarah.

“He ?? ngga papa kok. Gue lagi kurang fit aja”

“Kalo loe ngga mau nemenin gue, yaudah gue anter pulang ya ?? ketimbang loe tambah sakit ??” tawar Sivia. Agni menggeleng lesu.

“Mmm…Vi, ka..kapan loe tunangan ??” tanya Agni ragu. Dia ngga siap dengan jawaban Sivia. tapi Agni juga penasaran untuk mengajukan pertanyaan tadi.

“Sebelum gue berangkat lagi ke Paris. Alias..2 minggu lagi” jawab Sivia tanpa menoleh. Dia sibuk mengamati cincin itu. beruntung juga karna Sivia ngga melihat gurat kesedihan dan kekecewaan yang mendalam di mata Agni. Agni merasa, pertahanannya sudah mulai merapuh. Ingin rasanya dia menangis, tapi ngga mungkin di depan Sivia kan ??

“Jadi menurut loe ini udah bagus ngga ??” tanya Sivia lagi seraya menunjukkan kedua cincin tadi. Agni mengangguk pelan. Ngga sanggup berbicara karna pasti, suaranya bergetar.

“Yaudah deh ambil ini aja. Anterin gue ke butik yukk !! gue mau milih gaun buat pertunangan gue” Agni pasrah saja mengikuti Sivia. tak ada lagi senyuman di wajahnya.

“Ag, yang ini bagus ngga ??” Sivia menunjukan gaun berwarna hijau tosca. Agni menggeleng. Sivia mengambil gaun berwarna biru langit, Agni juga menggeleng.  Sampai Sivia mengambil gaun berwarna crem yang kalem. Dengan aksen pita dan manik manik yang tak berlebihan. Agni mengangguk pelan.

“Yee akhirnya cocok juga yaudah deh mba, ambil ini” seru Sivia.

Selesai berbelanja..

“Ag, thanks ya loe udah mau nemenin gue seharian”

“Iya Vi sama sama”

“Ag, gue main ke rumah loe ya ?? sekalian mau nyoba gaun tadi”

“Tadi kan loe udah nyoba ?? loe juga bisa nyoba lagi di rumah loe ?? kenapa kudu di rumah gue ??” tanya Agni dengan suara lemah.

“Iya, tapi gue pengen nunjukin gaun ini secara langsung ke loe lagi. Selain itu juga gue pengen main ke rumah loe. boleh ya ??”

Agni mengangguk kembali.


@Kamar Agni

“Bagus ngga Ag ??” tanya Sivia yang baru saja keluar dari toilet dengan mengenakan gaun yang tadi dibelinya. Agni bersusah payah menyembunyikan luka hatinya. Dengan susah payah pula dia tersenyum. “Bagus Vi. Loe keliatan cantik”

“Hehe thanks ya. Loe aja bilang cantik apalagi Alvin  ?? Huaaa gue ngga sabar..ato pertunangannya guemajuin aja ya ??” pikir Sivia. Agni tak kuat lagi.

“Oia Ag, loe tinggal di rumah sama siapa ??”

“Sendiri. Bibik lagi mudik, papa sama mama gue udah cerai. Mereka sibuk sama kerjaannya sendiri. Gue ngga mau ikut mereka, makanya gue minta dibeliin rumah buat gue tinggalin sendiri” jawab Agni seadanya.

“Waahh loe mandiri banget. Gue juga mau minta rumah sendiri deh. Rumah yang bakal gue tinggalin sama Alvin setelah married”

Cukup sudah. Agni tak bisa lagi mendengarkan segala tentang Alvin.

“Vi, gue permisi ke dapur dulu ya”

“Oh iya iya”

Sepeninggal Agni, Sivia kebosanan. Dia penasaran dengan isi kamar Agni. Perhatiannya tertuju pada laci pada meja kecil disebelah tempat tidur Agni. Perlahan Sivia membuka laci itu. alangkah terkejutnya dia ketika menemukan sebua jam tangan yang sangat dikenalnya. Sivia memungut dan mengamatinya. Ngga salah lagi. Sivia yakin itu jam tangan yang dulu dibelinya. Sivia tau pasti. Terlebih pada rantai jam tersebut, tercium bau parfum yang sangat familiar bagi Via. Sejenak Sivia terdiam. Mencoba mencerna situasi sekarang. Diam diam Sivia mengambil jam tangan itu, lalu memasukkannya ke dalam tas.

“Ag…gue pamit dulu ya” seru Sivia dari luar kamar. Tak terdengar jawaban Agni. Sivia ngga mempedulikan. Dia melangkah pergi dnegan muka merah.

