Jumat, 05 November 2010

Mentari Hidup Safika ::cerpen::

Angin berhembus semilir mengiringi langkah empat orang pemuda yang cukup popular di Universitas terkemuka tempat mereka belajar sekarang. Semua mata terutama para gadis tertuju pada mereka, siapa yang tak kenal dan tidak terpesona pada mereka berempat? Sekawan yang sangat disegani oleh siapapun. Mereka adalah Jona, Raga, Steve, dan Mario.

Tapi sayang mereka terkenal bukan hanya karena prestasi yang mereka buat, mungkin karena memiliki segalanya mereka merasa bisa melakukan apapun sesuka mereka, tanpa peduli apakah itu salah atau benar. Hal yang paling benar menurut mereka adalah hal yang membuat mereka senang.

Kantin kampus hari ini cukup ramai, mungkin karena cuaca di luar sangat terik, sehingga banyak mahasiswa yang pergi ke tempat itu untuk sekedar melepas haus. Hampir tak ada tempat tersisa untuk Mario, Raga, Jona, dan Steve duduk. Tapi tentu ini bukan masalah untuk mereka.

Jona  berdiri di samping sebuah meja yang ia ingin ia tempati. Dengan kasar ia menumpukan tangannya pada meja dan sontak membuat kaget orang yang menempati meja itu.

“minggir lo!” perintah Jona dengan angkuhnya.

Tidak ingin cari mati, orang-orang yang ada di meja itupun memilih beranjak dan pergi. Kini meja itu ditempati oleh Jona, Raga, Steve, dan Mario.

“Yo, Rea tu!” kata Steve sambil menunjuk seorang gadis yang baru saja memasuki kantin. Gadis yang ia ketahui sebagai incaran Mario.

“semalem abis gue cobain.” Jawab Mario dengan tenang.

“ancrit! Gokil lo, Yo!” tanggap Jona.

Mario  tertawa enteng. “Siapa sih yang ngga takluk sama Mario ?”

“cewe kaya dia mah gampang! Kalo lo bisa cobain yang itu, baru gue akui lo hebat!” tantang Raga sambil menunjuk seorang gadis yang sedang duduk sendiri di salah satu meja. Gadis itu tampak sangat polos, rambutnya yang hitam dan sedikit ikal dibiarkan tergerai, pakaiannya nampak berbeda dengan kebanyakan mahasiswi lain, ia lebih memilih menggunakan kemeja berwarna baby blue dengan stelan rok panjang, gaya yang mungkin sudah dianggap kampungan oleh kebanyakan orang yang melihatnya. Beberapa buku tebal tertumpuk didepannya yang menggambarkan ia seseorang yang bertekat untuk sekolah.

“wei.. itu bukan Mario banget! Gayanya aja 11-12 sama pembokat gue!” tanggap Jona sambil menyalakan ujung rokoknya.

“tapi tampangnya nggak kalah sama artis bro..” sangkal Steve.”tinggal dipermak dikit juga Pevieta Pierce kalah cakep!”

“emang siapa dia?” Tanya Mario sambil sekilas memperhatikan gadis yang dimaksud Raga.

“namanya Safika, tapi biasa dipanggil Fika dia anak fakultas sebelah, kuliah di sini karena dapet beasiswa, orang kampung tulen! Dia itu polos banget, Debo godain dia aja malah ditampar, gue godain ditinggal kabur.” Jelas Raga.

“masih ada cewe model gituan jaman sekarang? nggak percaya gue!” tanggap Jona meremehkan.

“tapi bisa juga, Jon! Gimana kalo kita jadiin dia taruhan?” ujar Steve.

“taruhan gimana maksud lo?” Tanya Raga.

“siapa yang bisa tidur sama dia, kita angkat jadi leader!”

Raga, Jona, dan Mario nampak berfikir.

“Deal!” jawab Jona mantab.

“gue juga!” jawab Raga.

“lo, Yo?”

“siapa takut?”

“Oke, pertarungan..dimulai” tegas Steve.

- + ^ + -

Fika sedang kerepotan membawa tumpukan buku tebal yang baru saja ia pinjam dari perpustakaan untuk menghadapi ujian yang sebentar lagi datang. Tak jauh dari tempat itu, Mario memperhatikan gerak-gerik gadis itu, sebuah senyum licik terpasang di bibirnya setelah sebuah rencana untuk mendekati gadis itu terlintas di benaknya.

BRAK!

Semua buku yang Fika bawa jatuh berhamburan karena tidak sengaja menabrak seseorang, beruntung keduanya tidak sampai terjatuh.

“maaf, saya nggak liat.” Ucap Fika sambil membereskan buku-bukunya.

“eh, iya, sini gue bantu beresin.” Jawab orang yang Fika tabrak sambil berjongkok dan membantu Fika.

“ni, buku lo!” kata orang itu sambil memberikan beberapa buku yang berhasil ia rapikan.

fika  tercekat saat melihat siapa orang yang ia tabrak, walaupun ia tidak banyak bergaul dengan mahasiswa lain, tapi ia cukup tau siapa orang itu. mario, mahasiswa senior yang berada dua tingkatan di atasanya. fika terus menunduk ketakutan.

“ma.. maaf kak mario, saya tidak sengaja.” Ucapnya terbata.

“gue tadi bilang nggak papa! Kenapa lo ketakutan gitu? Emang lo liat gue kaya monster?” canda mario ramah, sama sekali tak seperti yang fika bayangkan, ia kira ia akan dibentak bahkan mendapat pukulan seperti temannya yang lain saat membuat kesalahan pada mario.

fika memberanikan diri menatap laki-laki tampan di hadapannya. Ia sedang tersenyum manis. Serentak fika merasakan jantungnya ingin melompat dari tempatnya dan darahnya mendesir kuat saat melihat senyuman itu. Sungguh menawan.

“ganteng kan gue? Ngapain lo takut coba?” Tanya mario sambil menatap fika lembut. Tatapan itu benar-benar membuat fika tenang.

“siapa nama lo?”

“nama saya safika, kak.”

“nama lo cantik.”

“em.. makasih, kak, maaf sekali lagi, kak, saya permisi.” Pamit fika kemudian melangkah melalui samping mario.

“gue maafin elo, tapi gue nggak bilang lo boleh pergi!” ucap mario  pelan tetapi tegas saat fika berdiri tepat di sebelahnya. fika memilih tidak melanjutkan langkahnya, Ia tau sedang berhadapan dengan siapa sekarang, dan menentangnya sama saja bunuh diri.

Ternyata mario hanya meminta fika untuk menemaninya mengobrol dan bertukar pikiran di tepi koridor kampus.  fika menemukan sisi lain dari seorang mario yang disegani banyak orang, ia adalah orang yang cerdas dan berpikiran luas. Sementara mario, ia juga merasa tertarik pada gadis itu, ia sangat berbeda dengan gadis kebanyakan. Cukup lama mengobrol dengan safika membuat mario lebih sedikit mendalami pribadi gadis lugu itu. tapi baru sedetik merasa kagum, mario menggelengkan kepala.

‘ah apaain sih loe Yo ?? inget taruhan loe’ pikirnya.

- + ^ + -  


Sore ini, mario meminta fika untuk menemaninya ke suatu tempat. Karena memang semenjak kejadian tempo hari mereka menjadi dekat, fika mau saja menemani mario. Tadi mario menjemputnya di tempat ia kost selama berada di Jakarta.

Sekarang mereka bersandar di depan kap mobil Toyota Rush hitam milik mario yang terparkir menghadap sebuah danau yang berukuran tidak terlalu besar. Pemandangan di danau itu benar-benar indah dan masih sangat asli di tengah ibu kota yang mulai ditumbuhi gedung-gedung pencakar langit.

fika mengamati mario yang berdiri di sebelahnya. mario menunduk sambil mengunyah permen karet, kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celana jeansnya, sementara kaki kanannya ia pijakan pada bemper mobil. Sungguh siluet yang sangat mempesona yang ditambah lagi dengan efek kemerahan dari matahari senja.

“kakak kenapa mengajak saya ke sini?” Tanya fika mengakhiri keheningan mereka semanjak beberapa waktu sebelumnya.

“nggak ada, cuma mau nunjukin ini semua ke elo aja, lo suka?” jawab mario setelah memuntahkan permen karetnya.

“suka, kak, makasih.”

“menurut lo, gue orang yang kaya apa?”

“kak mario itu, baik, pinter, dewasa, dan ganteng!” jawab fika dengan polosnya, hampir sama seperti seorang anak taman kanak-kanak yang diberi soal yang sangat mudah oleh gurunya.

“ganteng?” Tanya mario sekali lagi, entah kenapa ia sangat senang dipuji oleh gadis polos ini. Dengan pipi yang mulai merona, fika mengangguk malu. Melihatnya, mario jadi merutuki dirinya sendiri karena teringat tujuan awalnya mendekati fika.

“gue nggak sebaik yang lo kira, gue itu cowo bejat! Bajingan!” aku mario. Miris.

“maksud kakak? Saya nggak ngerti.” Tanya fika polos.

“nanti juga lo ngerti! gue bakal batalin niat gue sama elo, dan gue mohon lo jangan pernah deket-deket sama Jona, Raga, Jona, Raga, Steve.!”

“emang kenapa? Mereka baik kok sama saya?”

“jadi mereka juga deketin lo? Udah sedeket apa? Lo nggak diapa-apain kan sama mereka?” Tanya mario panik.

 “kakak kenapa sih? Saya sama mereka nggak sedeket sama kakak kok.”

“nanti bakal gue jelasin! Tapi lo jangan pernah deket-deket sama mereka!”

Walau masih bingung, fika menangguk. Mereka melupakan sejenak masalah tadi dan memilih menikmati keindahan matahari yang mulai tenggelam.

Saat ini mario sudah merasakan yang dinamakan jatuh cinta dalam arti sebenarnya. Gadis di sampingnya sudah mencuri hatinya. Gadis yang sangat berbeda, polos, cerdas, baik, dan cantik, kecantikan yang sangat alami dari wajahnya juga dari hatinya. Untuk pertama kalinya ia merasa harus menjaga seorang wanita dengan segenap jiwa dan raganya, bukan memiliki seluruhnya apa yang dimiliki gadis itu.

- + ^ + -

Jona, Raga, Steve, dan Mario.berkumpul di rumah mario. Rumah yang amat besar, namun juga sangat sepi. Rumah ini hanya dihuni oleh mario dan beberapa pelayan. Orang tuanya sangat sibuk bekerja, hampir tidak pernah mereka singgah ke istana yang mereka bangun sendiri itu.

“gue mau taruhan kita soal fika dibatalin!” ujar mario tegas. Serentak yang lain menoleh padanya.

“nggak bisa gitu dong! Kita kan udah sepakat !!” tolak steve.

“heh! Dia terlalu baik buat kita hancurin! Dia..terlalu suci” mario meninggikan nada bicaranya.

“oh.. lo udah jatuh cinta sama cewe kampungan itu?” Tanya steve meremehkan.

“jaga omongan lo!” bentak mario.

“atau, lo pengen nikmatin dia sendiri tanpa gangguan kita?” desak steve.”sory! kali ini gue nggak akan ngalah sama elo! Gue bakal depetin tubuh fika!”

steve melangkah pergi dari rumah itu.

“Ck, steve kenapa sih ??” tanya raga bingung.

“Yang harusnya loe tanyain itu mario, loe kenapa Yo ?? biasanya masalah kaya begini, loe ngga mau ngalah ?” jona menanyai mario.

mario mengedikkan bahu. “Seminggu. Seminggu gue mencoba deketin fika Gue tau kepribadiannya. Gue tau sifatnya. Walau hanya sedikit. Tapi itu bikin gue sadar, kalo dia ngga pantes kita jadiin bahan taruhan bejat ini”

“Maksud loe ??”

“Dia terlalu suci, terlalu polos. kalo gue mau, gue bisa tidurin dia sejak kemaren kemaren. Karna apa ?? karna dia kelewat polos. terlalu lugu”

“Nah kenapa ngga loe lakuin aja ?? dia udah mau, dan untungnya, loe bakal menang” tutur raga.

mario menggeleng. “Gue ngga tega Sob, Ify terlalu putih. Gue…gue jatuh cinta sama dia”

jona dan raga terbelalak. “Serius ?? dia..dia bukan tipe loe banget”

“Gue tau Vin, tapi gue rasa..Cuma dia yang bisa merubah gue. Gue pengen berubah. Gue bakal tinggalin image Mario yang bajingan. Sekarang, gue mau jadi Mario yang baru…melalui fika” kata mario yakin.

