Kamis, 04 November 2010

Ku Ingin Setia ::Cerpen::

“Shill, kata anak anak, loe nolak Riko ya ??” tanya Sivia suatu hari.
“Iya” jawab Shilla singkat tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang ia baca.
“Ya ampun shilla, kurangnya Riko tuh apa sih ?? dia mah uah ganteng, tajir, smart, dewasa, perhatian, baik lagi” cerocos Sivia. Shilla mengangkat wajahnya dan berhenti membaca. Kini dia menatap Sivia, sahabatnya sejak SMA.
“Loe pasti tau alesannya kan Vi ??”
Sivia mengangkat satu alisnya. “Jona ??”
Shilla mengangguk pasti. Sivia mendengus keras.
“Ampunnn deh Shill, mau sampe kapan loe berharap sama orang yang ngga pasti gini ?? udah berapa cowo yang loe tolak demi cinta monyet loe itu ??”
“Jona bukan sekedar cinta monyet. Tapi dia cinta pertama. . .dan bisa jadi cinta terakhir gue”
“Tapi loe sendiri ngga tau dia ada dimana kan ?? kalian juga lost contact”
“Tapi gue akan berusaha. Gue cinta banget sama dia Vi, gue ngga minta macem macem, Cuma Jona. Gue pengen bilang sama dia kalo gue cinta banget sama dia. .sebelum . . .sebelum gue mati”
“Hush…!!! Loe ngomong apaan sih ?? jangan ngaco deh Shill”
“Tapi apa lagi yang bisa gue harepin dari penyakit gue ?? udah ngga ada lagi kesempatan sembuh. Tinggal menunggu waktu aja. Dan satu satunya permintaan gue ya Jona”
“Loe beneran ngga tau dia dimana ??”
Shilla menggeleng. “Pas gue naik kelas 9, dia lulus dan nerusin entah di SMA mana. Tapi gue denger kabar dia pindah ke Malang. Ngga tau bener ato engga. Sampe sekarang, gue masih nyari nyari info tentang keberadaan dia”
“Shilla Shilla. . .andai loe punya foto Jona, gue penasaran gue sama cowo yang udah ngunci hati loe”
Shilla tersenyum kecut. “Itu juga yang gue sesalin, gue belum sempet dapet fotonya”
“Sabar ya Shill”
“Eh Vi, cowo loe jadi balik dari Singapore ??” Shilla mengalihkan percakapan.
“Jadi, ntar loe temenin gue ke airport ya”
“Sippp”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Hari ini, pacar Sivia, Alvin akan pulang ke Indonesia. Ada rencana kuliah disini karna selama ini Alvin menetap di Spore sekaligus kuliah disana. Kabarnya Alvin pulang ke Indonesia tak sendiri, ditemani kawannya yang bernama Gabriel. Sivia sendiri sudah mengenal gabriel lumayan dekat.

Jam 16.15
@Airport
Sivia bolak balik menatapi jam di tangannya. Gelisah. Menurut Alvin, pesawatnya akan sampai jam 17.00. Shilla dengan setia duduk di samping Sivia.
Akhirnya, yang ditunggupun tiba.
Dari pintu keluar, tampak 2 orang lelaki yang berjalan kearah sivia kala gadis itu melambaikan tangan. Sementara Shilla diam terpaku menatap sosok Alvin. Diam diam dia menoel lengan Sivia.

“Apa Shill ??”

“vi, cowo sipit itu. . .”

“Ya kenapa sama Alvin ??”

“Dialah yang gue cari Vi, dia. . .dia Jona !!”

Sivia bagai tersambar petir mendengarnya. Selama berpacaran dengan Alvin, Sivia memang ngga mengenalkan sosok Alvin secara langsung pada Shilla. Selain kebiasaan Alvin yang rada susah bergaya di depan kamera, Sivia juga ngga terlalu mempermasalahkan. Begitupun dengan Shilla.

“Cowo loe yang mana Vi ??” tanya Shilla lagi. Oia, Alvin dan Sivia berpacaran baru 3 bulan lalu. Itupun long distance. Mereka dipertemukan saat keluarga Via berlibur di Spore. Saat sedang berjalan jalan sendirian, Via nyasar. Untung ada Alvin yang menolongnya. Dan sejak saat itu, benih benih cinta tumbuh di hati keduanya. Sampai mereka jadian, Via ngga memberitahukan nama kekasihnya pada Shilla. Via memang cenderung tertutup, beda dengan shilla.

“Hay Vi” sapa Alvin.

“Eh. .cowo gue ini Shill. . .” Via menunjuk kearah Gabriel. Gabriel tentu kaget bukan kepalang. Terlebih Alvin.

“Hah ??” pekik Gabriel. Sivia mengedipkan satu matanya. Dia berikan secara bergantian ke Alvin lalu ke Gabriel.

“Kenalin Shill, namanya Gabriel. Dan ini sohibnya, Alvin” Sivia memperkenalkan.
“Gabriel”

“Shilla”

“Alvin”

Shilla terpaku menatap Alvin. Sosok yang ia cari selama ini. Seseorang yang membuat Shilla betah menjomblo, sekarang ada di depan matanya.

Alvin sendiri heran. Kenapa cewe didepannya ngga kunjung menyalami tangannya yang sudah terjulur ?? malah justru melamun ??.

“Ehem . .gue Alvin” tegur Alvin sekali lagi. Kali ini Shilla sadar akan lamunannya.

“Eh iya, gue Shilla, sohibnya Sivia” Shilla bersalaman dengan Alvin begitu lama, hingga Alvin dibuat kembali heran.


Sepulang dari situ pun, Shilla ngga berhenti memandang Alvin sampai cowo itu salting sendiri.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Maksud kamu apa sih Vi, ngenalin Gabriel sebagai pacar kamu ??” tanya Alvin begitu sampai di rumah sivia. Shilla udah pulang dianter sopir Via. Di rumah itu juga ada Gabriel. Tampaknya ia tak enak hati dengan sahabatnya akibat pengakuan Sivia tadi.

“Maaf Vin. .”

“Aku ngga butuh maaf, aku butuhnya penjelasan !!” gertak Alvin. Mata Sivia berkaca kaca.

“Sabar Bro, ngadepin ini jangan pake urat” saran gabriel. Alvin menarik nafas, berusaha mengontrol emosinya yang memang suka meledak ledak.

“Maafin aku Vi, aku ngga bermaksud bentak kamu” Alvin mendudukkan Sivia di sofa. Kini mereka bertiga duduk di sofa ruang tamu.

“Aku terpaksa nglakuin ini Vin” lirih Via.

“Iya tapi kenapa ?? semua pasti ada alesannya kan ??”

“Kamu mungkin udah lupa, tapi Shilla adalah temen satu SMP kamu”

“Apa ?? maksud kamu ??”

“Kamu sekolah di SMP Nusa 2 kan ??”

“Iya aku sekolah disana”

“Sekarang aku tanyaa, nama panggilan kamu pas SMP siapa ??”

“Aku?? Pas SMP temen temen panggil aku Jona”

“berarti bener”

“Bener apanya ??”

“Kamu yang selama ini dicari Shilla”

“Vi, aku ngga ngerti”

Sivia menjelaskan sosok Jona dari awal sampai akhir pada Alvin, dan juga Gabriel. Keduanya tampak ternganga.

“Aku ngga nyangka perasaan Shilla begitu besarnya ke aku. Pantes dari tadi dia ngeliatin aku mulu” gumam Alvin.

“Aku mau kamu ngelakuin sesuatu Vin”

“Apa ??”
Sivia menarik nafas, berharap Alvin ngga marah padanya. “Aku. . .aku mau kamu jadi pacarnya Shilla”

Alvin tampak shock. "Apa ?? kamu ngga becanda kan ??”

“Ngga ada gunanya becanda disaat kaya gini. Aku serius Vin”

“Taapi aku pacar kamu Vi, itu yang pertama. Yang kedua, aku sama sekali ngga mengenal Shilla. Oke dia temen SMPku, tapi aku belum mengenalnya luar dalem seperti aku mengenal kamu. Kamu tuh kenapa sih minta hal konyol semacam ini ??!!” tanya Alvin ngotot. Mukanya merah menahan marah.

“cepat atau lambat pasti kamu mengenalnya Vin, dia anak baik. Dan kalau kamu mau memenuhi permintaanku, aku akan sangat berterima kasih ke kamu”

“Lalu gimana sama hubungan kita ??? kamu mau kita putus ??”

Sivia mengangguk pelan. Alvin frustasi. Dia meremas kepalanya.

“Maaf Vin, aku lakuin ini bukan tanpa alasan”

“Terus apa alasan kamu ??”

“Shilla. . .Shilla jauh lebih membutuhkan kamu ketimbang aku. Kedua orang tuanya sudah bercerai sejak dia masih kecil. Dia kesepian. Sampai dia menemukan kamu sewaktu SMP. Shilla sangat mencintai kamu Vin”

“…..”

“Aku mohon Vin. . .aku mohon kabulin permintaan aku. Kamu sayang aku kan ??”

Alvin menatap Via tajam. “Mustunya aku yang tanya itu ke kamu. Apa kamu udah ngga sayang lagi sama aku ??”

“Sayang lah Vin, sayang banget”

“Nah udah ada buktinya kan ??? kita saling menyayangi, tapi kenapa kamu meminta hal bodoh kaya gini ??”

“Alvin, cinta tak harus memiliki kan ??”

“Kamu ??!! MUNAFIK !!” tegas alvin lirih sembari bangkit dan meninggalkan rumah Sivia. Sivia menangis. Gabriel mendekatinya.

“Sabar ya Vi, loe juga sih minta yang aneh aneh”

“Tapi gue Cuma mau bikin sahabat gue bahagia. Apa gue salah Yel ?”

“Niat loe bener. Tapi caranya yang salah. Mana ada sih cwe yang rela ngorbanin cowo yang disayanginya hanya demi orang lain ??? sekarang gue tanya, apa Shilla tau loe ngorbanin ini semua hanya demi DIA ?? apa dia tau ??”

Sivia menggeleng.

“Ayolah Vi, jangan pendek pikiran loe. Loe bisa membahagiakan Shilla dengan cara lain”

“Tapi kebahagiaan Shilla hanya Alvin Yel, Cuma Alvin yang bikin dia bahagia”

Gabriel mendengus, tampaknya dia putus asa.

“terserah loe sama Alvin aja deh. Gue ngga mau nyampurin urusan yang bukan hak gue. Loe nyabar aja ya” pesen gabriel.

“Thanks ya Yel”

Gabriel kembali tersenyum.


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^


Alvin menatap sivia dengan tatapan dingin. Hari ini dia bertemu dengan Sivia di café guna membicarakan tentang permintaan Via tempo hari. Kali ini tanpa Gabriel.

“Jadi apa keputusan kamu ??” tanya Sivia pelan.

“Aku sayang kamu melebihi diriku sendiri. Aku akan lakuin apapun demi kamu, demi membuatmu bahagia, bukan demi shilla”

“Jadi ??”

“Aku terima permintaan kamu. Tapi Cuma sekedar jadian. Inget ?? jadian. Ngga lebih. Cuma status. Sampe kapanpun aku ngga akan memperlakukan dia seperti aku memperlakukan kamu”

Sivia menunduk. Rasanya dia ingin protes dengan ucapan alvin barusan. Tapi Via tau diri, bagaimanapun sudah bagus Alvin mau menuruti kemauannya yang memang konyol.

“Makasih ya Vin” Alvin mengangguk.

“Udah ngga lagi yang penting kan ?? aku pergi” Alvin hendak beranjak, tapi dia urungkan karna teringat sesuatu.

“Aku minta nomer hapenya Shilla”

Sivia hampir saja lupa, segera ia bongkar kontak di hapenya lalu mengirimkan nomer Shilla ke hape alvin.

“Udah aku kirim ke hape kamu” ujar Via. Alvin hanya mengangguk dan kembali meneruskan langkahnya. Sivia memandangi punggung Alvin dengan tatapan sayu.

“Maaf Vin. . .aku sayang kamu, tapi Shilla jauh lebih menyayangi kamu. . .” airmata mengalir membasahi pipi Sivia.


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

3 bulan kemudian, Shilla dan Alvin jadian. Sivia turut senang mendengarnya. Dalam masa itu, Sivia masih mengakui Gabriel sebagai pacarnya di depan Shilla. Itu perjanjiannya dengan Gabriel. Dan tentu Gabriel berusaha menjaga perasaan alvin dengan tidak bermesraan dengan Sivia di depannya.


Suatu hari, mereka berempat jalan jalan ke timezone. Dengan riang, Shilla menggandeng Alvin. Alvin dengan ogah ogahan mengikuti.

“Vin, main itu yukk !!”

“Gue cape Shill”

“Ahh kamu payah, baru aja main berapa kali udah mundur”

“Ya kalo loe mau main, main aja sendiri, gue nungguin aja”

“Ngga, pokoknya kamu harus temenin aku main”

“Shilla, gue kan udah bilang, gue CAPEK”
“Ahh ngga asik, pokoknya kudu ikut”

“Shill. . .”

“Ayoo Vin” Shilla menggelayut lengan Alvin manja. Alvin risih. Dari tempatnya berdiri, Via memandangnya dengan tatapan luka.

“itu semua konsekuensi” seru seseorang, yang ngga lain adalah Gabriel. Via menoleh.

“Gue tau, gue tau kalo nantinya gue bakal terluka. Tapi gue udah terima kok Yel. Gue ikhlas”

Gabriel tersenyum sinis. “pa kali udah mundur”

“Ya kalo loe mau main, main aja sendiri, gue nungguin aja”

“Ngga, pokoknya kamu harus temenin aku main”

“Shilla, gue kan udah bilang, gue CAPEK”
“Ahh ngga asik, pokoknya kudu ikut”

“Shill. . .”

“Ayoo Vin” Shilla menggelayut lengan Alvin manja. Alvin risih. Dari tempatnya berdiri, Via memandangnya dengan tatapan luka.

“itu semua konsekuensi” seru seseorang, yang ngga lain adalah Gabriel. Via menoleh.

“Gue tau, gue tau kalo nantinya gue bakal terluka. Tapi gue udah terima kok Yel. Gue ikhlas”

Gabriel tersenyum sinis. “Yakin loe udah terima ?? ikhlas pula ?? kalo semua orang punya sahabat kaya loe, bisa bisa apapun yang mereka minta, loe mau nurutin dengan embel-embel ‘demi kebahagiaan mereka, gue ikhlas’. Loe tanya sama hati kecil loe ?? boong banget loe bilang loe baik baik aja liat cowo yang loe sayang jadian sama SAHABAT loe sendiri”

Sivia terpaku. Kata kata Gabriel seperti tamparan keras baginya. Sivia akui dia memang cemburu setiap kali melihat kemesraan Shilla dan Alvin di depan matanya. Tapi apa mau dikata, itu sudah merupakan konsekuensi dari permintaannya dulu, seperti kata Gabriel.


Di tempat Alvin.


“Vin, main itu lagi yukk !!” Shilla kembali mengajak Alvin bermain satu permainan lain. Alvin yang memang sudah kelelahan, berusaha keras menahan emosi.

“Shill, pliss loe ngertiin gue, gue cape banget. Udah dong. Kapan kapan kan juga bisa” pinta Alvin selembut lembutnya.

“Tapi aku mau main itu sama kamu. Kapan lagi coba ??”

‘kapan lagi ?? nih cwe telmi ato apa sih ?? kan masih ada besok, lusa, minggu depan, bulan depan’ batin Alvin.

“Aduhh gue beneran cape Shill”

Shilla menatap Alvin. “Apa salah kalo aku minta satu itu aja ke kamu ??”

Hati Alvin miris juga dengan tatapan Shilla yang begitu memohon. Akhirnya dia turuti juga permintaan Shilla. Tampaknya Alvin mulai membenci kata ‘permintaan’.


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sudah berjalan 7 bulan. Sejak berpacaran dengan Shilla, Alvin harus menyediakan kesabaran ekstra untuk menghadapi gadis itu. Pasalnya, Shilla tipe gadis ngotot yang segala permintaannya kudu dituruti. Kalo engga dia bakal maksa terus. Entah sampai kapan kesabaran Alvin bertahan. Yang jelas, tingkat kesabarannya mulai mengendur.


Suatu hari, Shilla berkunjung ke rumah Alvin. Kebetulan Alvin sedang pergi sebentar dengan Gabriel. Rumah Alvin sepi. Hanya ad seorang pembantu dan seorang satpam. Orangtua Alvin bekerja diluar negeri.

Entah ada dorongan apa, Shilla berjalan ke kamar Alvin yang terletak di lantai bawah. Shilla tau dari pembantu Alvin.

Kamar Alvin rapi sekali. Shilla memasuki kamar itu, menatapi figura figura yang terpajang di dinding. Yang isinya foto laki laki berwajah oriental yang diyakini Shilla sebagai Alvin.

Mata Shilla tertarik pada satu benda yang terletak di atar kasur Alvin. Sebuah boneka teddy bear berukuran sedang. Di leher boneka itu, terdapat kalung berbandul inisial ‘SA’. Shilla tersenyum. Dibayangannya, boneka beserta kalung itu akan diberikan Alvin untuknya. Terbukti dari inisial kalung itu. S pasti Shilla. A itu Alvin. Karna khayalan itulah, Shilla meraih boneka itu dan mengalungkan kalung tersebut ke lehernya. Lalu dia kembali ke ruang tamu, menanti Alvin.


Ngga lama, Alvin pulang. Dibuat terkejut ketika melihat kalung yang ada di leher Shilla.

“Dapet darimana kalung itu ??” tanya Alvin dingin.

“Dari kamar kamu. Aku ambil dari teddy bear ini. Makasih ya Vin, aku sukaaa banget” seru Shilla senang. Muka Alvin merah karna marah.

“Kembaliin kalung sama boneka itu ??!!” bentak Alvin.

“Loh kenapa ?? bukannya ini semua buat aku ??”

“he. .loe tuh GR banget ya, balikin ngga !!”

“Ngga !! aku udah suka sama benda ini. Dan setiap barang yang aku suka, ngga akan ada yang bisa ngambil dari aku” Shilla bersikeras. Tangan Alvin mengepal.

“Shill, lepas ngga !! gue ngga mau main kasar sama loe !!”

“Ngga Vin !!”

“SHILLA LEPASSS !!! BARANG ITU BUKAN UNTUK LOE TAPI UNTUK SIVIA !!” bentak Alvin begitu keranya hingga Shilla tgerlonjak. Saat bersamaan, muncul sivia dan Gabriel dari balik pintu.

“Sivia ?? apa maksud kamu Vin ??”

“Saatnya gue bilang sejujurnya ke elo, kalo Sivia itu adalah. . . “

BRUKKK. . .belum sampai Alvin berkata lagi, tubuh Shilla ambruk. Sivia langsung menghambur ke tubuh Shilla.

“Kamu tuh apa apaan sih Vin ?? liat akibat perbuatan kamu ??!! Shilla pingsan. Kalo sampe ada apa apa sama shilla, kamu adalah oranng pertama yang aku salahin !! yel, bantu aku bawa Shilla ke rumah sakit” pinta sivia. Gabriel dengan sigap membopong badan Shilla. Sementara Via keluar memanggil ambulance. Alvin diam di tempatnya.Ngga tau harus berbuat apa. Tadi dia bener bener marah ketika liat kalung dan boneka itu ada pada Shilla. Kedua benda itu adalah oleh oleh yang sengaja akan Alvin berikan untuk Sivia sewaktu pulang dari Spore. Inisial SA di kalung itu adalah Sivia Alvin, bukan Shilla Alvin.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sivia mondar mandir gelisah di depan ruang ICU. Gabriel dan Alvin terduduk lesu di kursi. Ngga lama, dokter keluar.