Sementara di dapur, Agni menumpahkan kesedihannya dengan menangis. Mengeluarkan airmata yang sedari tadi tertahan.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Vi, kita mau nungguin siapa sih ??” tanya Agni penasaran. Dari tadi Sivia keukeh mengajaknya ke café. Kata Sivia mereka lagi menunggu kedatangan seseorang. Ngga lama, yang ditunggupun datang.

“Sivia..A” Alvin terkejut ketika melihat Agni bersama Sivia. nyaris saja dia menyebut nama Agni.

“Duduk Vin. Aku mau ngenalin kamu sama TEMEN BAIK aku. Namanya Agni” Sivia seakan memberikan tekanan pada kata teman baik. Tapi baik Agni maupun Alvin ngga memperhatikan.

Alvin tersenyum kikuk. “Alvin”

“Ag..Agni” mereka bersalaman.

“Gimana Ag ?? Alvin ganteng kan ?? cwo gue gitu” Alvin salting. Agni menunduk.

“Mmm Vin, Agni kemaren nemenin aku ke toko perhiasan sama butik lho” cerita Sivia.

“Hah ?? ngapain ??”

“Beli cincin sama gaun buat pertunangan kita 2 minggu lagi”

“APA ?”

“Kok kamu kaget gitu sih ??” Alvin ngga menjawab. Segera dia menatap Agni. Pandangannya sayu. Diam diam Sivia tersenyum menang.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Ag..maafin gue Ag” Alvin memeluk Agni dari belakang. Eratt sekali.


“Ngga ada gunanya Vin. Gue tau kok hal itu pasti bakal terjadi. Dan gue udah siap nerima semua. Mending kita sudahi aja ya hubungan kita ini” Agni menepis pelukan Alvin. Alvin membalikkan tubuh Agni, berhadapan dengannya.

“Liat mata gue ??” Agni menunduk. Alvin mengangkatdagu Agni dengan tangannya. Mata Agni merah, seperti ingin menangis.

“Agni..gue sayang sama loe. loe tau Ag ?? sayang gue ke loe lebih gede ketimbang ke Sivia. Gue lebih nyaman sama loe ketimbang sama dia. Gue..gue ngga menginginkan pertunangan ini. Gue pengen loe Ag” tutur Alvin.

“Tapi loe ngga bisa ngelak Vin..loe akan dan terus sama Sivia. gue ?? mending loe lupain gue. Gue ngga mau jadi orang ketiga buat kalian”

“Terus mau loe apa Ag ?? kita ngelupain semua kenangan indah yang pernah kita alami ?? ngga semudah itu Ag..ato, loe udah nemuin cowo lain ??”

Agni tersenyum sinis. “Gue ngga segampang itu pindah ke lain hati Vin”

“Yaudah kalo gitu jangan putusin gue. Gue sayang sama loe. gue ngga mau dan ngga bisa jauh jauh dari loe”

“Percuma Vin. Jalan gue sama loe tuh ribet..susah dan panjang. Kita mau bertahan kaya apa juga, nantinya loe tetep sama Sivia. dia pertama buat loe. gue yang kedua. Dimana mana yang pertama itu yang didahuluin kan ??”

“Pandangan loe, Sivia emang yang pertama. Tapi di hati gue, loe yang pertama dan utama. Loe untuk gue…loe milik gue. Sekarang, nanti, dan selamanya. Gue janji gue akan bilang ke Sivia dan smeua orang tentang hubungan kita. Gue akan mutusin Sivia. gue bakal ngebatalin pertunangan itu. kita bakal sama sama terus Ag” janji Alvin.

“Ngga Vin. Loe ngga perlu nyakitin Sivia. dia juga cewe..terlebih dia setia sama loe. dia paling pantes buat loe. jangan peduliin gue Vin. Loe inget kan kalo gue itu tegar ?? kuat ?? dan gue tomboy..ga mungkin gue nangis” Agni mengatakannya dengan suara bergetar. Membuat Alvin semakin tak tega. Alvin langsung menarik Agni kedalam pelukannya. Disana, Agni tak bisa lagi menahan airmata yang menggenang dan berebut ingin keluar dari pelupuk matanya.