“Gue salut sama loe Yo. Kita dukung deh. Dan sebagai sobat yang baik, gue mutusin untuk mundur dari taruhan ini. gue sebisa mungkin gue juga bakal berubah. Gue ngga mau nyakitin azizah yang ada diluar negeri sana” ucap jona. jona memang tak jomblo lagi. azizah, pacarnya sejak SMA tengah menempuh pendidikan di negeri orang. tanpa sepengetahuan azizah, jona sudah berkali kali mendekati gadis lain untuk menghilangkan rasa sepinya. Tapi setelah mendengar tekad kawannya untuk berubah, jona jadi tersentuh dan berniat berubah. Setia pada satu cinta..azizah.

mario tersenyum. “Gue juga dukung loe jon”

“Mmm..kalo jona mundur, gue juga mundur deh. Gue ngga mau ini taruhan ini makin memperburuk keadaan” ceplos raga.

mario dan jona sama sama tersenyum.

“Jadi..kalian dukung gue sama fika ??” tanya mario lagi.

Keduanya mengangguk.

“Masih ada 1 penghalang Yo” kata jona.

“Siapa ??”

“steve. Kalo loe serius sama fika, loe jagain dia. Loe tau kan siapa steve ?? dia nekatan”

Ucapan jona, membayang terus di pikiran mario.


- + ^ + -

Entah mengapa firasat mario menjadi tidak enak saat melewati salah satu bagian kampusnya yang sepi. Saat ini hari sudah beranjak malam dan langitpun sudah gelap. Ia tiggal karena ada urusan yang harus ia selesaikan dengan dosen pembimbingnya. Sayup-sayup ia mendengar teriakan minta tolong, suara itu sangat dikenalnya. Tanpa berpikir panjang lagi, mario segera berlari ke arah sumber suara.
mario sangat terkejut saat melihat steve memepet fika pada tembok dan mencoba mendekatkan wajahnya pada fika yang terus-terusan mencoba berontak.

BUG!

Bogem mentah mario melayang di pipi steve hingga sahabatnya itu tersungkur.

“brengsek lo!” umpat mario sambil menarik tangan fika yang masih ketakutan ke belakang badannya.

“kalo gue brengsek lo apa?” tantang steve sambil menegakkan tubuhnya.”lo nggak jauh beda sama gue!” lanjutnya sambil mengelap kasar ujung bibirnya yang berdarah dengan punggung tangannya.
mario terpaku mendengar perkataan steve. Hati kecilnya membetulkan perkataan sahabatnya itu.

“dan gue tau lo lebih terima ini daripada fika tau semua rencana kita!”

BUG! BUG!

steve membalas pukulan fika dan kemudian beranjak pergi. mario tidak bergeming dan tidak membalasnya lagi. Perlahan darah segar mengalir dari hidung dan sudut bibir fika.

- + ^ + -

 Perlahan fika mengobati luka bekas pukulan steve di wajah mario. Ia bersedia menemani mario pulang ke rumahnya untuk mengobati luka itu.

“fik, gue rasa saatnya lo tau semua tentang gue.” Kata mario sambil menunggu fika membereskan obat-obatan yang baru saja ia pakai.

“memang seharusnya saya tau, karena sepertinya kakak menyembunyikan sesuatu tentang saya.” Jawab fika sambil duduk di sebelah mario setelah selesai membereskan obatnya.

Perlahan mario menceritakan semua tentang dirinya. Seorang laki-laki yang tumbuh tanpa perhatian orang tuanya hingga ia lari ke pergaulan bebas yang sudah benar-benar di luar batas. Mario si cassanova yang mampu menaklukan wanita manapun hingga bertekuk lutut dan menyerahkan semua yang ia punya, termasuk kehormatan mereka padanya. Semua rencana yang ia bangun bersama Jona, Raga, Steve pada fika. Dan yang terpenting, ia mengaku dengan segenap hatinya kalau ia menyesal dan ingin berubah.

“fik, maafin gue! Gue nyesel sama semuanya, bantu gue jadi mario yang lebih baik lagi.”

Dengan gerakan cepat fika menghapus air matanya. Jujur saat ini perasaannya sangat kacau, terharu dengan kisah hidup mario, kecewa pada pangeran hatinya, dan juga senang jika mario akan benar-benar berubah.

“pasti, kak! Saya mau bantu kakak.” Jawab mario mantab.

- + ^ + -

“fika, gue sayang elo.” Aku mario saat ia sedang bercanda berdua bersama fika di halaman belakang rumahnya yang sangat luas, indah, dan nyaman.

”sama seperti rasa yang tidak mampu dikatakan awan pada hujan, sebuah rasa yang dimiliki sang Adam untuk Hawa.” Lanjut mario setelah mengetahui fika tidak terlalu paham dengan apa yang ia maksud.

“kakak serius?” Tanya fika memastikan apa yang ia dengar, dan entah kenapa hanya kata itu yang mampu ia ucapkan. mario mengangguk sambil tersenyum manis.

“saya mencintaimu, safika! Bagaimana denganmu?”

Belum sempat fika menjawab tetesan hujan turun dari langit. Entah mengapa hal ini terjadi tiba-tiba, padahal petang-petang sebelumnya tidak turun hujan.

“em.. nampaknya hujan ini turun untuk merestui cinta saya untuk kakak, membisikan semua yang belum sempat ia katakan pada awan, kata itu ’saya juga mencintaimu’.”

Hujan semakin deras turun mengguyur bumi ini dan juga tubuh dua anak manusia yang sedang diselimuti indahnya cinta. mario dan fika tetap bercanda di bawah guyuran hujan yang cukup deras petang ini.

Sayangnya, tak ada yang bisa memperingatkan mereka akan apa yang telah mereka lakukan. Sebuah kekeliruan besar..

mario, tak ubahnya dengan steve. .

- + ^ + -

2 minggu kemudian..

“hoek…” pagi ini fika terus-menerus merasa mual dan muntah berkali-kali. Sambil menumpukan tangannya pada tepian wastafel, ia melihat pantulan wajahnya dari cermin di hadapannya. Perlahan cairan bening itu menuruni pipinya.  Menyesali sebuah perbuatannya yang menghancurkan masa depannya dalam sekejap. Wajah orang tuanya juga berkelebat nyata di pelupuk matanya yang kini terpejam. Orang-orang yang sedang menumpukan harapan besar padanya dan selalu memberikan yang terbaik yang mereka mampu lakukan untuknya.

Tangan kanannya yang masih bergetar memegang sebuah alat bergambar dua buah garis merah. Kini benih  mario  hidup dalam rahimnya. Entah mengapa waktu itu ia tak sanggup menolak setiap perlakuan mario padanya. Tatapan mata mario  yang tenang sungguh menghipnotisnya. Ditambah suasana yang sangat mendukung malam itu. Tapi tak sepenuhnya juga ia menyalahkan mario, ia sadar kalau ia pun tidak sanggup menjaga kehormatannya sendiri. Dan satu-satunya yang sama sekali tidak bersalah dan harus ikut menganggung semuanya adalah bayinya.

Setelah membasuh wajahnya agar tidak terlihat terlalu sembab, fika melangkah keluar dari toilet. Diraihnya tas selempang berwarna putih dan melangkah pasti untuk menemui mario. mario yang sudah berjanji akan mempertanggungjawabkan perbuatannya jika terjadi sesuatu pada fika.

- + ^ + -

Betapa hancurnya hati fika saat menapaki ruang tamu rumah mario. Matanya menangkap pangerannya sedang bercanda mesra dengan seorang gadis yang sangat cantik dan berpenampilan modis. Ia yakin gadis itu sebaya dengannya.

“kak mario!” pekik fika tidak sengaja, matanya pun sudah cembung dengan air mata. Tanpa berpikir panjang lagi ia segera membalikan badannya dan berlari menjauh.

“fika!!” seru mario sambil mengejar fika menyadari fika sudah berpikiran yang tidak-tidak padanya.”aku bisa jelasin semuanya!” tambahnya, namun sayang fika sudah pergi dengan taksi yang kebetulan lewat.

Tak ada gunanya mengejar fika saat ini. Tak ada penjelasan yang bisa ia terima.

“kak mario, lo nggak kejar dia?” Tanya gadis yang tadi bersama Rio.

“percuma, dek, dia pasti belum bisa dengerin penjelasan gue, besok aja gue jelasin semua.” Jawab mario sedikit frustasi dan kemudian meloyor pergi menuju kamarnya.

- + ^ + -

Berkali-kali mario mengetuk pintu kost fika, tapi tetap saja tidak ada jawaban, tampaknya ruangan di depannya kosong.

“nak, anda nak mario ya?” Tanya seorang ibu yang kira-kira berusia setengah baya, mengagetkan mario.

“iya, bu, Ibu tau dimana penghuni kamar ini?”

“tadi pagi-pagi sekali dia sudah pergi, sepertinya dia nggak balik ke sini nak, pulang ke kampungnya.”
mario tersentak mendengar jawaban ibu itu. Tega sekali fika pergi tanpa pamit dan meninggalkan masalah seperti ini. Apa ia mau membiarkan mario bersalah seumur hidup?

“ibu tidak bohong?” Tanya mario sedikit tidak percaya.

Ibu tadi menggeleng.

“ini Ify menitipkan surat pada ibu.”

Ibu itu menyerahkan sepucuk surat yang masih terbungkus rapi dalam sebuah amplop putih kemudian pergi meninggalkan mario. Cepat-cepat mario membuka surat itu dan membacanya.

Kepada kak Mario,
    Kak, maaf saya pergi tidak pamit, dan maaf saya tidak mampu merubah kakak. Ternyata kakak masih sama seperti dulu. Biarkan rasa sakit ini saya tanggung sendiri. Saya pergi, kak.
Oh iya, keterlaluan kalau saya tidak berterima kasih pada kakak. Tarima kasih kakak sudah mengajari saya apa itu cinta yang tulus, sungguh semuanya sangat indah, kak. Walaupun hanya seperti mimpi dan sekarang saya harus terbangun, tapi dalam mimpi itu saya pernah memiliki seorang pangeran yang sangat tampan dan sangat baik, kesan itu tak akan berubah sampai kapanpun. Karena kalaupun saya bisa berhenti mencintai kakak, tapi rasanya tidak mungkin, saya akan selalu mengingat kalau saya pernah mencintai kakak.
Ternyata bersama kakak selamanya sama saja dengan mendekap matahari, sangat tidak mungkin bagi saya. Tapi setidaknya sekarang percikan cahaya terang kakak ada bersama saya dan hidup di rahim saya. Saya akan selalu menjaganya dengan segenap jiwa dan raga saya.
Sekian, kak, maaf kalau sampai ujung surat ini saya pernah berbuat kesalahan pada kakak.
Salam,

safika

mario mencelos membaca surat itu. Tekatnya semakin bulat untuk menemui fika dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya.

- + ^ + -

“fika!” seru mario saat melihat perempuan yang sangat ia rindukan sedang bermain-main dengan beberapa orang anak kecil.

mario menyusul fika ke desanya.

 fika sangat terkejut melihat mario datang. Ia menyuruh anak-anak yang tadi menemaninya bermain untuk segera masuk ke dalam rumah.

“mau apa kakak ke sini?” Tanya fika tegas.

“aku mau ketemu kamu, wanita yang paling aku cintai, aku mau mempertanggungjawabkan semuanya.”

“nggak perlu! Mau berapa kali kakak bertanggung jawab untuk kesalahan yang kakak buat?” jawab fika membentak.

“perempuan itu Tiara, kamu masih inget siapa kan? Dia adikku yang tinggal di luar negeri.”

mario berlutut di hadapan fika.

“aku bukan matahari seperti yang kamu bilang, aku cuma manusia biasa, manusia yang ingin dan selalu bisa kamu dekap, manusia membutuhkan kamu untuk terus bertahan, aku yang membutuhkan kamu untuk menahan aku yang sudah lelah terbang, aku di sini untuk kamu dan untuk menjadi ayah yang baik untuk anak kita.”

fika memengang lengan mario dan menyuruhnya berdiri. mario tetap tak mau berdiri.

“saya sudah maafin kakak.”

“saya akan meninggalkan sangkar emas saya, menjemput kebebasan saya dengan kamu di tempat ini, saya mau menikahimu, untuk yang pertama dan terakhir, bersediakah kamu?” pinta mario tanpa 
mempedulikan ucapan fika.

Tanpa menjawab fika memeluk mario. Ia percaya mario tak main-main saat ini. Ia tak lagi ragu untuk menemui kebahagiaannya yang sejati. Cinta itu berhasil menemukan tujuannya sendiri, walaupun jalan itu sungguh sangat rumit.  Karena memang Tuhan Sang Maha Cinta hanya akan memberikan ujung yang indah pada semua umatnya yang percaya bahwa cinta itu baik adanya.  

Percayalah! Dosa akan tetap menjadi dosa, tapi tak ada kata terlambat untuk mengakhirinya dan menukarnya dengan beribu kebaikan. Bukan dengan menjadi matahari karena kita hanya manusia yang tak pernah menjadi sempurna tanpa orang lain.
>> the end..





Mohon Ampun ::cerpen::

By D'Masiv..
Buat pecinta RIO-Via


Hope u like it

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


" BIBI !!!!!!!!!!! SIAPIN AIR PANAS BUAT AKU MANDI !!CEPET !!!!!!!!!!" teriak seorang gais dari dalam kamarnya. Ga lama kemudian dateng wanita tengah baya dengan tergopoh gopoh.
" Ba..Baik Non "
" Ya udah cepet !! ga pake lama !! "


Selang beberapa waktu..

" BIBI !!!!!!!!! SEPATU AKU MANA ??? " teriak gadis itu lagi.
" Se..sepatu Non yg warna putih udah bibi siapin kok " bela sang Bibi.
" Bukan yg putih bego !!!! aku mau pake yg warna biru !!! cepet siapin !! lelet amat " bentak gadis tsb. Lalu ia menghambur k meja makan untuk sarapan bersama kedua orang tuannya.

@ Meja makan

" BIBI !!!!!! SELAI NANASNYA MNA ??? AKU KAN UDAH PESEN ??!!!" seru gadis tsb. Ga peduli di meja makan. Kedua orang tuannya hanya geleng kepala.
" Sivia , ga boleh kasar gitu dong sayang. Bibi Minah kan lagi banyak kerjaan. Ga bisa sedikit dikit kamu nyuruh ini-itu. Kasian kan sayang " nasehat mama gadis yg bernama Sivia itu.
" Ihh...Mama kok belain Bibi sih ?? dia kan emang pembantu, jadi wajar klo dia ngelayanin perintah majikannya " bela Sivia.
" Iya . Tapi kan Bibi Minah itu manusia juga. Dan jauh lebih tua dari kamu. Seharusnya kamu lebih menghormatinya biarpun dia cuma pmbantu " jelas Papa Via ikut bicara.
" Loh kok papa mama ngebelain dia sih ?? "
" Papa mama ga membela siapapun sayang ..kami cuma..."
" Ahh udah deh. Bete. Via berangkat sekarang aja. MANG MIN !!! SIAPIN MOBIL BUAT NGANTERIN AKU !!!!!!!!! " pamit Sivia setelah iu kembali dia berteriak.


Kedua orang tua Sivia hanya bisa memaklumi tingkah anak tunggal mereka. Sejak kecil Sivia hidup berkecukupan. Semua keinginannya selalu terpenuhi. Ayah Via adalh pengusaha kuliner yg mempunyai restoran besar dengan cabang yg tersebar di pelosok kota. Mama Sivia hanya ibu rumah tangga biasa. Hal itulah yg membuat Sivia merasa paling sempurna. Cantik dan kaya. Via tumbuh menjadi gadis yg sombong terkadang manja. Dia juga suka merendahkan dan meremehkan orang yg status sosialnya jauh lebih rendah dari Sivia. Kedua orang tuannya sudah berusaha menasehati agar Sivia mengubah perilakunya. Juga dayat, cwonya ikut memberi nasehat. Tapi percuma karna Sivia masih bertahan dengan sifat negatifnya tsb.



-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


@ Kelas

" Woii ngapa tuh mulut pake maju segala ?? ngambek nii yee " goda Shilla, sahabat sekaligus temen sebangku Sivia.
" Apaan sih loe ?? gue lagi bete nih gara2 dinasehatin lagi !! ugghh " keluh Via. Shilla mesem mesem.
" Ehh Shill, gelang loe baru ya ?? bagus dehh " ucap Via pas liat gelang warna kuning di tangan Shilla. Shilla cuma nyengir " Hehehe..masa sih ??"
" Iya. Gue juga pengen tuh gelang. Tapi berhubung loe udah pake ya lupain aja. Gue ga mau dibilang nge-copy "
" Ahh elo "
" Emang uh gelang dari siapa ??" Shilla tampak kaget, " Hah ?? ee..bu..bu..kan dari siapa siapa kok " jawabnya gugup.
" Kok loe gugup gitu sih ?? biasa aja kali " Sivia sempet curiga tapi bel keburu berbunyi dan pelajaran dimulai.


KRINGGGG!!!!!!!!! bel istirahat berbunyi.

" Shill kantin yuk "
" Ayuukk "


@ Kantin

Kantin sudah penuh. Ga ada lagi meja yg tersisa. Via dan Shilla lemas seketika.

" Penuh lagi. Padahal gue laper bgt belom sarapan " keluh Via.
" Eh itu Dayat sama Ro. Gabung sama mereka yukk " ajak Shilla


" Hyy guys, kita gabung boleh kan ??" tanya Shilla. Dayat memandangnya. Lalu tersenyum " Boleh lah..masa engga sih "
" Thanks yahh " Lalu Sivia dan Shilla duduk berseblahan. Sivia berhadapan dengan Dayat sementara Shilla dengan Rio.
" Kamu mau pesen apa Beibh ?? ntar aku pesenin " tawar Dayat pada Via.
" Emm..batagor sama siomay aja deh. Minumnya ngikut "
" Kalo loe Shill ??" tanya Dayat. Rio memperhatikan Sivia.
" Emm..samain Sivia deh " Dayat bangkit dari kursinya " Oke deh gue pesenin dulu ya "
Ga berapa lama kemudian pesenan dateng. Sivia dan Shilla melahap makanan tsb dengan lahap. Begitupun Rio dan Dayat. Sesekali Dayat mencuri pandang ke arah Shilla bukan ke Sivia. Rio yg melihat itu sempet curiga.

" Aduhh...blepotan lagi " Sivia mengeluhkan saus batagor yg berceceran di mulut dan kerah seragamnya. Saat ia mau mengambil tisu, secara kebetulan Rio juga hendak mengambil. Tangan mereka brtubrukan. Keduannya diam dan saling memandang.

" Ups..sori "
" Ga apa " Untung Dayat lagi bayar makanan jadi ga liat kejadian itu.

" Bel tuh..ke kelas yuuk Shill. Duluan ya semua " pamit Sivia. Sebelum pergi dia sempet melirik Rio, yg juga lagi menatapnya. Pandangan mereka bertemu. Ada yg lain di hati Sivia.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pulang sekolah...

From : Thaqw ^^ Dayat

Sori yah beibh, aku ga bisa nganter balik. Aku harus ke rumah sakit.
Adikku sakit. Sori yah ^^


Sivia memandang massege itu tanpa ekspresi. ' Ihh masa dia lebih mentingin ade nya ketimbang gue sih ?' protes Via dalam hati. Lagi dongkol2nya dateng tiger biru. Sang pengemudi membuka helmnya.

" Lagi nungguin Dayat ya Vi ??"
" Hah Rio ?? ngga kok. Dia ga bisa nganter gue balik "
" Ohh..ya udah kalo gitu bareng sama gue aja. Kbetulan kan kita searah " ajak Rio. Sivia sebenernya ga mau naik motor. Alesannya panas dan debu. Tapi entah kenapa dia ga bisa nolak ajakan Rio. " Boleh deh " Sivia menaiki motor Rio.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sesampainya di rumah..

" Heh !! siapa loe ?? jangan2 mao maling lagi !! gue panggilin polisi baru tau loe " Ancam Via. Dia baru aja ngebuka pintu rumahnya dan kaget begitu melihat ada seorang gadis seumurannya ada di ruang tamu rumah Sivia. Tangan Sivia terjulur hendak meraih telepon.
" Ehh jangan dong. Saya bukan maling " cegah gadis itu sembari memegangi lengan Sivia.
" Ihh paan sih pegang2 ?? nanti tangan gue banyak kumannya lagi " ucap Sivia sambil mengelus elus lengan yg dipegang gadis itu. Tiba tiba Mama Via dateng..
" Ada apa ini ?? Via ?? kamu udah pulang ??" sambut Mama Via. Via ga menggubris sambutan mamanya. Dia malah mengalihkan pembicaraan.
" Dia maling nih mah..kita harus lapor polisi " adu Sivia.
" Ckkck..bukan kok sayang. Dia itu bukan maling "
" Lah trus siapa ??"
" Dia Nova, anak Bibi Minah. Di kampungnya lagi ada bentrok antar desa, makanya dia mutusin untuk tinggal disini supaya aman "
" WHAT ???"
" Iya Sivia. Kenalin saya Nova " tangan Nova terjulur hendak menyalami Sivia. Tapi Via cuek.
" Habis ini loe ke kamar gue bantu gue ngerjain PR. kata Bibi, loe tuh pinter kan ??" pinta Via sembari berlalu ke kamarnya. Nova menarik tangannya sia sia.
" Maafin anak tante ya Nova. Dia emang suka begitu " Mama Via ngerasa ga enak.
" Ga apa kok Bu, saya maklum "

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

" NOVA !!!!!!!!!!!!!!!!! KESINI CEPET !!!!!!!!!!!!!!! " semenjak Nova tinggal dirumah Via, bukan Bibinya lagi yg ia suruh2, tapi giliran Nova. Nova dateng sedikit lama. Bikin Via tambah keki.
" Dari mana aja sih loe ??? lama bener " tegur Via.
" Maaf Via, saya ngebantuin ibu nguras kolam "
" Whattzz ?? VIA ?? ehh loe tuh cuma anak babu ya !! ga usah sok akrab deh sama gue " cerca Via. Nova ga ngerti. " Maksud kamu ??"
" Panggil gue NON !! "
" Baekk Vi..ehh Non Via "
" Bagus. Sekarang gue mau loe pijetin kaki gue. Gue cape abis lari olahraga tadi " perintah Via. Nova menurut.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

@ Restoran

" Semua bukti sudah terkumpul. Kamu tak bisa mengelak " tegas Pak Candra, papa Via. Di hadapannya ada 2 orang lelaki.
" Maaf Pak, saya terpaksa lakukan itu untuk menghidupi keluarga saya " lirih salah satu diantaranya yg bernama Usman.
" Manghidupi anak istri ?? apa kamu pikir mereka seneng dikasih nafkah ga halal dari kamu ??" sanggah Pak Candra." Saya sudah mempercayakan kamu Usman, tapi apa balasannya ?? saya harus bertindak tegas " sambungnya.
" Maksud bapak ??"
" Kamu saya pecat ! "
" Tapi Pak ...??"
" Silahkan tinggalkan restoran ini " Usman dan rekannya yg juga dipecat, Dedi pergi meninggalkan ruangan Pak Candra. Hati mereka tak karuan. Di penuhi rasa kecewa juga amarah serta dendam. Mereka tak bisa terima begitu saja bahwa mereka dipecat. Mereka merencanakan pembalasan dendam.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

@ Mall

Sivia dan Shilla sedang pergi shoping. Maklum keduannya anak orang kaya. Kalo orang di luar sana mencari cara untuk mndapatkan uang, mereka malah mencari cara untuk menghabiskan uang. Setelah shoping mereka putuskan untuk makan.

@ Idol Cafe

" Vi, hubungan loe sama Dayat gimana ??" tanya Shilla tiba2.
" Baek2 aja. Emang napa ??"
" Ha ?? e..engga kok. Emm gue ke toilet dulu yah " Shilla pergi ke toilet. Hape dan tasnya ditinggal di meja. Tiba2 hape Shilla berdering. Via kaget ngeliat nomer si pemanggil sama dengan nomer seorang. Jangan2...Via memutuskan untuk mengangkat telpon itu tanpa berbicara.