“Dok, gimana keadaan temen saya ??” tanya Sivia Dokter tersebut menggelengkan kepalanya. Sivia bertambah panik. Gabriel dan Alvin bangkit dari duduk mereka.

“Kanker tulang yang dialami pasien sudah menyebar ke kakinya. Itu menyebabkan. . .”

“menyebabkan apa dok ??”

“kakinya harus diamputasi. Itu cara terbaik supaya kanker tidak menyebar ke anggota badan lain” terang dokter. Sivia langsung shock mendengar pengakuan dokter.

“Tolong pikirkan kembali, operasi ini sangat penting bagi keselamatan pasien. Saya tunggu jawabannya di ruangan saya. Ingat, waktu kami tidak banyak” ujar dokter sembari meninggalkan Sivia. Airmata Sivia mengalir deras.

“Jadi Shilla. . .” lirih Alvin.

“ya, selama ini Shilla menderita penyakit yang sangat parah. Dan itu yang membuat aku berusaha mati matian untuk membuatnya bahagia. Sekarang kamu tau alesannya kan Vin ??” tutur Sivia. Alvin sedikit menyesal dengan apa yang dia ucapkan tadi pada shilla. Dia sudah berlaku sangat kasar pada gadis yang mencintainya sepenuh hati.

“maaf Vi. . .”

“jangan minta maaf ke aku Vin, minta maaflah ke shilla. Aku ngga mau nyalahin siapapun atas kejadian ini” ucap Via lemah. Alvin menunduk, dia sangat menyesal.


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Operassi dilaksanakan. Via ngga henti hentinya menangis. Ngga bisa dibayangkannya jika nanti Shilla mengetahui dirinya telah tak memiliki kedua kakinya. Kaki Shilla diamputasi sebatas lutut. Shilla juga sudah melewati masa masa kritisnya. Kini ia sudah dirawat di ruang biasa. Hanya saja gadis itu masish belum sadar juga.

“Maafin gue Shill. . .” lirih Sivia. Gabriel yang juga ada di kamar rawat Shilla, turut bersedih mendengar isakan Sivia. Alvin belum datang.
“Loe ngga boleh ngomong kaya gitu. Kata loe kemaren loe ngga mau nyalahin siapapun ?? jadi ya jangan salahin diri loe juga” hibur Gabriel. Dia tawarkan pundaknya untuk tempat bersandar Via menumpahkan airmatanya.

“Gue Cuma ngga habis pikir kenapa sampe kaya gini Yel, gimana kalo Shilla sampe tau kondisinya sekarang ?? gimana kalo dia tau, kalo cowo gue yang sebenernya bukan loe, tapi Alvin. Dan . . .dan gimana kalo sampe dia tau, bahwa gue lah yang maksa Alvin buat jadian sama Shilla. Dia pasti bakal sakit banget yel, dan bisa jadi Shilla ngga mau kenal gue selamanya. . .gue bingung Yel, Tuhan bener bener menempatkan gue di posisi yang sulit”isak Via. Gabriel membiarkan sivia menangis sepuasnya dipundaknya.

Tanpa keduanya sadari, Alvin menatap mereka bedaub dari kaca bening di pintu kamar rawat. Alvin memandang Sivia dan Gabriel dengan tatapan cemburu. . .sekaligus ikhlas.

“Kalo emang Gabriel lebih pantes buat kamu, aku rela Vi. . .sekarang saatnya aku yang berkorban” gumam Alvin. Dia emang udah berniat nebus kesalahannya sama Shilla dan bertekad untuk belajar mencintai gadis itu.


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Jo. . .Jona. . hh” rintih Shilla pelan, nyaris seperti bisikan. Sivia yang tertidur di samping ranjang Shilla, terusik suara lirih yang dikeluarkan Shilla.

“Shilla ?? Shill loe udah sadar ??” Sivia menoleh kearah Gabriel dan alvin yang tertidur di sofa.

“Yel, Vin, shilla udah sadar” seru Via kegirangan. Gabriel berlari keluar memanggil dokter. Sementara Alvin mendekati Shilla, dipegangnya tangan gadis itu.

“Maafin aku ya shill” ucap Alvin lembut. Sivia menatap Alvin tak percaya. Tapi dia senang karna perilaku Alvin sudah mulai mencair.

Shilla tersenyum lemah. “Aku yang seharusnya minta maaf Vin”

“Aku janji akan selalu jagain kamu Shill” janji Alvin. Shilla masih tersenyum kala dokter bawaan Gabriel memasuki ruangan itu.


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Shilla terduduk lesu di depan kolam. Tatapannya kosong. Dia udah keluar dari rumah sakit sejak seminggu yang lalu. Saat mengetahui dirinya tak memiliki kaki, Shilla sempet pingsan saking shock nya. Untung ada Alvin yang setia menemani serta menghiburnya.

“Shill, kamu belum makan kan ?? makan yukk !! nih, aku bawain bubur ayam” ucap Alvin. Shilla menoleh. Tanpa kehadiran Alvin, mungkin Shilla sudah bunuh diri saking tak kuatnya.

“Aku ngga laper Vin”

“Eh jangan gitu. Ntar kamu sakit. Kamu ngga mau bikin kami semua repot kan ??”

“Sekarang pun aku udah merepotkan kamu dan yang lain”

“Udahlah ngga usah ngomong ngawur kaya gitu. Yukk ke dalem..udara disini ngga cocok buat kamu. Nanti kamu masuk angin” tanpa menunggu jawaban Shilla, Alvin mendorong kursi roda ‘pacarnya’ memasuki rumah.

Perhatian yang diberikan Alvin membuat Shilla senang, sekaligus membuat Sivia cemburu. Sivia memang masih menyukai Alvin. Tapi sekeras mungkin dia akan sembuyikan demi menjaga perasaan shilla. Dia ngga mau membuat Shilla tambah terpuruk.

“Vin, aku ngantuk. Pengen tidur” kata Shilla beberapa saat setelah menyelesaikan makan siangnyaa.

“yaudah aku anter kamu ke kamar” Alvin mendorong kursi roda Shilla ke kamarnya. Sampai disana, dia membopong tubuh gadis itu ke tempat tidur.

“Hikss. . .”

“Loh, kenapa nangis Shill ?? aku ada salah lagi sama kamu ??” Alvin panik ketika melihat Shilla menangis.

Shilla menggeleng. “Aku nangis gara gara kebodohanku sendiri”

“Kenapa ??”

“Bisa bisanya aku merebut kamu dari Sivia, sahabat aku sendiri”

Alvin terbelalak. “Kamu. . .kamu tau dari mana ??”
“Aku tau semuanya Vin, waktu aku komaa, samar samar aku denger percakapan Sivia dan Gabriel di kamar rawatku. Percakapan mereka menjelaskan semuanya Vin, tentang permintaan sivia ke kamu untuk menjagaku. Aku bener bener benr benci sama diri aku sendiri” isak Shilla tak tertahan.

“Shill, aku udah putus dari Sivia. Dan sekarang, saat ini aku mau belajar mencintai kamu. Sama seperti aku menyayangi Sivia”

“Tapi tetep aja aku ngga pantes. . .”

“Sstttt. . .” Alvin menempelkan telunjuknya di bibir Shilla. Perlahan Alvin keluarkan satu benda di sakunya. Seuntai kalung yang dulu sempat membuat Alvin benar benar marah ketika Shilla mengenakan kalung itu.

“Semoga kamuj senang dengan kalung ini” Alvin mengalungkannya di leher Shilla.

“Buat aku vin ??”

Alvin mengangguk dan tersenyum.

“Hatiku Cuma ada satu. Aku ngga bisa menyayangi kamu dan Sivia sekaligus. Makanya aku bertekad untuk membuang perasaanku ke Sivia. Kamu, jauh lebih membutuhkan aku” Alvin meyakinkan.

Shilla kembali menangis. Terharu. “Aku egois ya Vin ??”

Alvin menggeleng. Ngga lama, pintu kamar Shilla terbuka dari luar, Gabriel dan Sivia muncul di baliknya.

“hay Shill. . .hay. . .Vin” sapa Via kikuk.

“kebetulan loe dateng, sini Vi duduk di samping Alvin. Ada yang mau gue sampein ke kalian berdua” pinta Shilla. Sivia menurut.

“Maaf karna gue udah jadi pihak ketiga diantara kalian. Gue ngga pantes sama Alvin. Karna sesungguhnya, hati Alvin Cuma buat loe Vi” kata Shilla.

“Apaan sih loe Shill ??”

“Gue seneng banget Vi, karna gue udah berhasil nemuin cinta pertama gue. Dan bener kan kata gue, Alvin cinta pertama dan bakal jadi cinta terakhir loe” sambungnya. Shilla meraaih tangan Alvin, dan tangan Via. Ditumpuknya tangan mereka berdua. Shilla menempatkan tangannya diatas tangan tangan tersebut.

“Gue ngga akan merebut apa yang bukan milik gue. Kembalilah, gue mau ngembaliin milik loe Vi”

“Tapi Shill. . .”

“Gue bahagia banget udah bisa memiliki Alvin, walau hanya sesaat. Dengan ini gue bosa [ergi dengan tenang”

“Shill jangan ngomong gitu ah” protes Alvin. Shilla hanya tersenyum.

“Sekarang kalian balikan lagi ya ? aku ngga akan bisa pergi kalo kalian ngga akur lagi. Aku sayang sama kalian bedaub. Dan aku ingin menyatukan kembali dua orang yang kusayangi” tutur Shilla. Alvin dan Sivia saling berpandangan.

Perasaan senang membuncah di dada Shilla.

“Ada satu lagi permintaan gue” ujarnya.

“Apa ??”

“Ijinin aaku bawa kalung ini Vin, ijinin aku membawa salah satu barang berharga ini” Shilla memeluk bandul kalung yang diberikan Alvin.

“Ya Shill, kenapa engga??”

“Makasih ya Vin, Vi, dan juga loe Yel” Shilla melirik gabriel.

“Loe harus kuat Shill, loe pasti bisa” gabriel menguatkan.

Shilla masih berusaha tersenyum dibalik rasa sakit yang menyiksanya. Dia sampai meremas tangan Alvin saking sakitnya. Darah segar mengalir dari hidungnya. Sivia dan Alvin panik.

“Shill, gue panggil dokter ya” Sivia hendak bangkit menelpon dokter, tapi keburu di tarik Shilla.

“Ngga perlu Vi, gue Cuma pengen abisin saat terakhir gue sama kalian semua. Gue. . .gue sayang kalian…” Shilla memejamkan matanya. Tenang. Alvin mengusap airmata Shilla yang belum mengering, Shilla tak bereaksi. Alvin menempelkan telunjuknya ke hidung Shilla, memastikan apakah ada kerja pernafasan disana atau engga.

“gimana Vin ??” tanya Sivia panik.

Alvin menunduk, dia menggeleng pelan. Airmata mengalir di pipinya.


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Aku memang tak bisa memberikan sepenuhnya hatiku untuk kamu Shill,
Tapi aku sangat berterimakasih padamu karna kamu telah memberikan sepenuhnya hatimu,
Untuk mencintaiku. . .
Semoga kamu tenang di alam sama Shill. . .


Aku tak mampu menyaakitimu..
Aku tak sanggup untuk menduakanmu..

Ku tak mungkin mencintaimu..
Karna hatiku tlah dimiliki dia
Kau tak mungkin memiliki, ku sepenuh hatiku..
Ku hanya ingin setia

(kuingin setia-ARMADA)



Keep koment :D

1 komentar:

  1. kak mee izin copast cerpennya ya pasti tulis nama penulis kok:)

    BalasHapus