“Loe ngga usah pura pura jadi cewe tegar..kalo loe mau nangis, nangis aja sepuas loe” bisik Alvin. benar saja, tangis Agni semakin deras. Segala kenangan manis dan pait, berbagai rintangan dan cobaan yang harus Agni alami sebagai peremouan kedua bagi Alvin, dan kepedihan hatinya setiap mengingat Alvin telah mempunyai Sivia. Agni mengutuki dirinya. Ini kesalahannya. Andai dulu dia menerima bahwa Alvin telah mempunyai wanita lain. Tentu ngga akan sesakit ini. Terlanjur. Agni sudah terlanjur sangat menyayangi Alvin. sayangnya itu berkali lipat sejak dia memiliki Alvin. Tapi kini ?? segala kenangan manis, perlakuan Alvin yang lembut padanya, dan semua tentang alvin..akan hilang dari hidupnya. Selamanya…

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Alvin meneguk gelas alkohol di depannya sampai habis. Matanya sudah mulai berkunang kunang. Dari tadi sudah berapa gelas yang dia teguk. Alvin biasa minum jika pikirannya sedang tak menentu, penat, atau badmood. Sama seperti malam itu. Alvin bingung. Dia ngga mau melepas Agni. Tapi juga tak tega bila harus menyakiti Sivia.

Disaat pikirannya tak terkendali, tingkat kesadarannya menipis, Alvin malah mengendarai mobilnya untuk menemui Agni. Berjanji padanya bahwa Alvin akan selalu bersama Agni. Tak peduli apapun yang terjadi. Bila dia harus terpaksa menyakiti Sivia, akan Alvin lakukan. Yang penting dia bersama Agni. Bersama wanita yang menduduki posisi pertama di hatinya.

Alvin melajukan Nissan X-Trail Hitamnya dengan sangat cepat. Diluar batas kecepatan standar. Padahal tingkat kesadarannya dibawah pengaruh alkohol. Tak bisa dihindari saat sebuah truk muncul dari arah berlawanan. Dengan kecepatan maksimal pula. Alvin kaget dan memutar stir hingga menabrak pepohonan di tepi jalan. Dahi Alvin terbentur stir, berdarah. Di sudut bibirnya pun mengalir  darah segar. Alvin tak sadarkan diri kala terdengar teriakan warga.

Perasaan Agni tak enak. Dia merasa ada suatu hal buruk terjadi pada Alvin. ditempat lain, cincin yang sedang di pegang Sivia juga jatuh menggelinding. Perasaannya pun tak enak. Sampai ponselnya berbunyi, dari polisi.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sivia menyeka airmatanya yang sedari tadi mengalir. Di sebelahnya, Alvin terbaring tak berdaya. Wajahnya memar memar. Dahinya di perban. Alvin masih tak sadarkan diri.  Agni sama sekali ngga Sivia beri tau. Dia hanya ingin merawat Alvin sendiri. Tanpa rela berbagi dengan orang lain.

“Agni…” lirih Alvin. Sivia tersentak. Tak bisa menahan kecewa ketika Alvin memanggil nama Agni, bukan namanya.

“Alvin..ini aku Vin, Sivia” bisik Sivia lembut.

“Agni..Ag jangan tinggalin gue. Ag..” igau Alvin. Sivia menunduk. Dilepaskannya genggaman tangannya pada Alvin. airmatanya meleleh. Sivia meraih ponsel di sakunya.


Agni berjalan tergesa gesa. Tadi dia mendapat sms dari Sivia yang mengatakan Alvin kecelakaan dan masih belum siuman. Agni khawatir sekali. Namun, begitu akan memasuki kamar rawat Alvin, Sivia mencegahnya.

“Gue mau ngomong sama loe. tapi ngga disini” Sivia membawa Agni ke atap gedung rumah sakit. Agni bingung dengan apa yang akan Via katakan.

“tadi Alvin ngigau, dia nyebut nama loe” kata Sivia tanpa menoleh. Pandangannya lurus ke depan.

“Apa ??”

“Gue tau semua Ag. Gue tau hubungan loe sama Alvin. Dari ini” Sivia menunjukan jam tangan yang dulu diambilnya di laci Agni. Agni terkejut. Pantas saja jam itu dicari tak ada.

“Loe…”

“Jam ini punya Alvin kan ?? gue tau persis karna gue yang ngasih jam ini ke dia sebelum gue barngkat ke Paris. Dan gue ambil ini pas gue ke rumah loe. awalnya gue ngga curiga. Tapi pas gue liat Alvin ngga pernah make jam ini lagi, gue jadi yakin. Gue juga nyari info dari tetangga tetangga loe. mereka bilang, Alvin sering banget ke rumah loe. ya kan ?? akui aja semuanya Ag..jangan ada yang disembunyiin”

Mendadak Agni mati kutu. Ngga tau harus seperti apa dan bagaimana.
“Maaf” Cuma itu yang keluar dari mulut Agni.

“Ngga perlu. gue ngga bisa egois Ag. Walaupun rasa sayang gueke Alvin  MUNGKIN lebih gede dari loe, tapi gue ngga bisa maksain Alvin. gue tau Alvin lebih sayang sama loe ketimbang gue. Gue bisa liat itu dari pas kalian gue kenalin. Ditambah tadi, Alvin nyebut nama loe. bukan nama gue” terang Sivia.

“terus loe mau gimana Vi ?? kalo loa pengen gue mundur, gue bakal lakuin itu. untuk kebahagiaan loe, dan Alvin. Gue bahagia kalo Alvin bahagia”

Sivia tersenyum sinis. “Munafik. Gue sama loe munafik. Kita sering denger ungkapan, cinta tak harus memiliki. Itu boong. Semua orang  ingin dan bahkan merasa wajib memiliki orang yang disayangi. Begitu juga kita. Kita sama sama pengen milikin Alvin. Kita bahagia jika liat orang yang kita cintai bahagia bersama orang lain. Itu Munafik. Mana ada sih orang yang ngga cemburu liat seorang yang disayanginya dimiliki orang lain ?? Ngga akan ada yang rela. Termasuk gue…dan juga loe”

Agni menunduk. Benar kata Sivia.

“Tapi demi Alvin..dan loe, temen baik gue. Gue rela ngelepas Alvin. buat loe. anggep aja sebagai balasan terimakasih atas pertolongan loe pas gue ke jambretan dulu. Loe inget ?? dulu gue bilang dompet dan uangnya itu adalah barang berharga buat gue. Dan sekarang, gue mau ngembaliin hak loe yang berharga. Alvin” ungkap Sivia. Agni ga tau harus berbuat apa untuk mengungkapkan rasa senangnya. Dia memeluk Sivia.

“Thanks ya Vi”

“Iya Ag” Agni hendak melepaskan pelukan Sivia. tapi Sivia menahannya. Sivia ngga mau Agni melihat kesedihannya. Sivia ngga mau Agni melihat airmatanya. Sivia memejamkan mata, merasakan pait dan perih yang pernah juga dirasakan Agni.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Vin, Vin loe buka mata loe dong..gue ada disini, buat loe” bisik Agni lembut. Kepala Alvin bergerak pelan. Matanya perlahan terbuka.

“Agni ??”

Agni tersenyum. “Mulai sekarang kita bisa sama sama terus Vin”

“Apa ?? kenapa ??”

Agni menjelaskan kejadian kemarin bersama Sivia. Alvin tersenyum lega. Lega karna ngga perlu melukai salah satu dari keduanya. Walaupun sesungguhnya Sivia sangat terluka.

“Terus sekarang Sivia kemana ??”

“Dia balik ke Paris. Naik pesawat yang paling pagi” jawab Agni sedih.

“Hmm..dia cewe yang baik dan nyaris sempurna. Moga Via dapet pengganti gue yang jauh lebih baik”

“Iya Vin. Gue juga berharap gitu”

“Hehe..berarti kita ngga perlu sembunyi sembunyi lagi dong ?? gue juga ngga akan lagi buat loe sedih. Gue janji Ag, gue akan jaga loe. gue ngga akan pernah nyakitin loe”

“Iya Vin, gue pegang janji loe. Sivia juga bilang, kalo dia sampe denger loe nyakitin gue, bakal siap siap kena tonjokannya Sivia”

“Haha tuh anak bisa aja. Lagian siapa juga yang mau nyakitin cewe pertama di hati gue ?? jangan tinggalin gue lagi ya Ag” Agni menggenggam tangan Agni, dan meletakkan di dadanya.

“Gue janji Vin” keduannya tersenyum.

Apalah arti cinta bila aku tak bisa memilikimu
Apalah arti cinta bila pada akhirnya
Takkan menyatu
Sesulit inikah jalan takdir ku
Yang tak ingin kan kita bahagia

Bila aku tak berujung denganmu
Biarkan kisah ini ku kenang selamanya
Tuhan tolong buang rasa cintaku
Jika tak Kau ijinkan aku bersamanya..

Apalah arti cinta bila aku tak bisa memilikimu
Apalah arti cinta bila pada akhirnya..
Takkan menyatu
Sesulit inikah jalan takdirku
Yang tak inginkan kita bahagia..

Bila aku tak berujung denganmu
Biarkan kisah ini ku kenang selamanya
Tuhan tolong buang rasa cintaku
Jika tak Kau ijinkan aku bersamanya..

Inilah saatnya
Aku harus melepaskan dirimu..

( She-Apalah arti cinta)
-TAMAT-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar