Selasa, 02 Agustus 2011

Nyawa Hidupku -Short Story-


NYAWA HIDUPKU

Pernahkah kau mengagumi seseorang ?
Pastilah pernah..
Mengagumi sesuatu atau seseorang adalah hal yang indah..
Dan kau harus bangga dengan itu..

Seperti aku,
Tahukah kamu ?
Kekaguman dalam hatiku berubah menjadi suka..
Berubah menjadi cinta..
Ya, aku mencintainya..

Lalu apa yang harus kau lakukan jika kau berada di posisiku ?
Apa ? mengungkapkan perasaanku padanya ?

Kurasa tidak.

Sampai kapanpun tidak akan pernah.
Aku tak tau bagaimana cara mengungkapkannya.
Aku ingin dia melihatku.
Menyadari bahwa aku ada.

Ada untuk selalu mengaguminya..

Namun tak nyata.

>>>>><<<<<< 

Aku melihatnya. Ya, walau aku yakin Ia tak melihatku. Ku betulkan letak kacamata tutup botol yang rada melorot. Sedetik pun aku tak ingin melewatkan tiap-tiap bahagia aku memandangnya. Disana, ditengah lapangan basket, Ia berlari. Mengerahkan segala kemampuannya untuk menjadi yang terbaik. Mengerahkan seluruh strategi terbaiknya dalam permainan. Keringat yang ber cucuran melalui dahi dan pelipis sama sekali tak memudarkan ketampanannya. Bahkan Ia semakin tampan.

Dapat. Ia memegang kendali atas permainan sekarang. menggiring bola menuju ring kemenangan. Ayolah. Ayo. Sedikit lagi. kalahkan lawan lawanmu. Kamu pasti bisa. Dan..

SHOT !

“Woooooo !!!” sorakan riuh dari penonton-yang mayoritas kaum hawa- dibarengi dengan suara tepuk tangan mengakhiri pertandingan dengan hasil unggul untuk sekolah kami. yeah..siapa lagi kalau bukan karna dia ?

“Rio..Rio..Rio..!!” dari Tim Cheers kompak menyebut namanya. Aku bisa melihat rona bahagia menghiasi wajahnya. Entahlah, jika aku melihatnya tersenyum, suatu daya maha kuat menggetarkan hatiku. Mendorongku untuk ikut tersenyum bersamanya. Seperti saat ini. aku turut bahagia atas prestasi  yang Ia capai.

Aku melirik jam ditanganku. Diriku menghela. Sudah jam setengah 6. Gawat, kalau tidak cepat cepat pulang bisa dimarahi aku. sekali lagi kubetulkan letak kacamataku. Hmm..aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi padaku begitu sampai di rumah nanti. Baru kali ini aku berani pulang sesore ini. apa hanya untuk melihatnya beraksi dilapangan basket ? mungkin.

Sekali lagi aku memandangnya. Ah..Ia begitu sempurna dimataku. Senyumnya, suaranya, tatapan matanya. Bagiku dirinya tak ada cacat cela dimataku. Oke Ify, saatnya pulang. Toh besok kamu masih bisa bertemu lagi dengan pangeran kuda putihmu itu. kupuaskan mata untuk memandangnya sebelum membalikkan tubuh.

“Hey..” seru seseorang tepat saat aku akan berbalik. Tunggu, suara yang khas di telingaku. Suara yang amat kupuja puja. Tanpa berfikir panjang, akupun menoleh. Dan aku berharap nyawaku tak hilang saat itu juga kala melihat didepanku, dia..dia tengah tersenyum kearahku. Melambaikan tangannya. Kurasa itu isyarat untuk mendekat mungkin.

“Iya kamu, sini” serunya sekali lagi. Oh Tuhan, apakah ini mimpi ? Rio memanggilku ? menyuruhku untuk mendekat kepadanya ? apakah Rio bicara padamu Ify ?

Berhentilah grogi. Stop ! percaya pada dirimu bahwa kamulah yang dimaksud Rio! aku melafalkan kalimat itu berkali-kali. Mencoba menetralisir rasa tak percaya diri. hmm..cukup! aku tak mau membuatnya menunggu lama. Kulangkahkan kaki, menuju ketempatnya berpijak.

BUUKK..

“Aww..” pekikku saat sesuatu yang keras menubrukku dari belakang. Aku mendongak.

“Eh sori sori” si penabrak itu meminta maaf padaku. Setengah menit setelah kejadian tabrakan, aku masih mematung ditempatku. Masih dalam posisi setengah duduk setengah berdiri. Bukan, bukan karna efek tabrakan kecil itu. tapi..

Didepanku. Rio tengah becanda ria dengan..dengan seseorang yang tadi menabrakku. Yeah berfikirlah positif Ify. Sesungguhnya kejadian didepanmu itu menyadarkanmu dari mimpi yang panjang. Bahwa bukan kamu yang dipanggil Rio tadi. bukan. Bukan aku. melainkan dia, Pricill. Perempuan cantik nan populer. Ketua OSIS, kapten basket putri, anak konglomerat. Ya, dialah permaisuri yang pantas mendampingi pangeran tampan.

Bukan upik abu sepertiku..

>>><<<< 

“Dari mana aja kamu ?” suara itu langsung memburuku begitu aku membuka pintu. Suara ayahku.

“Da..dari..kerja kelompok yah” jawabku takut-takut. Saking takutnya hingga aku menundukkan kepala. Semoga ayah tak melihat kegugupanku. Semoga beliau tak mencium kebohonganku.

BRAKK !

Pundakku terlonjak saat ayah menggebrak meja ruang tamu. Aku pasrah. Semoga ayah tak menggunakan tangan atau kakinya untuk memberikan pelajaran padaku, atau sekedar pelampiasan emosi. Semoga hanya umpatan dan cacian yang kuterima. Tak lebih. Aku mohon Tuhan..sekali ini saja..

“Lain kali kalo kerja kelompok inget waktu!! Kamu masih punya kerjaan rumah yang harus diselesaikan !!” bentak ayah. Aku mengangguk. Kugigit bibir bawah keras-keras. Sementara tanganku meremas tas slempang-ku.

“Besok besok kalo ada kerja kelompok yang sampe sore seperti ini, jangan ikut! Sok rajin kamu! pekerjaan rumah lebih penting! ngerti kamu ?!!”

“Nge..ngerti yah” jawabku pelan. Bagaimanapun aku tak mau membuat ayah makin emosi karna jawabanku yang bukan-bukan.

“Yaudah, sekarang kamu mandi, ganti baju. terus siapin makan malem” perintah ayah segera kulaksanakan.

Ah..hari yang melelahkan. Perintah ayah sudah aku laksanakan 2 jam yang lalu. Belajar juga sudah kulakukan sejam yang lalu. Saatnya tidur.

Kenapa ? kalian heran dengan kelakuan ayah yang ‘abnormal ?’ oke biar kujelaskan. Ayah sebenarnya orang baik. Dulu, Kehidupanku dan keluargaku sangat harmonis. Ayah, ibu, aku, dan adikku, Ozy. Kami hidup berkecukupan. Namun sayangnya, saat aku kelas 8 SMP, rekan kerja ayah tak suka dengan prestasi ayah di kantor. Mereka menjatuhkan ayah dengan fitnah keji yang tak pernah ayah lakukan. Ayah dipecat tanpa penghormatan. Nama ayah di blacklist oleh sejumlah kantor kantor besar. Sejak saat itu sampai sekarang, ayah menganggur.

Hidup yang keras terus menekan kebutuhan kami menjadi semakin membengkak. Hingga keadaan memaksa kami menjual seluruh harta mewah kami dulu. dan pindah ke rumah yang lebih kecil. Sejak menjadi pengangguran, temperamen ayah berubah. Menjadi lebih buruk kurasa. Dan untuk menopang hidup, ibu lah yang harus mengkorbankan dirinya untuk terbang ke Arab Saudi. Menjadi tenaga Kerja disana.

Tapi tak apa, walau demikian aku tetap menyayangi ayahku. Beliau ayah yang hebat. Setidaknya aku bisa belajar mandiri dan tegar karna didikan beliau.

>>><<< 

Kebiasaan disekolahku memang unik. Yaitu menulis pesan atau uneg-uneg di kamus perpustakaan. Kalian ngerti ? itu loh..kamus lusuh yang jumlahnya 20-an. Yang dipinjam tiap kelas dari perpustakaan tiap ada tugas mencari kosakata. Kala diberi tugas oleh guru bahasa inggris yang mengharuskan meminjam kamus, parahnya, siswa siswi bukannya mencari kosakata yang dimaksud, malah membaca pesan/uneg-uneg dari penulis sebelumnya. Bahkan ada yang menambahkan dengan menulis sesuatu.

Dan hari ini kelasku mendapat giliran meminjam kamus guna menyelesaikan tugas dari Bu Winda, yakni mencatat 100 kata masing masing anak. Hmm..


“Haha..parah banget nih” celetuk teman sekelasku. Kelas mulai ramai. Ada yang kaget, ada yang cekikikan. Mereka semua asik membaca pesan pada kamus dimeja mereka masing-masing.

“Ck, ada ada aja. Suruh nyari kata, malah baca yang engga-engga” ucapku. Ah lebih baik aku mencari tugas agar cepat selesai.

“Kamu ngapain sih Fy ? nyari tugasnya Bu Winda ?” usik Zahra, teman sebangkuku.

“Lah emang semestinya begitu kan ?”

“Ga asik kamu. nyantai aja kali. Percaya deh, pasti bu Winda juga ga akan periksa tugas kita. Siniin kamusnya, aku mau baca baca” katanya sembari merebut kamus yang tadinya dibawah kekuasaanku. Aku hanya pasrah. Melihat Zahra asik, aku mulai penasaran juga -,- kuputuskan untuk ikut membaca.

“Haha, liat ini Fy” tunjuk  Zahra. Aku turut membaca apa yang ditunjuk Zahra.

Dear Angel..oh Angel, dirimu sama seperti namamu..dirimu layaknya malaikat yang menaungi hatiku. Oh Angel, tatapanmu membuat diriku sejuk. Oh Angel, suaramu seperti 3 Diva yang mengalun indah di telingaku. Aku menyukaimu Angel..by Daud’

“Hahaha..kocak parah si Daud” aku ikut tertawa bersama Zahra. Norak sekali cara Daud ? berani taruhan berapa, Angel pasti malu sekali mendapat terror ‘kamus’ seperti ini. ahahaha..

“Liat ini Fy” tunjuk Zahra (lagi).

Eh murid baru cantik, siapa namanya ? oh Alya. Eh tapi kok mukanya jutek gitu sih. ga pernah senyum. Begitu gue liat dia ngomong, astaga ompong toh. Pantesan mingkem mulu’

“Hah ? serius Alya ompong ? baru tau aku” komentar Zahra. Aku mengangguk tanda setuju. “Iya Ra. Pantes aja ya dia jarang ngomong”

Kami lanjutkan ‘kegiatan’ kami. kali ini ke halaman berikutnya.

‘Mona dana Lisa kembar ya ? tapi kok cantikan Lisa ya ? habisnya Mona centil sih. kaya Jabs aja. OPSS !’

Wadaw, frontal sekali. Mona dan Lisa adalah saudara kembar berdarah Indo-Prancis yang minim pengetahuan berbahasa Indonesia. Jadi kemungkinan kecil mereka tak mengerti apa yang ditulis disini. kecuali jika keduanya cukup cerdas untuk menenteng kamus Indonesia-Perancis kemanapun.

Selanjutnya..

‘Eh Oik, gausah lebay deh lo pake ngerebutin cowo orang segala. Ngaca woy ngaca. Cakka itu punya gue, ngapain pake rebut rebut segala ? lo pikir lo oke ?’

“Ini pasti Shilla yang nulis” terka Zahra. Belakangan ini, gosip cinta segitiga antara Shilla-Cakka-Oik memang ramai dibicarakan. Santer terdengar kabar bahwa Cakka diam-diam menyukai Oik, teman sekelasnya dari desa. Membuat hubungannya dengan Shilla renggang. Tapi entahlah mana yang benar.

Lanjut..

‘Awaw matanya Alvin ngga nahan deh. Sipitnya itu lhooo..ALVIIIIN..I Heart you..you know me so well..I Need You, I Love You, Aisheteru..MUACH :**’

Aku dan Zahra kompak cekikikan. Kami tau siapa penulis pesan diatas. Pastinya IRVA! Siapa lagi ? cewe berbody subur yang tergila gila dengan Alvin, kapten Futsal sekaligus atlet renang. Jika Alvin tengah bertanding, pasti Irva paling heboh.

Zahra membalikkan lembaran ke halaman berikutnya.

‘Rio ganteng. Gue udah bertahun tahun sukaaa sama lo. Sayangnya ada si pricill. Dih ga pantes lo dapetin Rio!’

Perasaanku aneh saat membaca pesan tersebut. Entahlah, mungkin sederet kalimat itu SEDIKIT membuatku senang. Setidaknya aku punya ‘dukungan’.

Mataku mengekor ke bagian bawah.

Dan..tertegun.

‘Ngga ada cewe dalam hidup gue yang sehebat Pricill.. Dia begitu sempurna. Gue sayang sama lo Cill. R’

Yeah..hanya dengan beberapa patah kalimat mampu menghancurleburkan hati gue. R ? siapa lagi kalau bukan Rio ?

“Fy ?”

“FY ?!” aku tersentak. Apa apaan ini Zahra ? -,-

“Iya..kamu kenapa sih ?”

“Ck, kamu tuh yang kenapa. Ngapain ngelamun ? cemburu ya ?” terka Zahra. Ngarang saja dia.

“Ngga kok” jawabny sembari membetulkan letak kacamata.

“Halah boong. Aku tau kok kamu suka sama Rio. Fy, kalo kamu ga brani bilang, tapi pengen Rio tau, tulis aja pesen di kamus ini. aku yakin deh Rio pasti baca. Jika takdir menghendaki kamus ini jatuh ke tangan Rio. Rio pasti tau bahwa ada diluar sana, sosok cewe luarbiasa yang mengagumi dia melebihi apapun” terang  Zahra panjang lebar.

“Enak aja kamu bilang aku cewe luarbiasa ? emangnya aku anak SLB apa ? ngga ah. Aku lebih nyaman dengan keadaanku yang kaya gini. Tanpa harus Rio tau” putusku. Walau kutahu, sebenarnya aku telah berbohong.

>>>><<<<< 

“Ada apaan nih ? rame-rame ?” tanyaku kala baru menjejakkan kaki di lantai kelas dan terheran-heran melihat keramaian yang ‘tak lazim’. Masing-masing dari teman sekelasku menggenggam secarik kertas berwarna biru muda. Umm..lebih mirip undangan mungkin.

“Ada apa ya De ?” tanyaku sekali lagi. Dea, sang ketua kelas menoleh. “Rio ulang tahun”

Aku tertegun. Dan tampaknya memang selalu begitu tiap ada orang menyebut nama Rio. “Ulang tahun ? kapan ?”

Dea melirikku sinis. Sembari memeluk undangan ditangannya. Seakan-akan aku hendak merebutnya. “Nanti malem. Oia jangan envy ya. gue tau lo ga di undang. Secara pesta ini Cuma buat anak anak POPULER. Dan LO, ngga termasuk didalemnya!”

Skak mat! Kata-kata Dea barusan bagai godam yang memukul keras hatiku. Menyadarkanku sebuah ungkapan ‘cinta tak harus memiliki’ dan akupun harus sadar bahwa aku tak pantas. Sama sekali tak pantas.

Ah ketimbang hatiku makin galau melihat suasana kelas, lebih baik aku mengungsi ke perpustakaan. Disana jauh lebih tenang. Sayang Zahra hari ini sakit.

Yeah..karna aku tak punya teman lain selain Zahra. Menyedihkan.

Jariku menyusuri tiap buku-buku yang tertata rapi di perpus kami. entah apa yang kucari. Kuputuskan untuk mengambil ATLAS dan membawanya ke meja baca. Kupikir aku akan mencari suatu lokasi yang bagus untuk menenangkan diri. mungkin.

TAP..TAP..TAP..
Ck, siapa sih pagi-pagi sudah main kejar-kejaran ? gerutuku dalam hati. Menurutku terlalu berlebihan sepasang anak SMA berlarian kesana kemari, kejar-kejaran tak jelas. Seperti film Kuch-Kuch Hotta Hai saja.

TAP..TAP..TAP..
Suara itu memaksaku untuk mengangkat kepala. Kegiatan menelusuri jalan di Pulau Sumatera kuhentikan sejenak. Penasaran juga siapa yang bermain dalam lakon Kuch-Kuch Hotta Hai versi SMA.

“Cill, ayolah..aku ngga ada apa apa kok sama Zevana. Aku sengaja minta dia buat bantu aku di acaraku nanti malem” seseorang tampak memohon. Dan aku paham suara itu.

Rio.

Detik berikutnya, kuputuskan untuk bangkit dari kursi. Mencuri pandang ‘acting’ dari balik jendela perpustakaan. Hmm..seperti apa sih pertengkaran ala anak populer ?

“mentang-mentang dia mau bantu kamu, terus kamu lupa janji kamu sama aku ? kemaren sore aku nungguin 2 jam di café tau ga!” marah Pricill. Aku yakin gadis itu memang sedang emosi sekali. Wajahnya memerah.

“Janji ? janji apa ?” Rio balik bertanya. Pertanyaan bodoh!

Kini aku yakin Pricill bisa menelan Rio hidup-hidup. “Ck, kita janji ketemuan di frescofft café jam 4! Masih lupa ?!”

Rio cengo (tapi tetap tampan dimataku) menyadari keteledorannya, kurasa.

“Astaga, aku lupaaa…maaf ya Cill. Demi Tuhan aku lupa” Rio berkali-kali meminta maaf. yang kulihat terakhir Pricill melarikan diri. kabur dari ‘scene film Bollywood’. Hm..padahal sedang seru-serunya. Kuputuskan kembali ke tempat duduk.

Kreeeekkk..
Sesuatu membuat kepalaku kembali mendongak. Tertegun. Yeah kalian pasti tau siapa itu ? tepat. Rio.

“Bu Kartika mana ?” tanyanya. Entah pada siapa. yang jelas matanya mengarah padaku. Tapi aku tak ingin dibuat geer seperti waktu di lapangan kemaren. Jadi kuputuskan diam saja.

Aku tau kalian menganggapku sangat bodoh. Kenapa ? karna hanya aku yang berada di perpustakaan itu. sedangkan penjaga perpus yang ditanyai Rio belum datang.

Bodohnya kusadari itu 30 detik setelah Rio bertanya. Membuatnya menahan pandangan matanya kearahku. “Bu..Bu Kar..”

“Ah udahlah” Rio menepiskan tangannya kearahku. Menandakan bahwa Ia sudah tak lagi membutuhkan jawabanku. Ya tentu saja, siapa yang mau menunggu lama untuk jawaban dari pertanyaan sederhana ? untungnya Rio cukup cerdas untuk melihat meja Bu Kartika yang masih kosong.

Pemuda itu melangkah dingin. Menuju rak tempat mereka menaruh kamus-kamus. Mataku terus mengekor Rio. mengamati tingkahnya. Kali ini Ia mengambil sebuah kamus. Lalu berbalik arah, kearahku. Membuatku tersentak untuk segera menundukkan kepala.

“Gue pinjem pulpen” pintanya. Aku hanya mengangguk sembari merogoh tas slempangku. Lalu menyerahkan benda yang dimaksud.

“Jangan bilang-bilang sama Bu Kartika ya” pintanya lagi. aku tak mengerti maksudnya. Kulihat Ia membuka kamus. Menuliskan sesuatu. Tak kurang dari semenit, kesibukannya selesai.

“Thanks ya” ujarnya saat mengembalikan pulpen. Lagi-lagi aku mengangguk. Lalu Ia melangkah ke tempat semula guna mengembalikan kamus tersebut ke tempat asalnya. Setelah itu pergi begitu saja.

Penasaran. Ya, aku ingin tau apa yang Rio tulis di kamus tadi. aku melirik jam. Masih sekitar 5 menit lagi sebelum bel. Kurasa aku masih punya waktu yang cukup. Mumpung sepi.

Tanganku meraih kamus yang diletakkan paling atas. Aku yakin ini kamus yang tadi diambil Rio. rada gugup, entah karna apa. Dimana Ia menulis tadi ? aku masih sibuk membolak-balikkan halaman dan tersentak begitu melihat salah satu halaman yang paling mencolok dibanding tulisan yang lain.

‘I ♥ you, Pricill. Forever and Ever..’R’”

Sederhana namun berarti. Dengan emot   yang digambar dengan ukuran besar. Sempurna. Hari yang amat sempurna. Sempurna menghancurhan hatiku.
Ayolah Fy..bukankah cinta tak harus memiliki ?

Jika cinta tak harus memiliki, lalu aku dapat apa ?

Rio pasti tau bahwa ada diluar sana, sosok cewe luarbiasa yang mengagumi dia melebihi apapun.

Sebersit kalimat yang muncul dalam benakku. Ucapan Zahra kemarin. Yeah, aku memang tak harus memiliki raganya, tapi setidaknya Ia harus tahu bahwa aku ada. Bahwa aku, I-F-Y berdiri disini untuk selalu mengaguminya. Bahkan lebih dari itu. ya, kurasa aku akan menulis sebuah pesan kekagumanku padanya.

TEETTT…TEEETTT..
Oh..bel masuk. Baru saja aku mau mengambil pulpen. Tapi tampaknya kuurungkan saja. Mengingat jam pertama pelajaran Pak Ony, guru killer. Bisa berabe jika aku terlambat masuk kelasnya.

>>><<<< 

“Hadeh banyak banget yang nitip kado sama gue. emang mereka pikir gue pengantar kado apa” batinku tergelitik kala mendengar racauan sosok yang tak asing bagiku. Deva, adik kandung Pricill yang juga tergolong anak populer. Anak kelas 1 ini lebih supel dan banyak teman. Dari angkatannya, angkatan kakaknya, bahkan sampai kakak kelas 3.

“Eeee..maaf, Deva” sapaku. Entah atas dasar apa aku memanggilnya. Kebetunganku, Ia menoleh. “Ya ?”

“Umm..aku Ify. Boleh ngga minta tolong sesuatu sama kamu ?” aku bisa melihat dahi Deva menyernyit. Mungkin Ia terheran-heran melihat ada makhluk sepertiku yang tiba-tiba meminta pertolongannya.

“Apa ?” ah akhirnya.

“Aku..pengen nitip kado sama Rio. berhubung aku ngga diundang, boleh kan ?” pintaku. Semoga Deva berkenan.

1 detik. 2 detik. 3 detik. Hingga membuatku malas menghitung. Lelaki dihadapanku masih menampakkan wajah heran. Tentu saja, bagaimana bisa seorang gadis cupu nan ‘tak terlihat’ ini memohon-mohon padanya ?

“Ngga papa deh kalo ngga mau” putusku akhirnya. Lagipula aku tak mau menunggu lama kalau kalau jawaban yang keluar dari mulut Deva mengecewakan.

“Eh tunggu” cegahnya. Aku menoleh. “Lo bawa kadonya ?” tanyanya. Yes! Hampir saja aku berteriak  karna terlalu senang.

“Hei, lo bawa kadonya ?” Deva mengulang pertanyaannya. Membuatku menepuk jidat. Bodoh! Aku bahkan belum tau harus memberi kado apa.

“Kadonya..umm..tertinggal di rumah” terpaksa aku berbohong. Deva kembali terdiam. Mungkin saat ini, dibenaknya aku terlihat sangat bodoh.

“Mau kuambilkan ?” tawarku.

“Oh ga usah. Gini aja, ntar sebelum jam 7 lo anter deh kado itu ke..kemana ya, ke taman kota deh. Gimana ? kita ketemuan disana ?” Deva memberi solusi yang cukup baik.

Aku mengangguk senang. “Iya. Tunggu aku ya, aku pasti dateng. Makasih ya Dev”

>>>><<<<< 

Kuputuskan untuk mencari kado untuk Rio sepulang sekolah. Aku tak mau membuang waktu. Walau berjalan sendirian tanpa Zahra. Mataku menyusuri tiap barang yang dipajang di giftshop salah satu Mall ternama yang sedang kujejaki ini. hmm..kado apa ya yang pantas ? sederhana namun terkenang ?

Aku berfikir, kurasa giftshop bukan tempat yang pas untuk Rio. karna aku punya 2 alasan untuk angkat kaki dari tempat ini.

Yang pertama, karna giftshop disini kebanyakan menjual barang cewe. seperti boneka, jepit rambut. Wajarkah bila aku memberi kado boneka babi ?

Yang kedua, harganya yang tak sesuai dengan kantongku. Mataku nyaris keluar saking shocknya melihat kalung manik-manik berwarna dengan harga 120 ribu rupiah. Yang benar saja ? di kampung mungkin hanya 3500 saja.

Dua alasan yang mendasar. Kuputuskan untuk keluar dari giftshop.

Dorongan yang kuat, membawaku memasuki gramedia. Apa aku akan memberinya buku ? oh tidak. aku memang suka berkunjung kesini. ‘numpang’ membaca buku yang sudah dibuka segelnya oleh tangan jail. Kan lumayan, nambah ilmu tanpa harus mengeluarkan uang.

BRUKK..
“Aduh hati hati dong mbak” gerutu seseorang yang baru saja kutabrak.

“Iya.maaf maaf” mau tak mau aku turut berjongkok. Membantunya memunguti buku-buku yang berserakan miliknya.

Mataku tertuju pada sebuah buku. Buku yang melegenda disekolahku. Buku yang dijadikan penyampai pesan.

Kamus.

Kurasa aku tau apa yang harus kubeli.

>>>><<<< 

Katakan..
Apa yang ingin kau katakan.

Ungkapkan..
Apa yang ingin kau ungkapkan.

Waktu akan mengikismu.
Membuatmu tak bisa mengungkapkan segala apa yang ingin kau sampaikan..

Sebelum menyesal.
Katakan sekarang,

Atau tidak selamanya.

Aku ingin menuliskan segala kekagumanku padanya melalui kamus yang baru saja kubeli. Tapi tampaknya tak cukup waktu untuk itu. sekarang jam 6 lebih. Aku harus pulang ke rumah sebelum ayah marah. Tapi jika aku pulang, lalu ke taman menemui Deva pasti akan terlambat. Bagaimanapun aku tak mau menyia-nyiakan kebaikan Deva yang sudah bagus, mau membantuku.

Bimbang.

Lebih baik aku temui Deva dulu. tak apa menunggu beberapa menit di taman. Kueratkan kamus yang sudah terbungkus rapi oleh kertas kado. Semoga isi hatiku  tersampaikan. Bagimu, mungkin konyol seorang gadis cupu memberi kado cowo populer sebuah kamus. Tapi percayalah, di sekolahku..kamus mempunyai arti tersendiri untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatimu.

Mana deva ? aku melirik jam. Astaga..jam setengah 7 lebih 10. Aku tak tahu apa yang akan kudapat dari ayah sepulang nanti. Yang jelas lebih buruk dari makian. Kikira..aku pasrah.

10 menit telah berlalu. 10 menit berikutnya. Ayolaah Deva..kemana kamu ? jam 7 lebih lima belas menit. Aku tak bisa menunggu lagi. kuputuskan untuk menaruh kado diatas kursi taman. Moga saja tak ada yang mengambil sebelum Deva datang.

Aku percaya akan takdir.

>>>><<<<< 

“Yah..maaf Ify baru pulang. Ha..habis ker..kerja kel..kelompok” ucapku gugup setelah membuka pintu. Aku tahu semua akan jauh lebih buruk dari yang kubayangkan. Bagaimana tidak ? sampai rumah jam 8 malam.

“Kamu masih ingat apa yang ayah bilang beberapa hari lalu ?” tanya ayah pelan. Namun tegas.

Aku mengangguk. “Ingat yah. Maafin Ify, tapi ini..ini penting yah”

“JANGAN BOHONG KAMU! KAMU ITU NGGA KERJA KELOMPOK TAPI NGELAYAB KAN ? KAMU PIKIR AYAH NGGA TAU ?” bentak ayah. Nyaris aku menangis.

“Ma..maksud ayah ?”

“Pak deni tetangga kita, ngadu sama ayah. Katanya dia ngeliat kamu di Mall sejam yang lalu. ITU YANG NAMANYA KERJA KELOMPOK ?!!”

Kali ini aku tak bisa menahan bulir airmata. Belum pernah aku lihat ayah semarah ini.
“Maaf yah. Ify siap nerima segala hukuman”

“Sini, ikut ayah !!” ayah menyeret lenganku. Bisa kulihat Ozy, adikku tengah mencuri pandang dari balik celah pintu kamarnya. Aku tau Ia sangat ketakutan.

Terkadang, aku tak memahami maksud Tuhan memberikan cobaan pada setiap umatNya. Saat Ayah memasukkan kepalaku kedalam bak mandi, terbayang 10 tahun lalu. Saat ayah menggendongku dengan penuh kasih sayang.

Tuhan, tolong..aku tak bisa bernafas. Ayah terlalu lama memasukkanku kedalam air. Tuhan, beri aku kesempatan hidup. Untuk..untuk menyampaikan semua padanya, pada Rio. jika Ia tau, aku lakukan semua ini untuknya. segala amarah ayah kuterima. demi dia.

Dan moga saja Deva menemukan kado yang kuberikan untuk Rio. kamus yang masih kosong. belum kutuliskan apapun.

Tuhan, beri aku waktu sehari saja untuk menyampaikan padanya..

Dan aku percaya takdir..

>>>><<<< 

Pesta malam itu sangat meriah. Tiap tamu yang datang berpenampilan sangat istimewa. Aku bisa melihatnya. Rio, dia sangat tampan dengan setelan jas yang Ia pakai. Disampingnya, Pricill terlihat sangat cantik. Mereka memang cocok.

Aku belum mengerti apa yang terjadi padaku. Saat tiba-tiba aku seperti terbangun dari tidurku. Lalu aku berada didepan gerbang rumah Rio. aku bisa masuk ke pesta tanpa halangan sedikitpun. Dan kurasa aku merasa lebih ringan.

Aku melihat Deva. Deva berjalan kearah Rio, dengan menenteng kado dariku. Oh akhirnya Ia menemukannya. Terima kasih Deva..

Aku lambaikan tanganku, berharap Deva melihatku. Tapi, dia melengos. Apa aku kurang terlihat ? atau (tidak) terihat ?

Aku melihat deva memberikan kado dariku kepada Rio. namun Rio menyuruhnya untuk meletakkan di meja kado.

Aku menunduk, kecewa, lemas.

>>>>><<<<< 

Aku menjejakkan kaki paling awal. Masih sepi. Dimana anak-anak ? biasanya jam segini sudah ada 2 atau 3 anak yang datang. Apakah sekarang libur ? tidak kurasa. Kuputuskan untuk duduk saja dibangkuku sembari menunggu yang lain.

“Eh gue ngga nyangka loh nasibnya sesial ini” eh ada yang datang. Dea dan Cahya.

“Ckck apes. Udah cupu, miskin, disiksa lagi” tambah Dea. Aku penasaran juga siapa yang sedang mereka bicarakan.

“Kalian ngomongin siapa ?” kuberanikan diri untuk bertanya. Keduanya menoleh, mimik mereka..umm..apa ya ? aneh. Melihatku seperti hantu. Tak ada jawaban dari keduanya.

“Hii..gue ngeri kalo liat tempat duduknya” kata Cahya.

“Udah ah ke kantin yuk” ajak Dea. Mereka berlalu tanpa menoleh padaku sedikitpun. Aku bingung. Apa yang terjadi ?

Saat Zahra datang, aku mulai menyadari sesuatu aneh tak biasa tengah terjadi. Disini. dikelasku.

“Ra, ada apa sih ?” tanyaku. Namun Zahra diam. Tak bergeming. Yang terdengar hanyalah suara tangisan, isakan yang tertahan.

“Ck, fy..kenapa kamu ninggalin aku secepet ini ? kamu tegaa Fy..tega..” walau pelan, namun aku masih bisa menangkap apa yang Ia ucapkan. Dan aku tersentak. Memang ada apa denganku ?

Aku mencoba memutar kejadian kemaren dalam benakku. Yang aku ingat, kemarin aku pulang telat, dimarahi ayah, ditenggelamkan ke bak mandi, lalu..semua gelap. Tiba tiba aku terbangun. Merasakan tubuhku lebih ringan. Aku terbangun dan berada ditempat yang tak kuduga sebelumnya. Lalu aku ingat saat deva tak membalas lambaian tanganku. Aku ingat saat dea dan Cahya tak menjawab pertanyaanku. Juga Zahra.

Aku tak mau buang waktu. Segera aku berlari menuju rumah. Keyakinanku semakin bertambah ketika diriku menembus seseorang yang tengah berjalan. Aku…tak mungkin.

Dan memang benar..

>>>><<<< 

Author p.o.v

2 hari kemudian..

“den, ini kadonya tertinggal. waktu itu jatuh di kolong meja. Baru saya temukan tadi setelah membersihkan kolong meja” seorang pelayan memberikan kado berbentuk persegi panjang kepada Rio.

“Oh makasih Bik” pelayan tersebut pergi. sedangkan Tuannya menatap heran bungkusan biru muda ditangannya.

“Aneh. Kok bisa ketinggalan sih ? kalo ngga salah..ini itu kado yang dibawa Deva. Ah gue buka deh” tangan-tangan itu merobek kertas kado dengan cepat. Hingga ‘baju’ luas kado itu berhasil dirobek habis. 

Dahi Rio menyernyit. “Kamus ? haha..dia pikir gue bego banget kali ya dalam bahasa inggris sampe ngado beginian. Ckck..ada ada aja” candanya sembari membolak-balikkan kamus tersebut.

“Aduh hp gue dikamar. ntar kalo Pricill sms ga dibales ngomel lagi. gue ambil dulu deh” putus pemuda tersebut, Ia letakkan kamus tadi pinggir kolam, tempat Ia duduk tadi.

Tak berselang lama, pemuda tersebut kembali.

“Tuh kan bener dia sms. Gue balesin dulu deh”  beberapa menit sudah Rio habiskan untuk membalas sms-sms Pricill. Pemuda tersebut membiarkan kamus itu teronggok diam disampingnya.

“Lama ah balesnya. Kalo gue aja, langsung didamprat. Hmm..sambil nunggu mending buka kamus ah. Siapa tau ada kata kata romantis yang bisa gue pake buat Pricill. Hehe” candanya pada diri sendiri. diraihnya kamus tersebut.

Rio tersentak.

“Siapa  yang nulis ? perasaan ngga ada yang dateng kesini sepeninggal gue. dan tadi itu ngga ada tulisan apapun” Rio bisa merasakan bulu kuduknya meremang.

Pasalnya, hampir di seluruh halaman kamus tertulis pesan kekaguman seseorang yang ditujukan padanya. Pesan dari seseorang yang..tak Rio kenal.

‘aku memujimu hingga jauh, terdengar syahdu ke angkasa. Rintihan hatiku memanggilmu. Dapatkah kau dengar nyawa hidupku’

Rio merasa, ada seseorang yang tengah memeluknya dari belakang. Walau sepenglihatannya tak ada siapapun..

-TAMAT-

>>>><<<< 













Tidak ada komentar:

Posting Komentar