Kamis, 04 November 2010

Detik Terakhir ::Cerpen::

Maaf kalo cerpen ini terlalu frontal.  Ini Cuma cerita dan hiburan aja. Ngga ada maksud apa apa..

Hope u like it

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sivia menabur bunga bunga segar di pusara lelaki yang sangat dicintainya. Lelaki itu bernama Alvin. Ya, lelaki yang begitu cepat membuatnya jatuh cinta. Tapi juga begitu cepat meninggalkannya. Sivia menundukkan kepalanya. Airmata membasahi pipinya yang putih mulus. Matanya begitu lama terpejam, ia kirimkan doa demi ketenangan sang kekasih. Ingatan Via kembali pada masa kelam, masa masa sulit saat dia harus mempertahankan cintanya bersama Alvin. Masa masa terberat dalam hidupnya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

>>FLASHBACK<<

6 tahun lalu…

@kampus

“Via !!” panggil seseorang. Oh, Ify , Shilla, dan Agni. Sahabat Sivia sejak SMA.
“Kalian ?? kenapa ??” balas Sivia.
“Loe mau ikut kagak ??” tanya Agni. Sivia bingung. “Ikut kemana ??”
“Kita mau ketemu sama cowo cowo kita. Loe belum kenal kan sama mereka ??” sambung Ify. Sivia menggeleng.
“Nah makanya loe ikut..ntar kita kenalin” bujuk Shilla.
Sivia menggeleng. “Ogah ahh..gue ngga mau jadi obat nyamuk”
“Ngga akan Vi, udahh..yokk ikut aja !!” Agni menarik tangan Sivia.  Gadis itu pasrah saja ditarik tangannya.

@cafe

“Via, kenalin ini cowo gue namanya Gabriel” kata Shilla.
“Sivia” Sivia bersalaman dengan Gabriel. “Gabriel..panggil aja Iel”
“Kalo yang manis ini namanya Mario, cowo gue” ucap Ify. Sivia gentian menyalami Rio.
“Kalo yang chubby ini namanya Cakka” Sivia menyalami Cakka, pacar Agni.
“Oia, mana temen kalian ?? katanya mau dateng ??” tanya Shilla. Temen ?? siapakah ??.
“Ohh..iya, temen kita lagi OTW kemari. Bentar lagi juga dateng” jawab Cakka.

Ngga lama kemudian..

“Sori gue telat” kata seseorang. Sivia mengangkat wajahnya, menatap sesosok itu.
“Duduk Vin” perintah Rio. Cowo yang dipanggil ‘Vin’ itu menurut.
“Kita mau ngenalin loe sama temen kita, Sivia” tutur Agni. Alvin menatap Sivia, Sivia tersenyum malu.
“Alvin”
“Sivia”
“Kayanya kalian cocok deh” celetuk Gabriel. Disambut dengan toyoran mulus yang dilakukan Alvin.
“Ihh..Apin, kesian cowo gue..eh tapi bener deh, loe sama Via cocok banget..haha” ujar Shilla.
“Shilla apaan sih” sewot Sivia, mukanya merah merona. Alvin memperhatikan perubahan wajah Sivia.

Untuk beberapa menit kedepan, mereka sibuk ngobrol. Shilla-Gabriel,  Ify-Rio, Cakka-Agni. Sivia hanya diam dan merutuki teman temannya yang tak menepati janji. ‘gimana sih, katanya gue ngga jadi obat nyamuk, tapi nyatanya ??’ batin Sivia. sesekali dia mencuri pandang ke Alvin yang duduk di hadapannya. Alvin sibuk memainkan i-Phone nya. Dalam hati Sivia ngga memungkiri ketampanan Alvin.

Waktunya pulang..

“Via, loe pulang sama Alvin aja ya” kata Ify.
“Eh, kata loe, loe yang mau nganter gue balik..gimana sih ??”
“Aduhh..maaf Vi, gue pusing, jadilah Rio yang bawa mobil. Maaf ya Vi..hehe”
Sivia mencibir. Dia mencurigai ini semua udah direncanakan teman temannya.
“Gimana ?? loe mau kagak ??” tanya Agni.
“Ngga ah..takut ngerepotin” tolak Sivia.
“Ngga akan..”
“Ahh..itu kan menurut loe loe semua”
“Beuhh ya terserah loe sih..kalo loe mau pulang jalan kaki..udah malem lho Vi” tutur Shilla. Sivia rada jiper juga. Kalo aja mang Dadang sopirnya itu ngga sakit, dia pasti udah minta jemput.

“Vi, loe pulang sama gue aja ya” ajak seseorang. Alvin !!.
“He ?? mmm…ngga ngerepotin ??”
Alvin menggeleng. “Temen temen gue nyuruh begitu. Dan gue sendiri ngga ngerasa direpotin”
“Mmmm…iya deh”
@Mobil Alvin

“Ooo..jadi loe anak kedokteran” komentar Alvin saat Sivia bercerita tentang kuliahnya.
“Iya..eh berarti loe sama temen temen loe itu calon pilot dong ??” giliran Sivia yang bertanya. Alvin, Rio, Gabriel dan Cakka bersekolah di sekolah penerbangan yang nantinya akan menjadikan mereka sebagai pilot.
Alvin mengangguk. “Doain gue ya”
“Hehe..pasti..”
Diam diam Alvin mengagumi pesona gadis yang ada disampingnya.
“Mmm…Vi”
“Ya ??”
“Gue nganterin loe gini, cowo loe ngga marah ??”
Sivia terkekeh. “Apaan sih ?? gue belom punya siapa siapa”
“Ooohhh..” ada kelegaan dalam hati Alvin.

“Thanks ya Vin” ucap Sivia sewaktu mobil Alvin sampai di rumahnya.
“Sama sama..” Sivia baru kan berbalik, tapi keburu dipanggil Alvin. “Vi..”
“Kenapa lagi ??”
“Gue minta nomer hape loe dong..itu juga kalo loe mau”
Sivia tersenyum, lalu menyerukan beberapa digit nomer. Dengan cepat Alvin mencatatnya.
“Thanks ya Vi”
“Yoyoy”

@kamar Sivia

Baru saja Sivia hendak memejamkan mata, ponselnya bergetar. 1 New massage

 from : 08986699989
    .:!|!|:..:|!|!:.
    (!|!Sweet!|!)
      ‘+Dream+’
          “+:,:+”

Good night
-Alvin-

Sivia hanya mampu memekik tertahan membaca sms dari Alvin. Sms yang bisa membuat hatinya berbunga bunga. Sivia merebahkan badannya di kasur. Berkali kali dia menatapi sms Alvin. Sampe Via lupa membalasnya. Hatinya begitu senang. Gambar love di sms itu, cukup membuat Sivia Ge-er.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Wuidihhhh…ckckc..sosweet banget..” seru Ify pas membaca sms dari Alvin di ponsel Sivia. si empunya hape sedang memesan makanan. Shilla langsung merebut ponsel dari tangan Ify.
“Lancar juga pedekate mereka..ckckck”
“Mana sini gue liat” rebut Agni. “Yelaahhh…romantis banget si Apin. Padahal mereka baru kenal. Si Cakka aja ngga pernah ngirim sms kaya gini”
“Haha..ssttt..Sivia dateng” Agni langsung menaruh ponsel di tempat semula.
“Cieeee…ehemm..ehemm..”
“Kenapa Shill ??” tanya Sivia heran.
“Selamet ya Vi”
“Selamet untuk paan Ag ?? gue belomm ultah”
“Halahh…pake pura pura lagi..selamet atas pedekate loe  sama Alvin”
“Maksud loe apa sih Fy ??”
“Itu tuh..sms good night yang ada di hape loe emang dari siapa ??” sindir Shilla. Muka Sivia merona.
“Ihh..kalian pasti bongkar inbox gue ya..ahhh..privasi taukk !!!” sungut Sivia. teman temannya hanya mesem mesem bak tanpa dosa.
“Jujur aja sama kita Vi..loe ada rasa kan sama si Alvin ?” terka Ify.
“Ihh..sok tau loe”
“Kalo emang ada, berarti rencana kita semua berhasil dong”
Sivia mengangkat satu alisnya. “Rencana apa ??”
“Rencana buat nyomblangin loe sama Apin..hihihi” sambung Agni.
“Beuhh..rese loe semua”
“Tapi loe demen kan ????”
“Aukk ahh..gue mau ke perpus dulu..bye” pamit Sivia yang langsung ngacir. Dia ngga mau ketauan salting di depan teman temannya.

Sepulang dari kampus

Ponsel Sivia bergetar kembali. Sms dari Alvin.

From : Alvin
Vi, loe udah pulang kan ??
Gue jemput ya

******

To : Alvin

Ngga usah Vin, ngerepotin.
Gue bisa naik angkot kok ^^

******

From : Alvin

Udah ngga papa. Santai aja kali..
Gue OTW ke kampus loe

Mau ngga mau, Sivia menuruti. Ngga berselang lama, datanglah Nissan X-Trail silver milik Alvin. Sivia langsung menaiki mobil itu.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Rencana teman teman Sivia dan Alvin mendekatkan mereka ngga begitu gagal. Sejak kenal di café, keduanya semakin dekat. Alvin rutin mengantar jemput Via ke kampus. Walaupun dirinya juga sibuk sekolah karna bulan depan, dirinya beserta teman temannya resmi diangkat menjadi pilot. Alvin tentu senang. Sivia juga ikut bangga.

Setahun kemudian…

Alvin mengajak Sivia ke sebuah tempat di puncak. Bukit bintang namanya. Jika malam datang, dari atas bukit itu terlihat jelas hamparan rumah rumah penduduk di bawah. Lengkap dengan lampu lampu kota. Indahh sekali.

“Gimana ?? kamu seneng sama tempat ini ??” tanya Alvin.
“Seneng banget…indahhh..” sahut Sivia yang masih sibuk mengagumi pemandangan indah di depannya. Perlahan, Alvin menggenggam tangan Sivia. refleks Sivia menoleh.

“Aku sayang kamu Vi..” ucap Alvin. Sivia speechless.
“Aku mau kamu jadi wanita terakhir untukku” lanjut Alvin.
“Vin..”
“satu tahun waktu yang cukup kan buat kamu mengenal aku ??” sela Alvin.
Sivia diam, menunduk. Alvin mengangkat dagu Sivia dengan tangannya.
“Kamu mau Vi ??”
Untuk beberapa detik, mereka bertatapan. Hingga akhirnya Sivia membuka suara. “Aku mau Vin”
“Yeeeaahhh..makasih ya Vi” Alvin menarik Sivia ke pelukannya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Usia pacaran yang singkat ngga membuat Sivia enggan mengenalkan Alvin kepada kedua orangtuanya. Itu memang kebiasaan Sivia, jika dia berpacaran dengan seorang lelaki, udah seharusnya Sivia mengenalkan lelaki tersebut kepada kedua orangtuanya. Sama seperti sore itu, Sivia beserta ayah dan ibunya sudah duduk manis di ruang tamu. Menunggu Alvin. Tak berselang lama, yang ditunggunya pun datang.

“Silakan duduk” sambut ayah Via ramah. Sebelum duduk, Alvin menyalami tangan ibu dan ayah Via. Kemudian duduk di samping Via.
“Perkenalkan nama kamu nak” suruh ayah Via.
“Nama saya Alvin Jonathan Om” salam Alvin.
“Kuliah, atau sudah kerja nak ??” giliran mama Via bertanya.
“Kebetulan sudah kerja tante”
“Boleh kami tau kerja apa ??”
“Pilot”

Mendengar jawaban Alvin, ayah Via diam membisu. Tatapan yang semula ramah, berubah garang.
“Keluar kamu dari rumahku. Dan jangan dekati anakku lagi” tegas ayah Via. Semua terkejut.
“Ayahh..”
“Saya bilang keluar” usir Ayah Via sekali lagi.
“Tapi kenapa Om ?? apa ada yang salah dari saya ??” tanya Alvin.
“Saya ngga mau mempunyai calon menantu yang berprofesi sebagai pilot”
“Memang kenapa Yah ??”
“Via..Ayah bilang tidak ya Tidak !! jangan melawan..dan kamu Alvin, tinggalkan rumah ini dan putuskan hubungan kalian !! karna sampai kapanpun, saya ngga akan merestui” tegas Ayah Via. Alvin menunduk. Genggaman tangannya di tangan Sivia mulai melemah. Ditatapnya Sivia yang terisak. Perlahan, Alvin meninggalkan rumah Sivia dengan sejuta kekecewaan.

“Ayahh jahattt !!!” Sivia lari ke kamarnya. Menenangkan diri. Sama sekali dia ngga menyangka bahwa akan begini kejadiannya.

Malam harinya

“Via..kamu makan ya sayang..dari siang kan kamu belum makan” bujuk mama Via. Via menggeleng keras.
“Kenapa Ayah kaya gitu mah ?? ayah tega sama Via..” mata Via udah bengkak dan merah gara gara nangis terus.
“Via sayang..kamu harus hargai keputusan ayah..apa yang ayah bilang, itu untuk kebaikan kamu” jelas mama Via.
“Tapi apa alesan ayah benci Alvin mah ?? karna Alvin pilot ?? apa sih yang salah sama profesi itu ??”
Mama Via diam sejenak. Lalu menatap putrinya dalam. “Dulu, adik dari kakek kamu adalah pilot. Beliau sering tugas ke luar kota bahkan luar negeri. Sampe suatu hari, seorang pramugari datang ke rumah adik kakek kamu, dia meminta pertanggungjawaban atas perbuatan adik kakek kamu. Istri sahnya shock dan akhirnya gila. Adik kakek dicopot jabatannya, dan harus hidup dengan pramugari dari hasil kerja buruh”
“Jadi maksud mamah..”
“Ayah melarang kamu dengan Alvin karna dia pilot..karna..karna ayah trauma..menurut pendapat ayah, pilot itu suka bermain perempuan” terang mama Via.
“Tapi Alvin ngga kaya gitu mah..dia baik dan setia sama Via”
“Ngga ada yang tau hati seseorang selain Tuhan dan pemiliknya..begit juga dengan Alvin. Sekarang bisa saja kamu bilang dia setia. Tapi nanti ?? sudahlah nak, kamu turuti saja kata kata ayah..kamu ngga mau kan beliau marah ??”
“Ini ngga adil Mah”
Mama Sivia hanya tersenyum pahit.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Vin..aku ngga mau kita putus..aku sayang banget sama kamu” ucap Sivia suatu hari, saat Alvin hendak memutuskan hubungan mereka.
“Aku juga sayang bangets ama kamu Vi..tapi ayah kamu ngga setuju sama kita. Buat apa diterusin ??”
“Ayah Cuma ngga suka pekerjaan pilot karna..”
“Karna ??”
“Karna menurut ayah, pilot itu suka main perempuan”
“Kamu curiga aku begitu ??”
“Aku percaya kamu Vin..tapi engga dengan ayah”
“Aku seneng kamu percaya. Sejak ketemu kamu, aku udah janji ngga akan menyakiti kamu Vi”
“…”
“Terus kamu mau kita gimana ??” tanya Alvin.
Sivia menatap Alvin lekat lekat. “Kita lari dari ayah”
Alvin terkejut. “Apa ??!!”
“Iya, kita lari dari ayah..kita mulai hidup baru, dengan ataupun tanpa persetujuan ayah” Sivia mengulangi.
“Apa kamu yakin Vi ?? mereka adalah orang tua kamu”
“Tapi kamu adalah orang yang sangat aku cintai”
Alvin menyatukan alisnya. Perlahan dia anggukan kepala seraya tersenyum.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Perkataan Sivia ngga main main. Sehari setelah itu, Sivia mengemasi barang barangnya dan kabur disaat ayah dan ibunya sibuk bekerja. Sivia menginap di rumah Ify. Disana, dia menceritakan semua di depan ketiga temannya beserta pacar mereka masing masing. Tak ketinggalan Alvin. Mereka memaklumi cobaan yang terjadi pada kedua sahabat mereka.

“Kalo itu emang keputusan kalian, kita maklumi” ujar Rio.
“Vi, cepat ato lambat, pasti bokap loe bakal nyariin loe. Dan sasaran pertama beliau adalah Alvin. Kalo loe ngga mau sampe ikut bokap loe pulang, mending loe jangan nginep di rumah gue atau salah satu dari kita” kata Ify.
“Emang kenapa Fy ??”
“Karna pasti bokap loe bakal nyariin loe di rumah Ify, gue dan juga Agni. Karna bokap loe tau kalo kita bertiga sobat loe sejak dulu”
“Terus gue kudu tinggal dimana ?? gue ngga bawa duit”
“Gue punya solusi” seru Gabriel.
“Apa ??” tanya semua serempak.
Gabriel mengetukkan jarinya ke dagu. Menatap satu persatu teman temannya.
“Satu satunya solusi, Alvin..harus nikahin Sivia”
“Apa ??”
“Iya, kalo kalian udah resmi nikah, Sivia bisa tinggal di rumah loe kan Vin. Dan rumah loe yang baru itu kan belum ada yang tau dimana..Cuma kita yang tau letak rumah loe” sambungnya.
“Gue setuju !!”
“Gue juga”
“Sama”

Atas usul dan dukungan teman temannya, Alvin menikahi Sivia dan membawa Sivia tinggal di rumahnya. Sivia cukup senang dengan kehidupan barunya. Setiap hari teman temannya mengunjungi Sivia. dengan hati hati tentunya, agar ngga tercium ayah Sivia. udah 3 bulan sejak kabur, Sivia ngga memberi kabar sama sekali. Dia sering naik taksi ke melewati rumahnya, sesekali melihat sang mama sedang menyirami tanaman, sang ayah sedang serius membaca koran. Sivia tersenyum memandang mereka dari dalam taksi. Kedua orangtua yang sangat dirindukannya. Sivia janji akan kembali, tapi menunggu waktu yang tepat.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Alvinn….!!!” Teriak Sivia dari dalam toilet. Mendengar teriakan Sivia, sontak Alvin langsung berlari menuju toilet.
“Ada apa Vi ?? kenapa ??” tanyanya panik. Bukannya menjawab, Sivia melompat memeluk Alvin erat.
“Haha…aku seneng seneng seneng banget !!”
Alvin heran sendiri. “Kenapa ??”
Sivia menarik tubuhnya dari pelukan Alvin. Dia menunjukkan sesuatu.
“Nih liat”
Alvin meraih benda di tangan Sivia. Mata sipitnya membulat ssewaktu melihat 2 garis merah pada alat itu.
“Via…ini..”
“Aku hamil Vin !!”
“Hahahaa…sebentar lagi aku punya jagoan cilik !!” seru Alvin senang. Kembali dia memeluk Via erat.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sebulan kemudian

“Vi..aku pamit ya, aku harus ngawal penerbangan ke Makassar” ijin Alvin.
“Tapi cuaca lagi ngga bagus Vin”
“Aku tau Vi..tapi ini kerjaan..pesawat udah di delay selama 2 hari. Ngga mungkin ditunda tunda lagi”
“Jadi kamu mau ninggalin aku sendiri ??” Sivia membalikkan posisi tubuhnya.
“Via..bukan begitu..ini masalah kerjaan Vi..aku janji aku akan kembali tanpa kekurangan suatu apapun” janji Alvin. Alvin membalikkan badan Sivia. dia terkesiap, Via menangis.
“Via..”
“Aku ngga mau kehilangan kamu Vin..tolong jangan pergi”
Alvin ngga mampu berkata apapun. Dia taruh kepala Via ke bahunya. Disana Sivia menangis sepuasnya.
“Kamu kenapa sih Vi ?? kepergianku bukan yang pertama kalinya kan ??” tanya Alvin lembut.
Sivia ngga menjawab. Dia sibuk menangis. Mau tak mau, Alvin harus menunggu Sivia berhenti menangis hingga gadis itu mau memberikan penjelasan untuknya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Aku takut kamu kenapa napa Vin..firasat aku ngga enak” tutur Sivia sehari sebelum Alvin berangkat.
“Via..ngga akan ada apa apa. Aku janji aku akan kembali..”
“Pliss Vin, jangan pergi”
Alvin menunduk. Dia ngga tega natap Sivia yang begitu mengiba.
“Apa kamu tega pergi disaat aku dalam keadaan kaya gini ??”
“Maaf Vi”
“Alvin…”
Alvin berusaha mencairkan ketegangan. Dia ngga mau Sivia berpikir yang engga engga akan kepergiannya besok. Perlahan Alvin bungkukan badannya sebatas perut Sivia. dia dekatkan kepalanya ke perut Sivia.
“Dek, ayah mau pergi sebentar. Adek jagain bunda ya…tenangin bunda..dan bilang sama bunda kalo ayah baik baik aja dan bakal pulang” kata Alvin lembut seraya mengusap perut Sivia. Tangis Sivia semakin deras. Entah kenapa dia begitu berat melepas Alvin.

Walaupun sudah mencegah mati-matian, Alvin tetap keukeh berangkat. Sivia hanya mampu berdoa atas keselamatan sang suami.

“Vi..aku pergi dulu ya..jaga baik baik diri kamu dan jagoan kecil kita. Kalo ada apa apa, kamu hubungin Ify, Shilla atau Agni. Mereka bersedia membantu” pamit Alvin. Sivia diam. Tatapannya kosong. Alvin beralih ke perut  Sivia.
“Dengerin kata kata ayah ya dek, adek jangan nakal..kasian bunda..adek harus jagain bunda selalu. Ayah akan selalu ada untuk adek dan bunda. Ayah cinta kalian” Alvin mengecup perut Sivia.
“Vi..aku pergi dulu ya..jaga baik baik diri kamu”
“Hhh…” Sivia terisak. Liat itu, hanya memeluk yang bisa Alvin lakukan.
“Via jangan sedih gitu dong..aku ngga akan pergi lama..” pesen Alvin.
Sivia memeluk Alvin begitu lama, seakan ngga mau Alvin pergi. Tapi apa daya, kepergian Alvin ngga bisa tertunda.
“Aku pergi ya Vi” Alvin mengecup kening Sivia. Lalu melangkah beberapa meter dari Sivia, dan memberikan hormat kepada istrinya itu. Sivia terkekeh. Itu memang rutin dilakukan Alvin jika akan pergi bekerja. Sivia membalas dengan hormat juga. Sampai akhirnya Alvin benar benar melangkah pergi. Kesedihan kembali menyelimuti Sivia.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Aku baik baik aja disini Vi..besok juga aku udah pulang” kata Alvin di telpon.
“Syukur deh kalo gitu..cepetan pulang ya Vin”
“Iya..mmm Vi”
“Apa ???”
“Aku ada satu permintaan. Kamu mau kan ngelakuin itu untuk aku ??”
“Emang apa Vin ??”
“Aku mau…kamu kembali ke orang tua kamu”
“Apa ??”
“Aku mohon Vi..jangan biarin hidup aku penuh dengan rasa bersalah”
“Oke..besok aku ke rumah”
“Makasih ya Vi..oia, salam buat jagoan kecil aku”
“Hehe iya iya”
“Udah dulu ya Vi, sampe ketemu besok. Aku sayang kamu”
“Aku juga sayang kamu”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Keesokan harinya, sebelum pergi ke rumah orangtuanya, seseorang mengetuk pintu rumah. Sivia buru buru membukanya.

“Kalian ??” pekik Sivia ketika melihat Gabriel, Rio dan Cakka dibalik pintu.
“Kita…kita kesini mau..mau ngasih tau kabar buruk” jantung Sivia berdetak cepat.
Ketiga sahabat Alvin memandangnya dengan tatapan sedih.
“Alvin..Alvin kecelakaan Vi..pesawatnya hilang kontak sejak lepas landas 45 menit dari bandara Sultan Hassanudin” ucap Cakka.
“Sekarang tim sars lagi berusaha melakukan pencarian body pesawat” lanjut Gabriel.
“Kemungkinan pesawat hilang kendali karna adanya badai di laut Sulawesi” tambah Rio.
“He…kalian becanda kan ? kalian pasti becanda…Alvin ngga mungkin..ngga mungkin” lirih Sivia. dia ngga mempercayai. Karna dulu, Rio, Gabriel dan Cakka pernah membopong Alvin dengan badan dipenuhi luka dan perban. Kata Rio, Alvin kecelakaan pas memacu mobilnya begitu kencang karna takut terlambat merayakan ulang tahun Sivia. Sivia sempet marah, dia ngga mau maafin Alvin. Tapi begitu liat Alvin dalam kondisi kaya gitu, airmatanya pecah.  Pas sudah menangis sesenggukan, Alvin tertawa. Ternyata itu tipuan yang sengaja dilakukan agar Sivia mau memaafkannya. Dan sekarang, Sivia ngga mempercayai ucapan ketiga sobat Alvin gara gara teringat kejailan mereka dulu.

“Kita ngga becanda Vi..kita serius” ucap Rio datar.
“Alvin…ngga !! NGGA MUNGKIN !!” Sivia merasakan kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya. Sivia pingsan, untung cepat di tangkap Gabriel yang berada paling dekat dengannya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sivia mematung di depan cermin. Tatapannya kosong. Tangannya mengelus elus perutnya. Mukanya pucat. Sejak kemaren mamanya menyuruh makan, tapi tak ditanggapi Sivia. ya, mamanya. Setelah sadar dari pingsannya kemaren, Sivia menyuruh Cakka menelpon kedua orangtuanya. Ayah dan mama Via sudah melupakan semua ketidaksetujuan mereka terhadap Alvin. Kini, untuk menghibur  anaknya, ayah dan mama Via tinggal di rumah Alvin bersama Sivia.
Kini Sivia sadar, hari itu, jam itu, menit itu, detik itu..adalah detik terakhirnya bersama sang kekasih hati. Ternyata permintaan Alvin di telpon, adalah amanat terakhirnya. Sivia ngga bisa menahan laju airmatanya. Dia sungguh belum siap kehilangan Alvin disaat kondisinya sedang seperti sekarang, tapi Sivia berusaha tegar. Ini demi sang jagoan kecilnya.

“Via..jenazah Alvin udah dateng..loe diminta ke depan” suruh Shilla. Ketiga sahabatnya juga setia menemaninya. Sivia melangkahkan kaki. Menuruni tangga. Di ruang tamu sudah ramai dengan para pelayat. Sivia ngga peduli. Dia melangkah keluar. Di depan rumahnya, terdapat ambulance yang ada peti jenazah.

Tangis Sivia semakin deras.

>>FLASHBACKEND<<

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sivia merindukan saat saat dulu. Saat dia harus menyisipkan topi tugas ke kepala Alvin. Saat Alvin menjaili Sivia sampai Sivia menangis. Saat Alvin memberi hormat padanya—begitu pula sebaliknya—saat Alvin mengelus elus perutnya dan berkata ‘jagoan kecil ayah’. Saat  dimana Alvin rutin mencium keningnya jika akan keluar rumah. Saat saat indah lainnya..

Walaupun tak ada lagi Alvin disisinya, Sivia tetap harus menjalani hidupnya. Jagoan kecil merekapun sudah lahir. Laki laki, gagah dan ganteng seperti ayahnya. Sivia ingat akan kata kata Alvin dulu, saat Alvin mengelus perutnya. ‘aku mau jagoan kecil kita diberi nama Vian..singkatan dari Via-Alvin..hehe’..

Dan karna pesen itulah, Sivia menamai jagoan kecil mereka…Vian..Vian Jonathan Sindunata.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sivia menghapus airmatanya. Dan membuka matanya kala ada seseorang memanggilnya. Sivia menoleh. Bocah lelaki berusia 5 tahun. Bocah lelaki yang memiliki wajah tampan. Dibelakangnya, ada seorang lelaki tua. Sivia menghampiri mereka.

“Viann..”
“Bunda lama banget sih..Vian sama Kakek udah cape nungguin bunda” cerocos anak itu. Sivia tersenyum, lalu mengajak bocah itu pergi.

Karna Vian, Via melanjutkan hidupnya

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar