Dia..Selalu menyertaimu
Sivia merenung dalam kamarnya. Beberapa hari ini dia merasakan sesuatu yang aneh. Seperti ada yang mengikuti dan memperhatikan gerak geriknya. Tapi Via sendiri ngga tau siapa itu. terkadang tengkuknya merinding, Via sendiri kurang percaya dengan hal semacam itu karna menurutnya tabu dan ngga nyata.
“Nah..udah siap !! tinggal ngampus deh” ucap Via setelah selesai berdandan di depan cermin.
Ssshhhhh…
Desir angin melewati leher Via. Via menoleh secara refleks, ngga ada siapapun. Gadis itu ngga mau ambil pusing, dia lanjutkan langkahnya keluar kamar. Seperti biasa, Via menutup pintu kamarnya. Mungkin karna terburu buru, pintu kamarnya ngga tertutup rapat. Masih ada sedikit celah akibat sang pemilik ngga menutupnya sepenuh hati. Via sendiri ngga mengetahuinya. Dia berjalan saja keluar rumah. Semenit setelah Via keluar rumah, pintu kamar itu perlahan bergerak dan menutup rapat. Seperti ada gerakan yang mendorong pintu itu.
Sayangnya, ngga ada seorangpun yang menyadari itu..
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
“Hay sayang..” sapa Via pada cowo tampan berwajah oriental. Dia Alvin, pacarnya sejak sebulan lalu.
“Hay..maaf ya aku ngga bisa jemput kamu tadi. Ada kuliah pagi” saut Alvin.
“Iya ngga papa. Mmm..Agni mana ?? kok aku ngga liat ??” Via mencari cari sosok sahabatnya sejak SMA itu.
“Katanya mau ke perpus ato kemana gitu” jawab Alvin. Ngga lama, tampak seorang gadis cantik menghampiri Sivia dan Alvin di taman kampus.
“Woii dari mana aja loe ??” tanya gadis tersebut yang tak lain adalah Agni.
“Loe tuh yang darimana ?? gue kan kuliah siang” jawab Via.
“Gue habis nemenin temen baru. Ada mahasiswi pindahan dari Bandung. Masuk kelas gue kebetulan” tutur Agni. Agni, Sivia dan Alvin memang beda fakultas.
“Oia ?? mana orangnya ??” tanya Alvin. Pasalnya dia ngga melihat siapapun menyertai Agni.
“Di belakang gue kok..” begitu Agni menoleh, ngga ada siapapun. Dia menelan ludah.
“Mana ??”
“Tadi jelas jelas lagi ngobrol sama gue. tapi kok….ahh udahlah lupain aja. Palingan juga udah masuk kelas. Guys, gue masuk kelas juga deh. Bye” pamit Agni. Alvin dan Sivia saling berpandangan. Heran.
@Kelas
Agni celingukan dan terkejut ketika mendapati sosok yang dicarinya tengah terduduk manis di salah satu bangku. Dengan penasaran, Agni menghampiri gadis itu.
“Shill, loe disini ?? gue cari kemana mana juga” kata Agni. Gadis pindahan yang bernama Shilla itu hanya tersenyum dingin. Agni salting sendiri.
“Shill, loe sakit ??”
Shilla menggeleng. Sejak awal pertemuan, Agni cukup merasakan keganjilan pada diri Shilla. Dia jarang berbicara. Sewaktu bersalaman, tangannya pun dingin.
“Oia ntar gue kenalin loe sama temen temen gue ya” tawar Agni. Shilla mengangguk pelan.
Sepulang kuliah..
“Vin, Via mana ??” tanya Agni. Kali ini Shilla mengekor di belakang Agni. Sebelum menjawab, Alvin sempat memperhatikan Shilla. Sama seperti Agni, dia merasakan ada yang aneh.
“Mm..Via lagi ke ruangannya Bu Winda bentar”
“Ohh..eh Shill, kenalin ini Alvin. Cowonya sahabat gue” kata Agni. Alvin mengajak Shilla bersalaman. Cowo tersebut sedikit kaget dengan suhu tangan gadis itu. terlalu dingin..
Ngga lama kemudian, Sivia datang.
“Via..sini. gue mau ngenalin loe sama Shilla” kata Agni. Via tersenyum ramah pada Shilla. Tapi Shilla kebalikannya. Dia menatap Sivia dingin.
“Shill..” tegur Agni pelan. Tangan Via terjulur sia sia karna tangan Shilla ngga kunjung menyambutnya.
“Dia..dia ada” lirih Shilla. Suaranya bergetar. Seperti orang ketakutan.
“Dia ?? dia siapa ??”
“Jangan..jangan ikuti dia” Shilla berceloteh sendiri. Matanya mengarah pada Sivia. Sivia sendiri bingung. Begitupun dengan alvin dan Agni.
“Shill..maksud loe apa ??”
“Gue mau pulang..” kata Shilla. Begitu sebuah mobil Innova hitam datang, Shilla pergi begitu saja memasuki mobil itu. tanpa menjawab sejuta pertanyaan dalam benak Agni, Alvin maupun Sivia.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Via sedang menonton TV sendiri di ruang keluarga. Rumahnya yang besar hanya ditinggali olehnya dan seorang pembantu serta seorang satpam. Hanya saja sudah beberapa hari ini dia tinggal sendiri. Pembantunya pulang kampung karna anaknya sakit. Satpamnya minta cuti seminggu untuk menemani istrinya yang tengah bersalin.
Drrttt..drrttt..
Ada sms dari ponselnya.
From : 087653412253
Aku ngga akan melepasmu..
aku selalu memperhatikanmu..
jadi, jangan pernah mencoba lari dariku..
aku mencintaimu..
Sms aneh itu lagi. Udah beberapa hari ini Via dapet sms itu. tepatnya sejak sebulan yang lalu. Sejak dia baru jadian dengan Alvin. Via memberitahu sms itu kepada Alvin dan Agni. Menurut saran mereka berdua, lebih baik Via ngga meladeni sms itu. Via menuruti..
Smsnya itu aneh aneh. Intinya mengatakan kalo dia bisa memantau gerak gerik Via lewat jarak dekat. Padahal jelas jelas di dekat Via ngga ada siapapun. Via terkadang merinding juga, tapi dia ngga mau negatif thingking. Mungkin orang ini iseng saja. Sok tau dengan apa yang Via kerjakan.
Drrttt..drrttt..
Ada telpon masuk.
087653412253
Calling…
Jantung Via berdetak kencang. Selama ini orang misterius itu hanya sms. Ngga pernah telpon sama sekali. Penasaran, Via pun mengangkatnya.
“Ha..halo..”
“Ssshhhhh”
“Halo ?? siapa nih ??”
“Shhhhh” Ngga ada suara balasan. Yang ada hanya suara desahan angin.
“Woii jangan ngerjain gue dong ?? siapa nih ??” Sivia mulai emosi.
“Ssshhhh”
Tuuttttt….Via memutus telpon karna kesal. Siapa sih ?? niat banget udah telpon ngga ngomong.
“Ahh emang gue pikirin. Dia ini yang rugi, bukan gue” gumam Via. Kesendirian begitu mencekam. Nyali Via jadi ciut. Dia memutuskan untuk menelpon Agni, meminta sahabatnya itu menemaninya.
“Aduhh sori Vi, gue lagi banyak banget tugas. Sori ya” tolak Agni saat Via menelpon. Via menghela nafas, senyumnya mengembang. Masih ada satu orang lagi. Alvin !!
“Yaudah aku kesana ya” jawab alvin ketika Via menelpon.
Ngga lama, pintu diketuk. Via sendiri kaget. Masa sih Alvin dateng secepet itu ?? jarak rumahnya dengan rumah Alvin cukup jauh, berlawanan arah. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk bisa sampai.
“Alvin ??” seru Via ketika membuka pintu. Didepannya, berdiri sosok Alvin. Pakaiannya aneh. Alvin memakai pakaian serba putih. Padahal seingat Via, kekasihnya itu sangat membenci warna putih. Alasannya cepet kotor.
“Kamu kok cepet banget sampenya ??” ngga ada jawaban. Alvin malah justru mendekati Via lalu memeluk gadis itu.
“Vin..” panggil Via. Gadis itu merasa aneh dengan Alvin yang ada didepannya.
“Aku kedinginan Vi..”lirih Alvin. Via melepas pelukan Alvin.
“Kamu masuk gih. Duduk dulu. Aku buatin minuman anget ya” tanpa menunggu persetujuan Alvin, Sivia ngacir ke dapur.
Baru saja Via mau menyeduh teh hangat untuk Alvin, terdengar suara ketukan pintu. Siapa lagi ?? apa Agni nyusul ?? Sivia ngga bergeming dari tempatnya. Dia pikir toh sudah ada Alvin yang duduk di ruang tamu. Pasti dia yang akan membukakan pintu juga.
“Via..kamu lagi ngapain aja sih ?? aku ngetuk pintu ngga ada yang buka. Yaudah masuk aja” tegur seseorang. Via membeku sesaat. Sedetik, kesadarannya penuh. Dia membalikkan diri. Terbelalak saat melihat sosok yang menegurnya barusan.
“Alvin ??” pekiknya tak percaya. Pasalnya, Alvin yang ada dihadapannya memakai jaket kulit berwarna hitam dan kaos coklat. Bukan pakaian serba putih seperti tadi.
“Ka..kamu…kapan ganti baju ??”
Alvin menatap Via heran. “Ganti baju ?? dari tadi juga aku pake baju ini kali ?? emang kenapa ??”
“Kamu..baru sampe ??”
“Iya. Barusan. Aku ngetuk pintu ngga ada jawaban”
PRANGGG !! cangkir yang Via pegang pecah berantakan.
“Via..kamu kenapa ??” Via ngga mampu menjawab. Wajahnya pucat. Alvin membimbingnya ke ruang TV.
“Vi..kamu kenapa sih ?? ada yang aneh ??” tanya Alvin lembut.
“Ngga papa kok. Lupain aja” jawab Via gemetar. Dia masih ngga mempercayai apa yang baru saja dialaminya. Jika Alvin mengatakan dia baru saja datang dengan memakai pakaian berwarna gelap, lalu siapa yang datang lebih awal dengan pakaian serba putih dan memeluknya tadi ??
Tengkuk Sivia merinding..
“Vi, aku ke toilet bentar ya” pamit Alvin meninggalkan Via sendiri di ruang TV.
Drrt..drrttt..
From : 087653412253
Aku ngga suka liat kamu bersama cowo lain.
Via menelan ludah. Apa apaan nih ?? apa haknya bicara begitu ??toh kenyataanya Alvin jauh lebih berhak atas dirinya ketimbang orang misterius ini.
“Kenapa Vi ??” tanya Alvin.
“Hah ?? ngga papa kok” Via menaruh ponselnya. Alvin kembali terduduk di sebelah Via. Kepala Via diletakkan di bahu lelaki sipit itu. untuk beberapa waktu, mereka berdua membisu, menikmati acar televisi.
“Vin..” suara Via memecah keheningan.
“Ya ??”
“Kalo aku direbut cowo laen, apa yang harus kamu lakuin ?? apa kamu bakal mukulin cowo itu kaya yang di sinetron ini ??” tanya Via sembari menunjuk sinetron yang ada dilayar TV yang sedang mereka tonton.
“Ngga” jawab Alvin singkat.
“Loh kok ngga sih ?? berarti kamu rela dong aku direbut cowo laen ??” sungut Via. Alvin tertawa kecil, lalu menatap Via dalam.
“Kalo kamu ketauan selingkuh di belakang aku. Yang pertama aku lakuin adalah..tanya sama kalian, apa motifnya. Yang kedua, aku bakal tanya ke cowo itu kenapa dia milih kamu. Dan yang ketiga, aku kasih pertanyaan untuk kamu”
“Pertanyaan apa ?”
“Kenapa kamu mau selingkuh sama cowo itu ?? padahal kan kamu udah punya aku. Kalo kamu mau dan nerima cowo itu dengan kesadaran sepenuhnya, berarti kamu yang salah. Karna artinya kamu maruk” Alvin menoel hidung Via.
“Ohh aku ngerti ngerti”
“Aku sering heran. Kalo cowo tau cewenya selingkuh sama cowo lain, kenapa yang digebukin malah cowonya ? kenapa ngga tanya sama cewenya aja ?? bisa ngga dia jaga cewenya ?? kenapa bisa selingkuh. Dan lainlain” terang Alvin.
“Nah itu..bagus. aku janji deh ngga akan kaya mereka mereka. Aku kan sayang banget sama kamu Vin” ucap Via manja. Alvin mengangkat dagu Via, menatap matanya lembut. Perlahan, Alvin dekatkan wajahnya ke wajah Sivia. Tinggal beberapa senti jarak diantara keduanya. Sampai Sivia membuka mata dan melihat sosok lain berdiri di belakang Alvin. Sosok yang begitu pucat, berpakaian serba putih, dan menatapnya sedih.