" Halo Shilla sayang, kamu ada waktu ngga ?? jalan yuukk ! udah lama kita ga jalan berdua !! tenang aja..ga akan ketauan Sivia kok, dia kan taunya aku lagi tunggu ade di rumah sakit. Gian sekarang Via pasti lagi shoping " ucap seorang di seberang. Via mengenali suara itu.
" Dasar cwo buaya !!! " Tuuutttt........Via mematikan sambungan telpon. Ya, itu telpon dari DAYAT !!!. Shilla baru balik dari toilet. Dilihatnya Via memegangi ponselnya.

" Kenapa Vi ??" tanya Shilla heran. Via ga ngejawab. Dia meraih gelas soda di depannya dan menyiramkan ke muka Shilla.BYUUUURRRRR!!!!

" Via ?? apa apaan sih loe ???"
" Gue ?? Loe tuh yg apa apaan !! maksud loe apa selingkuh sama dayat ??? loe lupa dayat siapa ?? dia CWO SOHIB LOE SENDIRI !!!"
" Vi..maksud gue "
" Brengsek kalian semua !!!! Pengkianat !!! " Via pergi ninggalin Shilla yg basah kuyup mukanya.



@ Cafe melodi

Via ga bisa membendung airmatanya. Dia ga nyangka bakal jadi kea gini.

" Via...loe kenapa ??" tanya Rio pas baru dateng. Via emang sms Rio untuk menemuinya.
" Duduk deh Yo " Rio duduk di samping Via. " Sekarang loe ceritain semua ke gue Oke ??":
" Da..dayat..se..selingkuh sa..sama Shilla.Huhuhu "
" Apa ?? loe tau darimana ??"
" Tadi gue ga sengaja ngangkat telpon dari hape Shilla. Ternyata itu Dayat. Gue udah curiga Yo, soalnya nomernya mirip sama punya Dayat. Gue ga nyangka.." isak Via. Perlahan Rio mendorong pundak Via. Dibawanya bersandar di pundaknya. Di pundak Rio, Via menangis sepuasnya. Rio jadi iba. Bagaimanapun sakit kalo dikhianati orang yg kita percaya ?? Rio pengen marah sama Dayat. tapi percuma karna akan membuang waktu. Dayat cuek dan ga akan menanggapinya. Jujur Rio ga terima Via diperlakuin kea gini. Dia suka Sivia jauh sebelum dia jadian sama Dayat. ' Gue udah ngerelain Via untuk sohib gue tapi loe udah nyia nyiain dia' batin Rio.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sesampainya di rumah..

" Non Via kenapa ?? kok mata Non bengkak ?? abis nangis ya Non ??" tanya Nova gitu Via masuk ke ruang tamu.
" Aduhh bawel amat sih loe !!! loe tuh cuma anak babu !! ga usah sok care dan ikut campur urusan gue dehh "
" I..iya Non maaf "
" Mending sekarang loe keluar cariin obat penghilang bengkak di mata gue "
" Tapi kan udah malem Non "
" Ihh ga usah ngebantah !!! cepet !! "
" I..ya Non " Nova keluar rumah untuk membeli obat yg dimaksud Via. Via tau padahal obat yg dimintanya ga akan ada di apotek manapun. Dia lagi emosi dan ga mau diganggu makanya dia suruh Nova pergi.


Tengah malam...

KREKKKK !!! suara aneh terdengar. Via yg masih belum tidur gara2 mikirin Dayat-Shilla, kaget.' suara apaan tuh ?' tanyanya dalam hati. Tapi dia berpikir positif.' mungkin Nova kali baru pulang 'pikirnya. Via kembali ke tempat tidurnya.KREKKKK !! Via tersentak ' kalo Nova pasti dia bakal nemuin gue, laporan dapet ga dapet obatnya. kalo bukan Nova siapa dong ??' Via memberanikan diri melihat apa yg terjadi sesungguhnya.

" ARRGGHHHHHHHHH!!!!!" teriakan mama Via ! Tanpa pikir panjang Via memburu ke kamar kedua orang tuanya.

Di kamar orang tuannya, Via tersentak. Ada 3 orang bertopeng yg menodongkan senjata ke arah mamanya. Ada yg membawa pisau, kayu, dan golok. Dilihatnya papa Via sudah terbujur kaku dengan dada penuh darah. Sementara Bi Minah dan Mang Min terikat dengan mulut disumpel kain. Dimana Nova ?? rupanya dia belum kembali mencari obat pesenan Via.

" Beritau kami kode sandi brankas kalian ?? cepet !! " ujar sang perampok.
" Ga !! kalian sudah menghabisi suami saya. Saya ga akan membiarkan harta saya jatuh ke tangan kalian " tolak mama Via. Via diam di tempat.
" Beritahi SEKARANG !!!! sebelum kesabaran kami habis "
" TIDAKK !!! " mama Via bersikeras. Dan..Jlepp !! pisau menembus perut mama Via.
" Mama !! dasar perampok sinting !! " Via menghambur menghampiri mamanya yg ambruk.
" Mama..huhuhu"
" Nahh giliran anaknya yg kita habisi " ucap perampok yg membawa golok. Ia hendak mengarahkan goloknya kearah Via tapi..
BUKKKK !!! sebongkah batu seukuran kepala bayi berhasil membuat si perampok roboh. Nova berhasil menyarangkan luka di kepala perampok itu. Kedua teman perampok terkejut begitupun Via. Kedua perampon itu mengepung Nova. Tapi sebelum perampok itu melukai Nova..

" Jangan bergerak !!! angkat tangan !! turunkan senjata kalian " 5 orang polisi sudah ada di ruangan itu. Polisi tsb berhasil menangkap perampok tsb.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ketua perampok ialah Usman. Dengan anak buah Dedi dan teman mereka yg lain. Usman adalah mantan manager restoran yg dipercaya papa Via. Tapi Usman dipecat karna telah terbukti melakukan penyelewengan dana. Juga menybar fitnah dengan cara membubuhi racun ke dalam masakan restoran. Tindakannya ini dibantu Dedi, karyawan restoran. Rupanya mereka tidak terima dipecat dan berniat membalaskan dendam pada Pak candra beserta keluargannya dengan berpura menjadi perampok. Tapi hal itu digagalkan Nova. Dia baru pulang mencari obat yg diminta Sivia. Dia sempat curia karna lampu kamar majikannya menyala. Itu jarang terjadi, biasanya majikan ibunya itu tidur ga selarut ini. Nova curiga makanya dia mengendap endap untuk melihat apa yg terjadi. Dirinya kaget bukan main. Rasa bingung sempet melanda Nova. Tapi dia ga mau buang waktu. Dia putuskan utntuk menelpon polisi. Sembari menunggu polisi dateng, Nova keluar halaman untuk mencari batu besar. Dilihatnya batu seukuran kepala bayi. Dipungutnya dan Nova gunakan untuk memukul kepala si perampok saat akan melukai Sivia. Kini, ketiga orang jahat itu divonis 10 thun penjara atas pasal ganda. Perampokan dan pembunuhan. Ya, papa Sivia meninggal karna kehabisan darah akibat di golok perampok. Sedangkan mamanya masih koma. Sivia benr2 shock. Dia lebih sering ngelamun. Di sekolah pun dia lebih banyak diem. Sejak ditinggal Shilla, Rio lah yg menemani Via. Di rumah juga ada Nova yg setiap saat membantunya.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suatu hari...

" Non makan dulu ya. Non kan belum makan " bujuk Nova sembari meletakkan bubur ayam di meja samping kasur Via. Via diam.
" Ya udah saya tinggal dulu ya Non " saat Nova akan meninggalkan kamar Via, Via mencegahnya.
" Tunggu..."
" Kenapa lagi Non ??"
" ma..mafin atas kelakuan gue ke elo ya Nov, gue ga bermaksud.." ucap Via tulus. Nova tersenyum " Ga apa kali Non. Saya ngerti kok "
" Makasih ya Nov, mulai sekarang loe panggil aja Via, ga usah pake Non segala "
" Iya Non, Ehh Via "

Rio dateng..

" Ada apaan nih ???" tanyanya heran pas liat Nova sama Via berpelukan.
" Kita udah damai Yo "
" Wahh bagus kalo gitu "
" Ya udah kalian ngobrl aja. Saya mau bantu ibu dulu " pamit Nova. Sekarang hanya ada Via dan Rio di kamar Via.

" Vi..loe belom makan kan ?? gue suapin ya ??" bujuk Rio. Dia menyendok sesuap pada Via. Via melahapnya.
" Hidup gue lagi apes bgt Yo, udah pacar direbut sohib sendiri, ehh kerampokan lagi " kata Via.
" yahh namanya juga nasib "
" Sekarang gue sendirian Yo, Tuhan kayanya benci deh sama gue. Makanya gue dikasih ujian kea gini " keluh Via. Rio menghentikan suapannya.
" Via via..ada 2 hal yg salah dari teori loe. Yang pertama, loe ga sendiri. Masih ada gue, Nova, Bi Minah, Mang Min dan nyokap loe yg sayang sama loe. Yang kedua Tuhan itu ga pernah benci sama ciptaannya sendiri. Mungkin Dia kasih loe cobaan untuk negur loe biar loe berubah jadi Sivia yg baru " terang Rio.
" Tapi gimana nyokap gue Yo ?? kalo nyokap gue ga selamet ?? loe tau koma kan ?? batas antara hidup dan mati "
" Ya ampun Via..loe jangan negatif thingking gitu ahh. Berdoa aja supaya semua baek2 aja "
" Thanks ya Yo "
" Sama-sama. Nie lanjutin makannya "


Via, Rio, dan Nova akan pegi ke rumah sakit menjenguk mama Via. Tapi mereka dikagetkan oleh kemunculan seorang yg ga asing di kursi depan ICU. Dayatt !!!!

" Ngapain loe disini ??" tanya Via sinis.
" Via..Vi maafin gue..gue nyesel bgt udah ngelepas loe " rengek Dayat sembari memegangi tangan Via. Rio jeulaos berat.
" Trus Shilla ??"
" Shilla cwe matre. Dia morotin gue. Gue nyesel bgt Vi . Loe mau kan balikan lagi sama gue " tawar Dayat. Rio pasrah. Sementara Nova diem aja.
" Balikan ?? ngaca dong loe !!! loe tuh udah ngecewain gue. Seenak jidat aja ngajakin balikan, Lagian gue udah punya pengganti yg jauhh jauhh lebih baek dari loe !! " tutu Via.
" ha ?? Siapa ??" tanya Dayat ga percaya.
" Rio !! " jawab Via seraya menggamit lengan Rio. Rio tersenyum. Begitupun Nova. Mereka bertiga berlalu meninggalkan Dayat yang....ughhh memprihatinkan.


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


" Ya Allah..maafin Via atas kelakuan Via selama ini..hamba sadar bahwa hamba bukanlah manusia sempurna. hamba yakin Engkau memberi cobaan ini pada hamba karena Engkau sayang terhadap hamba. Ampuni aku ya Allah...." rintih Via saat dia melaksanakan sholat tahajud. Dia benar2 ingin bertobat. Berada di jalan yg benar ...tanpa Via tahu, dari jendela luar moshola rumah sakit, Rio dan Nova memperhatikan Sivia. Senyuman manis tersungging di bibir keduanya...............


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Minta ampun aku
Jika aku bersalah
Mohon ampun aku..
Jika aku berdosa

Aku bukan siapa siapa
Aku hanya manusia
Yang tak lepas dari kesalahan

Kuserahkan
Hidupku pada MU
Tuhan ampuni aku
Kumemohon padamu

Tunjukkan jalanMU...

Mario & Ashilla...::Cerpen::

Aku menyadari bahwa dirimu memang tak sempurna..
Maaf bila aku telah mengecewakanmu..
Membuatmu menangis..
Menghapuskan segala bayangan indah dalam pikiranmu..

Aku mencintaimu..
Memberikan seluruh hatiku, sepenuhnya untukmu..                                                                                                     
Hanya untukmu..

Di mata orang, kau memang tak sempurna..
Tapi dimataku, kesempurnaan hanya milik Tuhan,
Dan Tuhan,
Menganugrahkan kesempurnaan padamu, pada kecantikanmu..

Aku tak peduli apapun kekuranganmu..
Aku menerimamu apa adanya..
Akupun berharap demikian..

Tapi ternyata,
Kau belum memberikan sepenuhnya hatimu untukku..

Aku tak memaksa..
Yang perlu kau tau,
Aku akan tetap mencintaimu..
Dengan, atau tanpa kasihmu..

Sampai aku mati..

-Mario-

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Loe serius Yo ??” tanya cowo korean yang ada dihadapan Rio. Dialah Alvin, sahabatnya.

“Serius. Gue pengen buat dia bahagia. Dan dengan cara itulah gue bisa liat dia tersenyum” jawab Rio mantap.

“Okelah loe mau buat dia bahagia. Tapi apa ngga dengan cara lain ?? ayoo lah Yo, dia Cuma cewe yang baru loe kenal  7 bulan lalu. Siapa tau dia ngga beneran cinta sama loe”

“Tapi gue yakin Vin, gue ngga butuh kepastian cintanya ke gue. yang gue tau, gue cinta mati sama dia dan bakal ngorbanin apapun demi senyumannya” Rio bersikeras.

“Hmm…terserah loe deh. Gue harap loe ngga akan nyesel sama keputusan loe. Gue angkat tangan” Alvin mengangkat kedua tangannya sebatas kepala.

Bibir Rio menyunggingkan senyum tipis. “Thanks ya Vin, dukungan loe berarti banget buat gue”

“Yah mau gimana lagi ?? gue kan emang ngga bisa menghalangi kemauan dari seorang Mario” Rio menjabat tangan sahabat kentalnya.

“Semoga keputusan gue ngga salah”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Rangkaian perban panjang yang menutup mata gadis itu sedikit demi sedikit dilepas sang dokter dengan hati hati. Alvin, dan sahabat gadis tersebut menunggui di dalam ruangan. Menanti detik detik sang gadis melihat dunia. Gulungan perban terakhir dijatuhkan dokter ke lantai. Meninggalkan dua kapas yang menutup mata sang gadis. Membuat yang ada didalam ruangan itu semakin tak karuan, berhasil atau tidak ??

“Sekarang, buka mata kamu..pelan saja” perintah dokter kala dirinya melepas 2 helai kapas yang melekat menutup mata gadis.

Alvin dan Sivia—sahabat si gadis—menahan nafas kala sang gadis membuka matanya perlahan.

“Shilla ??” panggil Sivia, pelan.

Sang gadis yang bernama Shilla tak langsung menjawab panggilan sahabatnya. Tapi diam sejenak. Memperhatikan ruangan putih yang mungkin tampak asing baginya. Ya !! memperhatikan!! Itu artinya…

“Aku bisa melihat !!” seru Shilla kegirangan.

“Yang bener Shill ??” Sivia tampaknya ingin sekali lagi memastikan. Gadis itu membiarkan dokter memeriksa mata sahabatnya terlebih dahulu.

“Gimana dok ??” tanya Via girang.

“Operasi berhasil. Pasien bisa melihat. Selamat ya” ucap sang dokter.

“Makasih banyak ya dok”

“saya permisi” dokter beserta seorang susternya meninggalkan ruangan. Tinggalah Alvin, Sivia dan Shilla.

“Shilla, aku seneng banget kamu bisa liat lagi !” Sivia memeluk sahabatnya.

“Ini kamu Vi ?? sahabatku sejak kecil ?? Sivia…kamu cantik banget” Shilla meraba wajah sahabatnya. Dan mengusap airmata haru yang keluar dari pelupuk mata Via.

“Jangan nangis ya cantik..” Sivia kembali tersenyum. Sedangkan Shilla melirik Alvin.

“Dia..apa dia Rio ?? apa kamu Mario ??” tanya Shilla. Alvin tersenyum tipis. “Aku Alvin. inget kan ??”

“Ohh Alvin. terus mana mario ?? aku pengen banget ketemu sama dia”

“Pulihkan dulu kesehatan kamu. Setelah kamu keluar dari rumah sakit, baru kamu bisa bertemu Rio” tutur Alvin.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Rio mana Vin ??” hari ini Shilla dibolehkan pulang ke rumah sakit. Dan hari itu juga Alvin mengajak Shilla menemui Rio.

“Ntar juga loe tau. Ikut gue aja” Alvin berjalan cepat kedepan. Meninggalkan Sivia dan Shilla dibelakang.

“Vi, kok Alvin jutek banget ke aku ?? emang aku ada salah apa ??” bisik Shilla.

Sivia membisu. Entah apa yang ada dalam pikirannya.

“Via !!”

“Hah apa ??”

“Ihh kamu ngga dengerin aku ya ??”

“Mmm…aku ngga tau Shill. Alvin kan emang orangnya kaya gitu. Sejak pertama kali kita ketemu sama mereka. Kamu inget kan ??”

Shilla diam. Berusaha mengingat saat pertama perjumpaan dirinya, Sivia, Alvin dengan Rio. Dulu, sama sekali tak ada pandangan tentang mereka. Membayangkan wajahnya pun tidak bisa. Tapi yang jelas, kelembutan Rio, kedinginan Alvin, dan kesetiaan Sivia yang membuat sedikit bayangan muncul dalam pikiran Shilla. Wajah wajah mereka yang kini bisa dia lihat dengan mata kepalanya. Alvin dan Sivia sudah berhasil dilihatnya. Hanya tinggal seorang..seorang yang sangat berarti untuk dirinya…

“Nah, itu dia…Mario” Alvin berhenti. Dan menunjuk seseorang yang sedang terduduk di kursi. Dihadapannya terdapat sebuah grandpiano. Jari jarinya sibuk memainkan tuts piano secara asal asalan. Di lejer pemuda itu terbalut sebuah syal rajutan berwarna biru putih.

“Rio…”Shilla mendekatkan langkahnya perlahan ke tempat Rio berada. Alvin memutuskan untuk menjauh dari Rio. Berada dekat Sivia.

“Kamu Mario ??” tegur Shilla pelan seraya menyentuh pundak Rio. Sontak, permainan asal asalan Rio terhenti. Suasana menjadi hening.

“Permainan kamu bagus. Kenapa berhenti ??” lanjut Shilla.

“Saya ngga bisa meneruskan permainan ini. alunan nada yang ngga akan tersusun rapi karna saya…tidak bisa melihat not not balok dan menempatkan jari saya di tuts yang tepat” ujar Rio.

“Maksud kamu ?? oh aku ngerti. Kamu ngga bisa baca not balok kan ??? makanya kamu asal asalan” kata Shilla.

Rio menggeleng. “Ngga. Ashilla, saya memang tidak bisa melihat”

“APA ??!! jadi kamu….kamu..ngga !! Rio, kamu pasti becanda kan ?” tanya Shilal lebih keras. Alvin menatapi Rio dan Shilla tanpa ekspresi. Sedangkan Sivia menggigit bibir bawahnya. Tanda ia sedang cemas atau khawatir.

“Saya ngga bohong. Saya lah Rio. Rio yang kamu kenal. Saya senang sekali kamu bisa melihat. Ijinkan saya meraba lembut wajah kamu” Rio mengangkat tangannya, hendak membelai pipi Shilla. Namun gadis itu menepisnya.

“NGGA !! aku ngga akan ngijinin kamu nyentuh aku !” ucapnya galak.

“Loh kenapa ??”

“Karna aku ngga sudi muka aku disentuh sama cowo buta macem kamu !!”

“Maksud kamu ?? Shilla, aku Rio..pacar kamu”

“Pacar ?? kamu memang Rio..tapi aku ngga nyangka kalo ternyata kamu juga buta !! dibayanganku, kamu itu tampan dan sempurna. Aku pikir Alvin itu kamu !! tapi ternyata kamu….”

“Jadi kamu kecewa ??”

“Ya !! kecewa banget…kalo tau bakal kaya begini, lebih baik sejak dulu aku ngga menerima kamu. Karna menerima kamu adalah satu penyesalan terbesar dalam hidup aku.semua janji yang pernah aku ucapin, batal !! aku ngga mau menikah sama orang cacat kaya kamu.  Permisi !!” Shilla meninggalkan tempatnya setelah dia berhasil menggoreskan luka dalam hati Mario. Lelaki yang tak pernah berhenti mencintainya…

“kenapa kamu tega mengingkari janji kamu” lirih Rio, pilu.

~Flashback~

“Liat kan Yo ?? apapun yang gue mau, pasti bisa didapet. Dan ngga ada yang ngalahin. Termasuk batu rubby yang langka ini. akhirnya bisa gue kasih sebagai kado buat mama” 2 orang pemuda berjalan beriringan menyusuri Mall elite di ibukota. Salah seorang pemuda tak henti hentinya berseru heboh sembari memamerkan sebuah batu merah yang baru saja dia dapatkan dengan harga selangit di toko perhiasan Mall tersebut.

“Ckck..iyaiya. gue salut sama loe. Kapan loe mau kasih ke Tante Gracia ??” pemuda yang satunya bertanya.

“Pas ul…”

BRUKK !
Seorang gadis menabrakan dirinya, menyenggol Alvin sehingga batu yang dia bawa terjatuh, dan…pecah !

“Heh, punya mata ngga sih loe !! loe tau ngga ?? gara gara loe nabrak gue, barang yang sangat berharga ilang !! pecah !! pake otak dong loe !” marah alvin.

“Maaf mas, saya ngga sengaja” kata gadis itu.

“Ngga sengaja..ngga sengaja !!”

“Udah Vin, sabar”

“Gabisa gitu dong Yo !! mana bisa gue sabar ?? batu Rubby udah gue dapetin secara susah payah !! dan sekarang, raib gara gara cewe oon ini !!” alvin menunjuk gadis di depannya.

“Heh, kamu tuh belagu banget sih ??!! temen aku kan udah minta maaf. Lagipula berapa sih harga barang kamu ?? biar aku ganti” tutur Sivia.

“Loe ganti ?? oke !! harganya 35 juta !!”

“Apa ??”

“He ?? ga mampu kan loe !! makanya jangan sok !” ejek Alvin.

“Denger ya, kalau saya punya mata, pasti saya akan lebih hati hati. Ngga akan saya biarkan diri saya sampe nabrak orang sombong kaya kamu !! ayo Vi, kita pergi” ajak gadis itu. Alvin tak begitu ambil pusing. Berbeda dengan Rio. Pandangannya terus mengikuti kemana gadis itu pergi. Baru dia sadari, bahwa gadis itu memang buta. Terbukti dari tongkat yang dia bawa. Matanya juga kosong tanpa ekspresi. Sungguh keterlaluan Alvin marah marah akan apa yang tidak sengaja dilakukan gadis itu.

“Yo, cabut yukk !! badmood gue” ajak Alvin. Rio mengikuti. Sepanjang perjalanan pulang, tak satupun kata keluar dari mulut Rio. Apalagi menasehati Alvin dan mengungkit masalah gadis itu, yang ada dia yang dimakan sahabatnya.


Dalam kamar yang penuh dengan nuansa biru langit, sesosok lelaki terduduk sambil memangku gitar yang tidak dimainkannya. Tangannya malah justru menggenggam sehelai kain. Seperti sapu tangan. Dia, Rio. Yang sekarang sedang memperhatikan sapu tangan yang ada di genggamannya.

“Sapu tangan ini pasti milik cewe tadi. gimana cara gue balikinnya ya ??” gumamnya. Memang, sapu tangan yang tak sengaja dia injak saat akan meninggalkan Mall tersebut. Rio yakin sapu tangan tersebut milik gadis buta yang menabrak Alvin secara tak sengaja.

“Hmmm…gue ngga nyangka banget dia buta. Apapun itu, gue harus balikin sapu tangan ini” tekadnya dalam hati.

@_@

Rintik rintik hujan tak berhenti mengguyur tanah Jakarta sejak siang tadi. hingga sore menjelang. Beruntunglah mereka mereka yang bisa mencapai tempat tujuan dalam keadaan kering. Keberuntungan yang seharusnya dimiliki Rio karna dia menggunakan mobil sehabis pulang kuliah. Tapi tampaknya, kali ini kesialan menyambanginya.

“Arghh !! apes banget gue….pake bocor lagi aelah !!” umpatnya seraya menendang ban mobil Toyota Yaris putih miliknya.

“Ck..gue cari tukang tambal ban aja kali ya. ngga ada gunanya juga kalo gue disini. Telpon bengkel bakal lama pasti” usai berkata, Rio mengambil payung yang disimpan dalam bagasinya. Untuk jaga jaga supaya ada kejadian dadakan yang mengharuskannya menggunakan payung. Seperti sore itu.

CRETTT !!

Sebuah truk besar melaju dengan kecepatan kencang. Membuat genangan air yang diinjak rodanya mau tak mau muncrat ke arah lain. Yang kebetulan mengenai pakaian seseorang yang ada didekatnya. Rio, yang posisinya tak jauh dari tempat, langsung menoleh kala mendengar seruan kaget dari si pemilik pakaian.

“Argh !!” pekiknya. Penasaran juga, Rio mendekat.  Betapa terkejutnya dia ketika melihat wajah orang itu.

“Dia kan..cewe buta yang kemaren” gumamnya. Gadis itu tak lain adalah Shilla. Yang kini tengah sibuk mengelap pakaiannya.

“Maaf, biar saya bantu” pemuda tersebut datang dan menawarkan bantuan.

“Siapa kamu ??”

“Saya..saya Rio”

“Rio ??”

“Kamu pernah ketemu sama saya kok. Cuma mungkin, kamu ngga tau karna saya ngga bersuara”

“Masa sih ?? kapan ??”

“Kemaren di Mall. Kamu nabrak temen saya”

“Ohh jadi kamu temen cowo belagu itu ??!! minggir, aku ngga butuh bantuan kamu” Shilla menepis tangan Rio. Gadis itu berjalan tertatih tatih dengan bantuan tongkat. Berusaha menyebrangi jalanan kecil Jakarta yang cukup padat. Tanpa sepengetahuannya, sebuah motor melaju dengan kecepatan diatas normal.

“Awas !!” peringatan Rio tak diindahkan Shilla. Tak ada waktu lagi. Laki laki itu berlari, menarik lengan Shilla dengan kedua tangannya.

BRUSH !!

Tak ada yang terluka, karna Rio berhasil membawa Shilla ketepian dan menutupi tubuh gadis itu dengan punggungnya. Akibatnya, jaket berwarna cerah milik Rio harus rela terkena cipratan air yang ditimbulkan oleh di pemilik motor yang tidak bertanggungjawab itu.

“Kamu ngga apa ??” tanya Rio khawatir.

“Kenapa ?? apa yang terjadi sama aku ??” tanya Shilla sembari mencoba bangkit. Rio membantunya. Menuntun Shilla ke tempat duduk yang terletak di taman kota. Keduanya basah kuyup. Karna payung yang rio bawa tadi rusak karna dia lempar saat akan menyelamatkan Shilla.

“Tadi pas kamu mau nyeberang, ada motor yang nyaris nabrak kamu” jawab Rio.

“Hmm…emang susah ya jadi orang buta. Ngga tau apa apa. Bahkan mau celaka aja ngga tau” lirih Shilla, putus asa.

“Hey, jangan bicara kaya gitu. Hidup itu anugrah. Jangan disesali apa yang sudah Tuhan berikan sama kita” pesen Rio.

“Aku ngga butuh ceramah kamu. Sekarang, mau apa kamu ketemu aku ?? kamu pasti disuruh temen kamu yang belagu itu buat minta ganti rugi yang kemaren kan ?? pengecut banget pake nyuruh orang lain. Sini, dateng ke depan aku sekarang” tantang Shilla. Rio menggarukkan kepala. Sungguh gadis yang cukup keras kepala.

“Mmm..bukan, saya ngga sengaja liat kamu. Saya memang kebetulan sedang mencari kamu. Bukan untuk menagih ganti rugi. Tapi saya mau mengembalikan ini” Rio mengeluarkan sapu tangan rajutan dari saku jaketnya. Untungnya, sapu tangan itu dia simpan di saku jaket yang sama.

“Ini milik kamu kan ??” tanya Rio memastikan. Shilla meraba raba sapu tangan tersebut.

“Iya. Ini milik saya. Sapu tangan ini berharga banget buat saya. Makasih ya” ucapnya seraya memeluk sapu tangan itu. Rio ikut tersenyum.

“Boleh saya tau kenapa itu berharga buat kamu ??”

“Sapu tangan ini adalah hasil rajutan aku yang pertama kali. Aku belajar merajut dari nenekku. Tapi sayang, nenek meninggal. Padahal, aku mau memberikan sapu tangan ini untuknya. Sebagai hadiah” raut wajah Shilla berubah sedih saat menceritakan sejarah sapu tangan itu.

“Mmm..maaf ya, gara gara saya kamu jadi sedih”

“Iya ngga papa. Makasih ya Rio. Ternyata kamu berbeda dengan teman kamu yang belagu itu”

“Hehe dia ngga belagu kok. Cuma ya kadang kadang emosinya ngga terkontrol aja” keduanya diam. Shilla memandang kosong ke depan. Sementara Rio asik memperhatikan lekuk wajah Shilla. Tak bisa dipungkiri, dibalik kekurangannya, gadis disampingnya memiliki kecantikan luar biasa.

“Setelah ini kamu mau kemana ??” tanya Rio.

“Pulang”

“Rumah kamu dimana ??”

“Di belakang gedung kesenian”

“Loh, kan lumayan jauh”

“Iya memang”

“Terus, gimana kamu bisa nyampe kesana ??”

“aku naik angkotlah. Masa jalan ??”

“Caranya ??” entah mengapa Rio ingin sekali tau.

“Aku meminta tolong orang untuk menyetopkan angkot yang tepat. Setelah naik, aku tinggal menyebutkan tempat dimana seharusnya aku turun” jelas Shilla. Rio hanya membulatkan mulutnya.

“Saya anter ya”

“Boleh. Tapi..apa ngga ngerepotin ??”

“Ngga lah. Tapi….naik angkot ya ??” Rio teringat akan mobilnya yang masih teronggok diam karna bocor bannya.

“Haha memang kenapa ?? lagian setiap hari aku juga naik angkot kan ??” ledek Shilla. Rio ikut tersenyum. Entah mengapa dia begitu merasa nyaman berada dekat Shilla. Padahal, mereka baru saling kenal.

@_@

“Hay Shilla” tegur Rio. Shilla menghentikan kegiatannya merajut.

“Rio ?? darimana kamu tau aku disini ??”

“Tadi aku ke rumah kamu. Terus tetangga kamu bilang, katanya kalo jam segini, pasti kamu nongkrong di taman sambil ngerajut. Yaudah aku susul aja” Rio mendudukkan dirinya di bangku taman samping Shilla.

“Ohh pasti yang ngasih tau kamu Sivia. Dia sahabat sekaligus tetangga aku”

“Emang di rumah kamu ngga ada siapa siapa ??”

“Aku tinggal sebatang kara. Sejak kecil aku diasuk kakek dan nenek”

“Orang tua ??”

“Entahlah. Mungkin mereka malu punya anak cacat seperti aku. Makanya mereka lepas dari tanggungjawab dan menitipkan aku di rumah kakek dan nenek” tuturnya sedih. Lagi lagi, Rio merasa bersalah karna telah membuat Shilla sedih.

“Terus, gimana caranya kamu bisa bertahan hidup ??”

“aku mengandalkan uang tabungan dari nenek. Kalo makan, keluarga Sivia berbaik hati memberikan jatah makanannya kepadaku. Setiap hari. Kadang kadang aku merajut kecil kecilan, dan aku tawarkan ke tetangga tetangga. Lumayan juga hasilnya”

Rio melirik kain yang diapit midangan. Hasil rajutan yang baru setengah jadi, namun sudah terlihat sangat indah.

“Saya salut sama kamu” ucap Rio.

“Kenapa ??”

“Dibalik kekurangan fisik kamu, kamu tegar menjalani kerasnya hidup. Dan bakat kamu merajut..saya kagum. Hasil rajutan kamu bagus banget” puji Rio. Pipi Shilla bersemu.

“Ah kamu bisa aja. Makasih ya”

“Ayoo dong lanjutin ngerajutnya. Saya mau liat lagi” sesuai perintah Rio, Shilla melanjutkan kegiatannya. Walau tak bisa melihat, Shilla bisa melakukannya dengan teliti. Pelan dan telaten. Hingga hasilnya pun sangat memuaskan.

“Aww !!” pekik Shilla. Ujung telunjuknya berdarah akibat terkena jarum.

“Astaga..berdarah. sini jari kamu” refleks, Rio meraih telunjuk Shilla. Diisapnya telunjuk gadis itu.

“Rio..”

“Air ludah itu bisa menghentikan darah akibat luka kecil” Rio melepaskan tangan Shilla.

“Makasih ya Yo. Baru kali ini ada lelaki yang perhatian ke aku sampe segininya” aku Shilla polos. Deg..jantung Rio tak bisa tenang. Benar kata Shilla. Mengapa dia begitu perhatian pada gadis buta itu ?? apa dia jatuh cinta padanya ?? entahlah. Mungkin iya..hanya Rio yang tau.

@_@

“Maaf, saya terlambat” sesal Rio setibanya di taman. Sore itu hujan deras. Tubuh Shilla sudah menggigil akibat kehujanan sedari tadi.

“Aku pikir kamu ingkar janji. Kamu yang minta aku menemui disini. Di tempat favorit kita.  Tapi apa ?? aku udah nunggu kamu sejak 3 jam yang lalu. Sampai kehujanan. Kamu malah terlambat ?? apa janji kamu ke aku ngga penting ??” marah Shilla.

Rio meremas kepalanya. Dia menyesal. Tadi, saat dirinya hendak menemui Shilla, mama mantan pacarnya, Ify menelpon dirinya. Meminta Rio datang ke rumah karna Ify sakit keras. Sampai disana, Rio tak mendapati Ify sekarat. Ify masih sehat sehat saja. Dia hanya ingin bertemu dengan Rio. Tentu Rio kecewa dan merasa waktunya terbuang. Namun Ify menghalanginya saat dirinya hendak pulang. Dan itu sebabnya dia telat menemui Shilla.

“Kenapa ?? kamu ngga bisa jawab kan ?? aku pikir kamu cowo yang paling baik. Tapi ternyata..kamu pengecut dan buaya !!” Shilla bangkit, namun Rio cepat berlutut dan memegangi punggung kaki Shilla.

“Saya ngga pernah main main dalam masalah hati”

“ Maksud kamu ??”

“Saya minta maaf atas keterlambatan saya. Bukan janji kita ngga penting, tapi tadi memang ada halangan. Saya minta kamu dateng kesini bukan tanpa tujuan” ucap Rio.

“Lalu apa tujuan kamu ??”

“Saya ingin mengutarakan isi hati saya..bahwa saya..saya jatuh cinta sama kamu. Saya menyayangi kamu. Saya ingin memiliki kamu” aku Rio.

Shilla terdiam sejenak. “Apa kamu serius ??”

“Sangat !! saya sangat serius. Entah kenapa perasaan ini muncul begitu aja. Tapi saya yakin ini tulus dari dalam hati saya”

“Rio..aku minta kamu bangun” Rio bangkit. Sesuai permintaan Shilla. Hujan yang makin deras membuat tubuh keduanya tenggelam dalam rintik rintik air.

“aku juga sayang sama kamu Yo. Aku harap, ngga ada permainan dalam pengakuan kamu. Jangan buat aku kecewa Yo”

“Iya Shill..saya janji. Saya ngga akan buat kamu sedih. Setetes pun airmata ngga akan saya biarkan mengalir di pipi kamu. Saya akan jaga hati kamu..sebisa saya. Semampu saya” janji Rio. Tak ada kata kata, Shilla langsung memeluk Rio. Belum pernah dia merasakan kebahagiaan seperti sekarang. disini. Bersama Mario…

@_@

“Kamu mau apain saya sih Shill ?? kenapa saya disuruh tutup mata segala ??” tanya Rio penasaran. Setibanya dia di taman, Shilla langsung menyuruhnya menutup mata. Katanya ada kejutan. Mau tak mau Rio menuruti. Walau penasaran.

“Sekarang, kamu buka mata kamu” pinta Shilla. Rio membuka matanya perlahan.

“Tarraaa !!” seru Shilla. Ditangannya terdapat syal rajut berwarna biru putih yang sangat cantik.

“Shill..ini..”

“Buat kekasih aku yang paling baik. Special aku bikinin untuk kamu, Mario” Shilla mengalungkan syal tersebut keleher Rio.

“Makasih ya Shill”

“Maaf ya jelek. Baru kali ini aku nyiba bikin syal. dan hasil yang pertama aku hadiahi untuk kamu. Semoga syal itu bisa menghangatkan kamu. Semoga aku bisa menghangatkan hati dan perasaan kamu” Shilla meraba wajah Rio. Rio turut membelai punggung tangan Shilla. Namun dirinya langsung menarik tangan Shilla.

“Shill…tangan kamu kenapa..??” tanya Rio cemas kala dia melihat lecet lecet kemerahan di tangan Shilla terutama pada jarinya. Rio meraih tangan gadis itu yang satunya. Sama saja ! lecet lecet.

“Kenapa Shill ??” tanya Rio—lagi—.

Shilla tersenyum. “Ngga papa kok. Anggep aja pengorbanan aku”

Rio tersenyum masam. Lecet lecet itu adalah bekas tertusuk jarum. Pasti Shilla bekerja keras untuk membuatkan hadiah untuknya. Sampai tangannya luka luka. Kasian Shilla.

“Maafin saya ya. ngga seharusnya kamu memaksakan diri untuk membuat syal ini”

“Ngga papa Yo. Aku seneng kok” kata Shilla. Rio menaruh kepala Shilla di pundaknya.

“Rio, boleh aku tanya sesuatu ??”

“Apa ?”

“kenapa kamu mencintai orang buta seperti aku ??” tanya Shilla.

Rio tersenyum kecil. “Karna cinta itu hati..bukan mata”

“alesan kamu ngga memuaskan”

“hehe..sayang, cinta saya ke kamu itu tanpa alasan. karna, cinta yang tumbuh alami dari hati. Tanpa paksaan dan tanpa pamrih, itulah yang dinamakan cinta sejati. Sama seperti cinta saya ke kamu” terang Rio.

“Kok gitu ??”

“Iya. Mencintai orang karna hartanya, itu bukan cinta. Tapi pamrih. Mencintai orang karna dia baik sama kita, itu bukan cinta. Tapi balas budi. Mencintai orang karna fisiknya, itu bukan cinta. Tapi nafsu. Mencintai orang karna dia mencintai kita, itu bukan cinta. Tapi kasihan. Tapi, bila kita mencintai seseorang tanpa alasan, itulah yang dinamakan cinta sejati. Cinta yang abadi sampai akhir usia kita” jelas Rio.

“Rio, kamu mau janji satu hal sama aku ??”

“Apa ??”

“Jangan pernah tinggalin aku ya. aku berharap, cinta kamu ke aku bukan karna kasihan. Tapi tulus”

“Ya..aku janji”

“Jika suatu hari nanti aku bisa melihat, aku ingin menikah sama kamu. Cuma kamu cowo yang bisa nerima aku apa adanya. Kamu mau kan Yo ??” tanya Shilla.

“Ya, tentu”

“Saya sangat mencintai kamu, Mario..”

“Terlebih saya, Ashilla..”

@_@

“Shilla !! aku punya kabar baik buat kamu !!” Sivia berkoar heboh. Shilla berjalan pelan dengan tongkatnya.

“Apa sih Vi ?? treak treak gitu ?”

“Ini, ada surat panggilan dari rumah sakit Taruna. Disini tertulis, kamu akan menjalani operasi kornea mata. Ada seorang dermawan yang bersedia mendonorkan kornea matanya untuk kamu”

“Serius Vi ??”

“Iyalah Shill !!”

“Horee !! sebentar lagi aku bisa melihat !! aku bisa liat kamu Vi, aku bisa liat Rio. Aku bisa liat dunia !!” kedua sahabat itu saling berpelukan.



~Flashbackend~


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^


Aku menyadari bahwa dirimu memang tak sempurna..
Maaf bila aku telah mengecewakanmu..
Membuatmu menangis..
Menghapuskan segala bayangan indah dalam pikiranmu..

Aku mencintaimu..
Memberikan seluruh hatiku, sepenuhnya untukmu..                                                                                                     
Hanya untukmu..

Di mata orang, kau memang tak sempurna..
Tapi dimataku, kesempurnaan hanya milik Tuhan,
Dan Tuhan,
Menganugrahkan kesempurnaan padamu, pada kecantikanmu..

Aku tak peduli apapun kekuranganmu..
Aku menerimamu apa adanya..
Akupun berharap demikian..

Tapi ternyata,
Kau belum memberikan sepenuhnya hatimu untukku..

Aku tak memaksa..
Yang perlu kau tau,
Aku akan tetap mencintaimu..
Dengan, atau tanpa kasihmu..

Sampai aku mati..

-Mario-


“Apa ini Vin ?” tanya Shilla seusai membaca surat yang Alvin berikan 3 hari setelah dia menemui Rio.

“Loe udah baca isinya kan ?? pahami. Itu kata hati dari sahabat gue, Rio”

“Vin..aku ngga ngerti”

“Loe keterlaluan Shill. Awalnya gue simpati sama loe. Tapi ternyata, kagum yang gue simpen salah !! loe ngga lebih dari cewe muna yang Cuma pengen manfaatin Rio doang !!”

“Maksud kamu apasih ??”

“Asal loe tau ya Shilla, Rio itu cinta mati sama loe !! dia ngga peduli walau loe buta sekalipun. Dia mau sama loe selamanya. Tapi apa ?? setelah loe dapetin kornea matanya, loe tinggalin dia begitu aja ??!!”

“Apa kamu bilang ??”

“Ya, Rio yang donorin matanya buat loe !! dia begitu ingin supaya loe bisa melihat dunia. Liat dia !! loe liat kan, pengorbanannya gede banget ke loe !! tapi kenapa loe malah nyia nyiain dia ?? kalo gue boleh milih, mending loe aja yang pergi ketimbang gue harus kehilangan sahabat gue selamanya” seru Alvin. mukanya merah. Matanya pun mulai berkaca kaca.


“Ngga…apa yang saya lakukan. Maafin saya Yo. Sekarang mana Mario ??” tanya Shilla.

“Loe tanya dimana dia ?? terlambat”

“Maksud kamu ??”

“Nih” Alvin melemparkan syal rajutan ke hadapan Shilla. Syal yang sempat dia kasih ke Rio sebagai hadiah.

“Ini kan…Vin, bilang sama saya, mana Rio ??”

“Dia pergi. Selamanya. Dia frustasi sama penolakan loe. Dia…dia bunuh diri. Mengikat lehernya dengan syal yang loe kasih itu. sekenceng kencengnya sampe dia kehabisan nafas” tutur Alvin.

Shilla tak sanggup membendung airmatanya. Dipeluknya syal itu layaknya dia memeluk Rio.

“Rio..maafin saya. Saya nyesel Yo..saya mencintai kamu dan ngga pernah mencoba memanfaatkan kamu. Maaf Yo..” rintih Shilla.

tak ada gunanya. Penyesalan memang selalu datang belakangan.

Namun, Rio tak pernah pergi selamanya. Dia setia menemani Shilla sebelum gadis itu tertidur. Rio rajin membelai rambut gadisnya yang sudah terlelap dalam mimpi.

“Ashilla, saya sedih karna kamu ngga mengingkari harapanmu dulu, tapi saya tetap bahagia karna kamu bisa melihat dunia dengan mata saya. Saya sengaja mengakhiri hidup saya dengan mengikat leher saya dengan syal hasil rajutan kamu. Agar cinta kamu selalu mengikat saya. Selama-lamanya…saya mencintai kamu…”

-TAMAT-

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Saya kembali !!! #paketoak…

Kali ini pake cople favorit saya setelah Alvia #curcol.
Maaf ya kalo gatot, jelek, lebay.
Oia, bagian harga batu rubby, itu khayalan !! maaf kalo meleset. Namanya juga penulis palsu -_-“


Thanks J

Keep koment ;)

Oia, magenthanya dilanjut habis saya mid semester ya..#kaya ada yang nungguin

Gadis di Depan Gang ::Cerpen::

Gadis itu, masih setia berdiri di tempatnya. Aku ngga tau siapa dia. Kala aku dateng ke Semarang untuk liburan ke rumah sepupuku, Rizky. Disanalah aku nemuin keanehan. Awalnya sih aku ngga ngeh, tapi setelahAku kuperhatiiin, memang aneh. Sangat aneh. Disana, di depan gang yang selalu ku lewatin jika akan ke rumah Rizky. Aku ngeliat gadis itu, dia berdiri dengan pandangan yang mengarah ke jalanan menuju kota. sendiri ngga tau apa yang aneh dengan jalanan itu. Tapi dari tingkah dan ekspresi mukanya, gue bisa nebak kalo gadis itu sedang menunggu seseorang. Tapi masalahnya siapa yang dia tunggu ?? oke itu bukan urusanku. Tapi yang aneh dan bikin aku penasaran, hampir setiap sore menjelang malam, gadis itu selalu stay di depan gang itu dengan ekspresi yang sama setiap aku memandangnya. Aku penasaran. Apa yang gerangan yang membuat gadis itu tahan begitu lama berdiri menanti sesuatu yang tak pasti ??.

“Namanya Ify. Dia memang rada stress” jawab Rizky ketika aku menanyai nama gadis itu.

“Stress kenapa ??”

“Mbuh lah, aku be ora ngerti” Rizky cuek menanggapi pertanyaanku dengan jawa khasnya.

“….”

“Udahlah Yo, ngga penting banget kamu ngurusin orang gila kaya dia” timpal Rizky.

Tapi aku begitu penasaran. Entah mengapa. Setiap menatapnya, aku melihat sebersit sinar kesedihan yang tak dapat disembunyikan dari wajahnya yang lumayan manis. Tatapan yang begitu lembut. Dan satu lagi yang aneh, setiap berdiri menanti, dia memeluk sebuah jaket kulit berwarna coklat tua. Sudah jelas jaket lelaki. Apakah dia menanti kekasihnya ?? ahh sayang Rizky tak bersedia memberi tau.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sore itu aku memutuskan untuk berjalan jalan sendiri. Rizky pergi memancing. Dia sudah mengajakku, tapi ku tolak karna aku tak begitu suka memancing.
Saat melewati gang tersebut, aku melihat Ify sudah ada di tempatnya. Jam berapa sekarang ?? aku melirik jam di tanganku. Baru jam setengah 5. Dari pantauanku, Ify berdiri mulai jam 5 sore dan pulang pada jam 9 malam. Aku tak mengerti. Aku ingin sekali bertanya pada gadis itu, tapi aku takut kehadiranku malah mengacaukan keasikan gadis itu.

Aku menoel bahu seorang anak kecil yang tengah bermain di jalanan. Anak itu menoleh padaku.

“ana apa mas ??” tanya dalam logat jawa.

“Dek, boleh numpang tanya ngga ??”

“Ohh boleh boleh…monggoh”

“Ify itu berdiri disitu terus lagi nungguin siapa sih ??” tanyaku sembari menunjuk Ify. Bocah yang kutanyai bukannya menjawab malah memperhatikan wajahku dengan seksama. Aku saliting sedikit. Apakah ada yang aneh denganku ??.

“Hey, kenapa ka. . .”

“Cabutttt.. . .!!” bocah ingusan itu mengkomandani teman temannya untuk segera pergi menjauh dari tempatku, sebelum aku menyelesaikan kalimatku. Bahkan sebelum bocah itu menjawab pertanyaanku. Ahh aku benar benar dibuat bingung oleh keadaan disini.

“Rio !!” seru seseorang. Aku menoleh.

“Rizky ?? kamu udah pulang ??” ternyata Rizky yang memanggilku, dia menaruh tangannya dipundakku.

Kami berjalan bersama menuju rumah. Sesekali aku menoleh ke tempat Ify berdiri.

“Kamu ngapain sih ?? masih penasaran sama Ify ??” Rizky sepertinya mengetahui isi otakku.

“Tau aja kamu. Iya aku penasaran banget. Ada apa sih ?? kenapa kamu ngga mau kasih tau aku ??” protesku.

“bukannya aku mau merahasiakan dari kamu, tapi dasarnya aku memang ngga tau apa yang terjadi sama Ify. Aku ngga begitu mengenalnya”

“Kenapa begitu ??”

“Terakhir aku meninggalkan kampung ini ya waktu aku kuliah di Jogja, sama kamu. 2 tahun aku ngga pulang kesini, otomatis aku ngga mendengar kabar apapun di desa ini. Begitu pulang beberapa bulan lalu, semuanya sudah berubah. Termasuk ya Ify ini…” jelas Rizky.

“Lalu apa warga disini ngga menceritakan ke kamu ??”

Rizky menggeleng. “Bukan mereka ngga mau, tapi aku yang engga bertanya”

“Kenapa ??”

“Itu semua bukan urusanku Yo, udahlah…Ify bukan sesuatu yang penting bagimu kan ??” Rizky mengalihkan pembicaraan kami dengan menceritakan tentang pacar barunya, Dea yang tampaknya semakin dekat dengannya. Aku tak begitu mendengar jelas curhatan sepupuku. Pikiranku terus melayang pada gadis di depan gang, Ify.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sore itu aku kembali berjalan jalan. Kini aku bertekad untuk mencari tahu sendiri apa yang terjadi pada Ify. Pertama tama aku bertanya dahulu pada seorang ibu ibu yang sedang menggosip di warung, aku bertanya alamat rumah Ify. Ibu ibu tersebut bersedia menjelaskan walau dengan ekspresi yang sulit di terka. Apa ya ?? aneh dan. . .menyeramkan.

Aku dibuat sedikit terkejut karna untuk mencapai rumah Ify, aku harus melewati gang yang tempat Ify berdiri. Ternyata rumahnya ada di dalam gang. Tanpa ragu, aku berjalan kearah gang tersebut. Ify masih setia di tempatnya sembari memeluk jaket kulit itu.

“permisi…” aku meminta ijin secara lembut ke Ify supaya gadis itu memberikan jalan untukku melewati gang tersebut. Ify menoleh padaku. Tatapannya dingin menusuk. Dia menatapku begitu lama, hingga aku bisa melihat buliran airmata mengalir di pelupuk matanya. Aku terheran heran sendiri. Sedangkan di sekitar, bisa kudengar ibu ibu warung membicarakan sesuatu sembari menunjuk kearahku. Ada apa ini ??.

PLUSHHH. . .satu lagi keajaiban yang bikin aku terkejut bukan main. Ify memelukku. Yapp memelukku dengan sangat eratnya.

“Ehem. . maaff” tegurku pelan. Gimanapun aku ngga mau di cap yang engga engga sama warga disitu. Apalagi aku bukan orang asli desa ini.

Teguranki lantas tak membuat pelukan Ify mengendur. Malah justru semakin kencang. Aku bingung setengah mati. Ngga pernah sebelumnya aku menemui situasi yang begitu rumit macam sekarang.

“Gabriel . . .aku kangen banget sama kamu” tunggu, itu suara. . .ya, suara Ify. Sepertinya dia menangis. Tapi dia menyebutku apa tadi ?? Gabriel ?? siapa dia ??.
“Eng. . .maaf ak. .”

Brukkkk. . .belum sempat menyelesaikan kalimatku, aku merasakan pelukan Ify mengendur, tubuhnya pun semakin berat…oh Tuhan, dia pingsan. Secepatnya aku bopong tubuh gadis itu, lalu aku berjalan menuju rumah Ify yang sudah ku ketahui alamatnya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“astaga Ify. . . .” pekik seorang wanita setengah baya saat dirinya melihatku menggendong Ify dalam keadaan tak sadar. Kurasa wanita itu ibunda Ify.

“Maaf bu, tadi dia pingsan” ucapku sopan.

“Yasudah, bawa kemari nak” ibu tersebut menunjukkan letak sebuah kamar, kamar Ify. Aku meletakkan tubuh gadis itu di ranjangnya.

“Apa yang terjadi nak ??” tanya wanita itu. Untuk kesekian kalinya, aku ditatap dengan tatapan dingin oleh lawan bicaraku. Pertama bocah kecil, kedua ibu ibu warung, dan ketiga wanita ibunda Ify sendiri. Apa yang salah dengan wajahku ??.

“Eng . .gini bu. . .” aku menjelaskan secara runtut peristiwa tadi. Lengkap tanpa aku kurangi atau aku lebihkan. Selesai bercerita, wanita tersebut mengambil sebuh figura foto yang disimpan di laci meja kecil samping tempat tidur Ify. Beliau menunjukkan figura itu kepadaku, dengan terisak, beliau ceritakan semua awal kejadian yang menyebabkan putrinya bertingkah aneh seperti itu.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Bis Lorena membawaku kembali ke Jogja. Aku memutuskan untuk kembali sebelum masa liburan selesai. Aku tak ingin berlama lama di kampung Rizky. Aku. . .aku ingin menjauh dari tempat itu. Dan kurasa, aku tak akan mengunjungi tempat itu untuk beberapa waktu kedepan.

Cerita bu Gina, mama Ify membuatku merinding. Aku ternganga. Terkejut. Aku tak tau harus menimpali apa semua cerita bu Gina tentang anak satu satunya itu.

Ingatanku melayang pada beberapa hari lalu. Saat bu Gina menceritakan kepadaku tentang anak gadisnya di kamar Ify.

Jantungku berhenti kala melihat figura foto yang diberikan Bu Gina padaku. Didalamnya terdapat sebuah foto lelaki yang tampaknya seumuran denganku. Yang membuatku shock, wajah lelaki itu begitu mirip denganku.

Dan bu Gina mulai menceritakan peristiwa kelam beberapa bulan lalu.

-FLASHBACK-

4 bulan lalu

Sebuah rumah di dalam gang tampak ramai. Rupanya si empunya rumah sedang memiliki hajat. Keluarga tersebut akan menikahkan anak gadisnya dengan putra dari desa sebelah yang juga merupakan seorang pilot. Sang gadis bernama Ify, dan lelakinya bernama Gabriel. Lusa hajatan akbar itu akan dilaksanakan. Semua tak sabar menanti hari bahagia itu, dimana 2 keluarga dipersatukan.

Tapi tampaknya, Tuhan memiliki rencana lain.

“Apa ?? Yel, lusa itu kita menikah, apa kamu ngga bisa cuti barang sehari aja” protes ify. Pagi itu Gabriel sudah menyambangi kediamannya guna meminta ijin pada Ify untuk mengawal penerbangan ke manado.

“Pliss Fy, kamu harus ngerti. Bukannya aku ngga inget akan pernikahan kita, tapi ini profesionalitas pekerjaan Fy” bujuk Gabriel.

“Tapi kenapa musti kamu sih ?? kan masih ada pilot lain ??” tanya ify keras.

“Ify, beberapa pilot udah menerbangkan pesawatnya. Hanya tersisa 2 orang. Pak Imam, pilot yang seharusnya mengawal penerbangan ke Manado, tiba tiba sakit keras. Dan aku sebagai pilot yang tersisa, mau ngga mau harus menjalani tugas ini Fy. Aku mohon kamu ngerti dengan pekerjaan aku. Ini resiko sayang” terang Gabriel lembut.

Ify menekuk mukanya. “terserah kamu deh, yang penting kamu kembali sebelum hari H” tutur Ify.
Gabriel tersenyum senang. “beneran Fy ?? oke. Aku janji akan kembali sebelum kita menikah. Asalkan. . .”
“Asalkan apa ??”

“Asalkan kamu mau menanti kepulanganku di depan gang, nanti kita langsung ke KUA bersama sama. Gimana ??” tawar Gabriel.

“oke, setuju. Aku janji” Keduanya mengaitkan kelingking masing masing.

Sebelum berangkat, ify mengantar gabriel ke tempat kerjanya. Untuk menunjukkan baktinya kepada sang calon suami, Ify membawakan jaket kulit yang akan dibawa Gabriel.

“kamu baik baik ya” pesen Gabriel.

“Harusnya aku yang bilang begitu” balas Ify. Gabriel tersentak begitu melihat jam di arlojinya. Sudah mepet.

“sayang aku pergi dulu ya, dadah, aku akan kembali buat kamu” Gabriel mengecup kening Ify, lalu pergi jauh memasuki kawasan bandara. Ify memandangi Gabriel hingga pesawat yang dikendalikan lelaki itu lepas landas. Ify baru teringat jaket Gabriel masih ada padanya begitu sampai rumah.

“Astaga jaket Iyel” pekiknya.


Tuhan maha Besar. Dia memiliki rencana dan kehendak lain. Pernikahan itu ngga pernah terjadi. Ngga akan pernah.
Karna keesokan paginya, terdengar kabar bahwa pesawat i-lines tujuan Semarang-Manado, hilang akibat amukan badai di laut Sulawesi. Hingga kini, pencarian badan pesawat masih terus di usahakan.

Semua orang tau berita tentang hilangnya pesawat yang dikendalikan Gabriel. Ify pun mengetahuinya. Tapi dia seperti mengalihkan semua berita berita itu. Dia menganggap semua tak benar adanya. Dia berkeyakinan, kekasihnya akan selamat dan kembali padanya, lalu keduanya menikah. Karna itulah Ify setia menepati janjinya pada Gabriel, yakni menungguinya di depan gang. Tangannya pun selalu menggendong jaket kulit yang lupa dikenakan Gabriel sebelum berangkat.

Sudah berjalan 2 bulan sejak kejadian itu. Semua orang-termasuk keluarga Ify dan gabriel- menganggap Gabriel telah tewas bersamaan dengan tak ditemukannya badan pesawat hingga saat ini. Pencarianpun sudah dihentikan 2 hari yang lalu. Keluarga ikhlas menerima. Pernikahan Ify-Gabriel secara otomatis batal. Semua kembali berjalan seperti biasa, layaknya tak pernah ada pesta pernikahan. Dan. .memang tak akan pernah ada.

Namun berbeda dengan Ify. Dia mempunyai keyakinan aneh bahwa Gabriel masih hidup dan segera pulang. Sebelum berangkat, Gabriel memberitahukan Ify bahwa kepulangannya sekitar jam 5 sore. Kalaupun terlambat paling sampai jam 7 malam. Tapi Ify setia menanti hingga malam tiba.

Ngga heran orang orang sekitar menganggap Ify depresi karna ditinggal Gabriel. Beberapa orang-termasuk keluarga Ify dan Gabriel- sudah membujuk dan memberikan pengertian pada Ify bahwa Gabriel ngga akan mungkin kembali, ngga akan. Tapi ify tetep keukeh pada keyakinannya.

-FLASHBACKEND-

Sekarang Rio tau, apa arti tatapa misterius bocah kecil, ibu ibu warung, sampai Bu Gina padanya. Itu karna wajahnya yang begitu mirip dengan Gabriel, calon suami Ify yang telah tiada. Bahkan Ify pun memanggilnya dengan nama Gabriel.

Rio tak habis pikir, begitu setianya Ify dengan seseorang yang sebenarnya tak ada.


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Seminggu kemudian, berita duka sekaligus mengejutkan muncul dari desa tempat tinggal Rizky.

>> IFY BUNUH DIRI !!
Yap, tragis memang. Rio sendiri diberitahu Rizky, lalu Bu Gina. Katanya, waktu Bu Gina meninggalkan Ify guna mengambil makanan untuk gadis itu, Ify kalut dan meraih racun tikus yang tergeletak di kolong ranjangnya. Dia teguk habis. Tau tau, Bu Gina kembali dan menemukan anak gadisnya terkapar tak berdaya !!.

Rio benar benar turut prihatin. Dia hanya bisa memanjatkan doa untuk gadis misterius yang membuatnya penasaran.

“ya Tuhan, berikanlah tempat terbaik untuk Gabriel dan kekasihnya, Ify. Persatukanlah mereka di surga sana. Sebagai ganti karna Engkau telah memisahkan mereka di dunia. Dan sebagai upah kesetiaan Ify yang setiap hari berdiri di depan gang guna menanti Gabriel, sosok yang telah tiada, Amin” Rio mengakhiri doanya. Dia memutuskan untuk ngga mengenang gadis di depan gang itu lagi.

Selamat jalan Ify.

^^^^^^^^^^^^^^


Wihhh. . .mistis banget ya ??
Waktu aku nulis ini juga rada` ngeri sendiri.
Keep koment ya :DD