“Aaarrgghh !!” pekik Via. Alvin menarik wajahnya. Menatap heran ke Sivia yang tengah menutupi wajahnya dengan telapan tangan.
“Kenapa Vi ??”
“Aku takut Vin…” Alvin membimbing Via ke pundaknya. Menenangkan gadisnya.
“Takut kenapa ??”
“Huhuhu..” isak Via. Dia ngga mau menjawab.
“Yaudah kamu tenangin diri dulu ya. Kalo kamu udah tenang, aku pulang”
“Jangan..jangan tinggalin aku Vin. Kalo perlu kamu nginep sini” rengek Via. Alvin ngga menolak. Dia tau pasti Via sedang ketakutan sekarang. Sampai pagi datang, Sivia sukses tertidur pulas di kamarnya. Sementara Alvin di ruang TV.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
“Apa ?? serius loe ??” tanya Agni saat Via menceritakan semuanya. Shilla yang kebetulan bergabung dengan mereka, ngga sengaja turut mendengar kejadian yang diceritakan Sivia.
“Serius lah. Gue takut banget Ag”
Shilla menutup buku yang tengah dibacanya. “dia akan terus ngikutin loe”
“Dia ?? dia siapa ??” tanya Via penasaran. Via ingat akan yang Shilla ucapkan kemaren. Jangan jangan ada hubungannya.
“Dia ngga akan rela ngeliat bersama dengan lelaki lain. Dia mencintai loe..ingin memiliki loe” Shilla ngga memperdulikan pertanyaan Via.
“Shill, loe tau semua ?? tolong jawab apa sih yang terjadi sama Via ??” tanya Agni. Shilla menatap Agni sebentar. Lalu menatap Sivia kembali. Sebelum ada jawaban yang diharapkan, dering ponsel Via berbunyi.
“Halo..APA ??.....” Via menutup telponnya dengan wajah cemas.
“Ada apa Vi ?” tanya Agni.
“Alvin kecelakaan sepulang dari rumah gue”
“APA ??”
“Ganjil” gumam Shilla. Keduanya menatap Shilla.
“Aukk ahh..gue mau ke rumah sakit sekarang” tukas Via.
“Jangan” Shilla mencegah.
“Kenapa ??”
“Jangan membuatnya marah. Kalo ngga, dia akan mencelakai Alvin lagi” jawab Shilla.
“Shill, gue udah cape sama omongan loe yang ngaco. Dia dia siapa sih yang loe maksud ??”
“Dia..dia yang ada dibelakang loe” jawab Shilla. Refleks, Sivia menoleh. Ngga ada siapapun dibelakangnya.
“Dia siapa ?? ngga ada siapapun di belakang gue”
“loe ngga bisa melihatnya. Cuma gue yang bisa melihatnya” pandangan mata Shilla ngga lepas dari arah belakang Sivia. Sivia dan Agni terheran heran sendiri.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Walaupun sudah diperingati Shilla, Via tetap menjenguk Alvin. Sampai keesokan harinya dia mendapat kabar bahwa kondisi Alvin memburuk. Kesempatan hidupnya sangat tipis. Kini Via percaya akan apa yang dikatakan Shilla. Dengan bantuan Agni, dia berusaha mencari info dari Shilla.
“Shill, sebenernya ada apa sama gue ?? akhir akhir ini gue sering ngalamin kejadian aneh” keluh Sivia.
“gue tau semua hal aneh yang menimpa loe. gue bisa merasakannya. Sejak dia meninggal, dia selalu ngikutin loe. Menyertai kemanapun loe pergi. Dan memperhatikan seluruh tingkah loe. Dia akan terus mengusik jika loe sedang bersama lelaki lain. Karna..karna dia cemburu” terang Shilla.
“Cemburu ?? apa ada hubungannya sama sms dan telpon misterius ini ??” Sivia memang sudah menceritakan perihal sms aneh serta telpon tempo hari.
“Ya. Yang menelpon dan meng-sms loe adalah orang yang sama. Orang yang ngikutin loe”
“Shill ?? dia dia siapa sih ?? loe bisa tolongin kita gimana caranya supaya Via ngga diganggu lagi ??” pinta Agni.
“gue ngga bisa membantu apa apa. Hanya loe yang bisa, Sivia”
“Tapi apa ?? gue aja ngga tau siapa dia dia itu ??”
Shilla menatap Via dalam. “Apa loe kenal dengan lelaki yang bernama Mario Stevano ??”
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Via memutar ingatannya. Tepat sekitar 2 bulan lalu. Saat statusnya masih jomblo. Dia telah terdaftar menjadi anggota di aplikasi chat yahoo massanger. Kala itu, ada seorang lelaki bernickname Mario_Rio yang meng-add nya. Entah kebetulan atau apa, jika Sivia online, akun tersebut ikut online. Terkadang dia yang menyapa, terkadang juga Sivia. Yang jelas, perkenalan singkat di dunia maya membawa keduanya berteman dekat.
Rio bertempat tinggal di daerah Batam. Cukup jauh memang. Jika sudah chatting, keduanya bisa berjam jam didepan layar monitor. Via merasa cocok ngobrol dengan Rio. Begitupun sebaliknya. Rio yang dewasa, supel, mampu membuat Via merasa nyaman. Sampai suatu hari, mereka bertukar nomer hape. Sayangnya, waktu itu hapenya raib saat mengangkot. Semua data dan nomer hilang. Termasuk nomer Rio. Via ingin meminta nomer Rio lagi, tapi dia merasa gengsi.
Suatu hari, Rio meminta alamat rumah Via. Tanpa curiga Via memberikan alamatnya secara lengkap. Dia ngga memikirkan apapun saat itu..
Beberapa hari kemudian, Via kehilangan sosok Rio. Sering dia online, tapi akun Rio selalu off. Kemana Rio ??
Tepat setelah hilangnya Rio, Via mulai melupakan Rio sedikit demi sedikit. Apalagi saat muncul Alvin yang mengisi hatinya.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Sekarang. Ketiga cewe itu tengah terduduk di sebuah sofa di dalam rumah. Rumah yang dindingnya digantungi berbagai foto seorang lelaki hitam manis. Ya, saat ini Via, Agni dan Shilla tengah berada di rumah Rio. Via berusaha keras mencari info tentang alamat rumah Rio. Untunglah saat itu, dia iseng bertanya tentang alamat rumah Rio di Batam. Jadi demi penyelesaian masalah, ketignya rela terbang ke Batam.
Via meraih sebuah pigura foto yang berdiri gagah. Di pigura itu terpasang foto lelaki manis. Via ngga tau dia siapa. Karna dia memang ngga pernah melihat Rio secara langsung.
“Dia Rio. Mario..” ucap seorang lelaki hitam manis yang mirip dengan Rio. Dia adalah Gabriel, kaka Rio.
“Mmm..maaf” Via meletakkan figura itu kembali.
“Jadi, kamu yang bernama Sivia Azizah ??” tanya Gabriel dingin.
Via mengangguk. “Iya Ka”
“Kamu cantik dan menarik. Pantas saja Rio naksir berat sama kamu” ceplos Gabriel.
Via tersenyum masam.
“Apa yang terjadi sama Rio ka ??” tanya Shilla.
Gabriel menghela nafas. “2 bulan terakhir, wajah Rio tampak berseri seri. Dia selalu curhat mengenai seorang gadis bernama Sivia yang dikenalnya lewat dunia maya. Lewat cerita itulah aku tau kalo Rio menyukai Sivia dan ingin menemui gadis pujaannya itu. Aku sempet kaget, saat tau Sivia bertempat tinggal di Jakarta. Daerah yang jelas sangat jauh dari tempat kami. Tapi melihat tekad Rio yang berapi api, aku hanya bisa mendukungnya”
“Beberapa hari sebelum itu, Rio sempet curhat, katanya dia kecewa karna smsnya ngga kunjung dibalas Sivia. Juga telponnya ngga diangkat. Rio ingin menanyakan hal itu lewat chat. Tapi dia takut kamu akan tersinggung Vi..”
“Mmm…maaf Ka, tapi hape ku hilang. Jadi semua nomer otomatis juga hilang. Aku ingin bertanya tentang nomer Rio lagi, tapi….gengsi” aku Via malu.
“Karna itu juga, tekad Rio makin bulat untuk menyusul Via ke Jakarta. Terlebih Rio bilang kalo dia sudah tau alamat rumah Sivia. Rio berangkat tanpa memberitahu kamu, dia ingin surprise”
“Tapi nasib naas menimpa adikku”lanjut gabriel.
“Maksud kaka ??” tanya agni.
“Kalian pernah dengar berita terbakarnya pesawat i-lines di perairan jawa ?? yang semua penumpangnya tewas terbakar ?? dan sebagian hilang di laut ??” Gabriel malah balik bertanya.
“Ohh itu..gue pernah denger. Kecelakaan tragis” kata Agni.
“Astaga..apa Rio ??” Via ngga sanggup menyelesaikan kalimatnya.
“Iya. Rio ikut di dalam pesawat itu. dia tewas. Kami semua terpukul. Tapi mencoba ikhlas. Sampe tepat seminggu kepergiannya, Rio datang. Tepat di hadapanku, dia mengatakan kalo dia berhasil bertemu dengan Sivia. Tapi sayangnya, Sivia bersama lelaki lain yang menurut kata Rio merupakan pacar Via. Rio mengatakan, kalo dia akan terus mengikuti Via. Menjaganya, memperhatikannya, menyertainya. Dia ngga akan membiarkan gadis pujaannya bersama lelaki lain. Apapun Rio lakukan untuk menghalangi hubunganmu dengan lelaki manapun. Rio ingin memiliki kamu, Sivia..” sambung Gabriel.
“Apa ?? tapi ngga mungkin Ka..Rio udah meninggal. Aku ngga mungkin…tolong bilang Rio Ka, jangan ganggu aku dan alvin. Aku menyayangi Alvin. Cuma dia satu satunya yang ada dihatiku. Aku hanya menganggap Rio sahabat. Ngga lebih. Aku harap Rio bisa menerima”
“Terusin Vi” printah Shilla.
“Apa Shill ?”
“Rio ada disini. Berdiri di sebelah ka Gabriel. Dia bisa denger apa yang loe katakan. Terusin”
Via menghela nafas. “Rio..aku sangat rindu kamu. Kita belum sempat bertemu, tapi ajal menjemputmu lebih dulu. Aku nyesel Yo karna udah bikin kamu kecewa. Maaf Yo..tapi kamu harus bisa nerima takdir kalo hatiku bukan untuk kamu. Kalopun iya, kita ngga bisa saling memiliki, karna dunia kita berbeda. Aku mohon kamu terima kenyataan Yo, berhenti ikuti aku dan berhenti ganggu Alvin” pinta Via dengan nada memelas.
“Rio bilang..dia akan ngelepas loe. Dan membiarkan loe bahagia. Walaupun berat” tutur Shilla.
“Makasih ya Yo”
Drrtt..drrttt..
Ponsel Sivia berdering. Ada telpon rupanya. Beberapa menit setelah mengangkat telpon, wajah Via berbinar binar.
“Dari rumah sakit. Katanya kondirsinya alvin membaik” katanya senang. Shilla dan Agni turut gembira.
“Makasih ya Yo..” kata Sivia.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
“Makan ya Vin, biar kamu cepet sembuh” bujuk Via seraya menyuapi alvin dengan potongan buah apel. Sudah beberapa hari ini Via tenang menjalani harinya. Tanpa gangguan seperti sebelumnya.
“Makasih ya Vi, karna perhatian kamu” kata Alvin. Sivia memutuskan untuk ngga menceritakan perihal Rio kepada Alvin.
“Iya sama sama. Sayang, aku ke toilet dulu ya. Kamu makan sendiri bisa kan ??” alvin mengangguk. Via bergegas ke toilet.
Sivia membasuh mukanya di wastafel. Saat mengangkat wajahnya, gadis itu memekik. Pada kaca toilet, terlihat sosok Rio. Rio yang berpakaian serba putih dan wajah pucat. Tubuhnya berbayang, samar samar. Dia menorehkan senyuman yang tersungging susah payah pada Sivia..
“Aku akan ngelepas kamu, membiarkan kamu bahagia bersama Alvin. Tapi jangan suruh aku berhenti mengikuti kemanapun kamu pergi….”
Ngga lama, Alvin menemui Sivia tergeletak pingsan di dalan toilet.
-TAMAT-
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Gimana ??
Nyeremin ngga ??
Nulisnya aja was was.
Hoho
Keep koment ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar