Selasa, 02 Agustus 2011

Magentha 2 (Keabadian Cinta dalam Persahabatan) -Part 10(Oik)-

OIK P.O.V

Yess…terima kasih Tuhan. Aku seneng banget..akhirnya aku lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Aku senang bisa membuat kedua orang tuaku bangga. Dan tentunya diriku sendiri.

Untuk sejenak, aku bisa melupakan masalahku dengan Cakka dan Obiet. Akhir akhir ini, keduanya memang sering muncul secara tiba tiba dalam kehidupanku. Menjadi bagian dari hari hariku. Mengantar jemput, sms, telpon. Aku sampai tak punya waktu istirahat karna waktuku terpakai untuk meladeni setiap pesan dan telpon dari mereka berdua. Entah ada apa dengan keduanya.

Seperti pagi beberapa hari yang lalu. Aku sudah siap dan berniat berangkat sekolah bersama papa. Tapi, tak ada angin tak ada hujan, Cakka sudah duduk manis di kursi ruang tamu. Kata mama, dia sudah ijin untuk mengantarku ke sekolah. Belum lepas rasa bingungku, datang Obiet dengan tujuan yang sama. Alhasil, mereka berdua cekcok mulut. Sampai pada akhirnya aku memisahkan dan memutuskan untuk ikut papa saja. Kurasa itu keputusan yang paling adil.

Tingkah aneh mereka terulang kembali disaat pulang sekolah. Keduanya berebutan mengantar pulang. Hmm..yang membuatku aneh, yaitu tatapan zevana. Dia menatap dingin padaku dan Cakka. Apakah dia masih memiliki rasa pada Cakka ?? entahlah. Hanya zevana yang mengetahuinya.

“Oik, kamu lulus ??” tanya cakka sesaat setelah kertas kelulusan dipajang di mading. Seragam kami sudah penuh dengan warna pilok.

“Lulus Cak. Kamu juga kan ??” aku balik bertanya.

Cakka mengangguk. “Mmm…kamu dateng ke acara promnite ??”

“Ngga tau” jawabku seadanya.

“Loh kok ngga tau ??”

“Yahh habisnya aku ngga punya pasangan”

“Ohh..mmm…kalo sama aku, mau ngga ??”

Aku shock. Apa ?? cakka mengajakku ke acara itu ?? yang benar saja.

“Becanda kamu” aku memutuskan untuk tak serius menanggapinya. Aku ngga mau terlalu berharap yang nantinya malah membuatku kembali sakit hati.

“Yee..serius kali. Gimana ?? mau ngga ??” tanyanya sekali lagi.

Fuh, tampaknya aku harus berpikir.

“Mmmm…ntar cewe cewe pada marah lagi sama aku” sindirku.

Cakka terkekeh. “Yaelah, ngga kali. Sekarang itu aku lagi jomblo. Gimana ?? mau dong Ik. Ya ya ya ??”

Disisi lain, aku masih teringat kala dia mengajakku ke pesta ulang tahun Aren dulu. Semua ingat kan ?? saat aku mendengar rencana taruhannya dengan teman temannya tentangku ?? jujur, sampai sekarang luka itu masih membekas dalam hatiku.

“Tenang aja Ik, aku udah bener bener berubah kok. Kejadian kaya pesta ulang tahun Aren dulu ngga akan terulang lagi” janji cakka yang seakan membaca pikiranku.

Hmmm…aku melihat tatapan matanya yang begitu serius. Tak ada tanda kebohongan dari matanya. Aku tak tau apa pancaran mata itu berkata jujur ato sebaliknya ??

“Aku belum bisa jawab sekarang. maaf ya cak” kataku akhirnya.

Raut muka cakka rada kecewa. “Oh yaudah deh. Aku juga ngga mau maksa. Eh, ntar pulang sekolah sama aku ya ??”

“Maaf sekali lagi, sepulang sekolah magentha niat ke rumah Sivia” tolakku halus. Lagi lagi, cakka memasang wajah kecewa. Maafin aku cak..

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Malam harinya, Obiet mengajakku keluar. Tapi aku menolaknya. Alhasil kami duduk duduk di teras rumahku saja.

“Oik, kok kamu masih mau sih deket deket sama si Cakka ?? dia kan playboy” ucap Obiet. Aku tak tau seberapa dalam ucapannya. Namun saat mendengarnya, aku merasa tak terima. Sedikit rasa tersinggung.

“aku deket sama dia kan sebagai temen. Dan aku bukan tipe pemilih. Semua orang yang mau deket sama aku ya aku anggap dia temen. Tanpa memandang apapun” jawabku.

“Iya sih. tapi kan gimanapun dia juga udah pernah nyakitin kamu ??”

Aku diam sejenak. Memang benar kata obiet. Mungkin aku terlalu baik. Sebegitu mudahnya memaafkan seseorang yang sudah menyakiti hatiku. Tapi aku memang seperti ini. orang yang ngga tegaan. Aku gampang memaafkan. Termasuk memaafkan kesalahan fatal Cakka. Walau belum sepenuhnya aku melupakan semua.

“Siapa tau dia deketin kamu karna ada maunya. Nerusin taruhan itu misalnya ??” sambung Obiet.

“Tapi kayanya ngga deh Biet” balasku seadanya.

“Itu kan pendapat kamu aja Ik. Siapa sih yang tau hatinya ?? Cuma dia sama Tuhan. Jadi kalo dia merencanakan sesuatu yang buruk ke kamu, ngga ada yang tau kecuali Tuhan dan dirinya sendiri” terang Obiet.

Benar juga yang dikatakan Obiet. Aku harus lebih berhati hati dengan cakka. Mungkin dia punya maksud lain dibalik perubahan sikapnya.

“Lagian kan ngga masuk akal banget Ik, dulunya playboy, eh tau tau langsung tobat gitu. Pake perhatian setengah mati lagi ke kamu. Apa ngga mencurigakan ??” tambah Obiet.

Kalau dipikir pikir memang aneh. Sunggu aneh. Dulu, cakka seperti tak peduli saat aku tau kebusukannya. Dia cuek saja. Ngga pernah sekalipun mencoba mendekatiku kembali untuk sekedr minta maaf. Kontras sekali dengan sekarang. sikapnya benar benar berubah. Sepenuhnya. Menjadi baik dan perhatian.

“Dan jangan lupa, dia pernah menyakiti sepupuku, sahabatmu. Zevana”

Perkataan obiet yang terakhir ini masih membawa pertanyaan untukku. Zevana. Beberapa hari ini dia terlihat aneh. Aku jarang berkomunikasi dengannya. Tatapannya padaku juga berubah aneh. Apalagi kalau dia menatap cakka. Aku tak tau mengapa. Ingin sih menanyakan pada zeva. Tapi aku takut dia tersinggung. Masalah zeva ini…aku jadi serba salah.

“Udah puas loe jelek jelekin gue ??” sahut seseorang. Kami menoleh. Tampak cakka sedang berjalan santai kearah kami. muka obiet mendadak pucat. Tampaknya cakka mendengar semua yang kami obrolkan.

“…..”

“Jangan percaya sama dia Ik. Aku punya alesan sendiri kenapa aku merubah sikapku” kata cakka padaku.

“terus apa alesan kamu ??” tanya Obiet.

“gue ngga mau bicarain ini di depan loe. Cukup gue sama oik yang tau. Ngga ada urusan apapun sama loe. Satu hal lagi ya bro, gue ngga suka loe ikut campur masalah gue sama oik. Jangan bawa bawa masa lalu. Kaya loe bener aja” tegas cakka pada Obiet. Pelan, tapi pengucapannya tegas dan terkesan tak main main. Setelah itu, cakka memutuskan untuk berbalik, dan pergi.

“Mmm…cakka !” panggilku. Sebenarnya aku sendiri ngga tau untuk apa aku memanggilnya.

Cakka membalikkan posisinya. “Ya ?”

“Ada perlu apa kamu kesini ??”

“Tadinya aku mau ngajakin kamu jalan. Tapi…berhubung ada PENGANGGU, yaudah deh lain waktu aja” kata yang dicapslock diucapkan dengan penuh tekanan + lirikan ke Obiet. Aku tau maksudnya.

“Aku pulang aja deh Ik” pamitnya. Aku mengiyakan. Cakka beserta mobilnya sudah pergi. Kembali aku dan Obiet sendiri.


“Non, ini bunga anggrek hari ini. lupa bibik kasih, tadi pas bibik mau kasih, malah ada kerjaan mendadak. Jadinya bibik taruh di belakang. Baru keinget sekarang” ujar bibik sambil membawa buklet bunga anggrek berwarna putih. Sudah berhari hari aku menerima karangan bunga anggrek yang warnanya berubah ubah setiap harinya. Aku masih tak tahu siapa yang mengirimkannya.


“Oh ngga papa bik. Taruh aja di kamarku” suruhku. Bibik menuruti.

“Oik, kamu sama sekali ngga tau siapa yang ngirim bunga itu ke kamu ??” tanya Obiet. Aku memang cerita padanya masalah bunga kiriman tersebut.

Aku menggeleng. “Ngga. Sampe sekarang aku ngga tau”

“Mmmm…kalo aku yang ngirimin itu ?? kamu masih mau nerima ??” barusan obiet bilang apa ??? dengan mata terbelalak, aku berkata “Apa ?? kamu…serius ??”

Obiet mengangguk.

“Jadi..selama ini kamu yang kirimin aku bunga ??” tanyaku sekali lagi. Memastikan.

“Iya. Kamu ngga percaya ??”

“Bukan begitu. Tapi…kenapa kamu ngga nyertain identitas di bunga itu ?? kenapa semuanya serba misterius ??”

“Aku Cuma mau buat kamu penasaran aja. Emang kamu kira siapa yang ngirim ??” tanya obiet. Aku hanya diam. Sibuk menata pikiranku yang kacau akibat pengakuan obiet barusan. Sekian banyak bunga yang terkirim. Sampai sekarang, baru obiet mengaku. Jujur ada sedikit kekecewaan dalam hatiku. Aku pikir, yang mengirimkannya adalah cakka. Tapi ternyata obiet. Hmm..aku aja kali yang kegeeran. Mana mungkin cakka mau mengirimkan bunga bunga ini ??

“Kenapa Ik ??”

“Hah ?? ngga. Ngga papa. Makasih ya biet”

“iya sama sama”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Aku makin bingung  dengan perasaanku sendiri. Disatu sisi, ada cakka. Dia pangeran hatiku. Sampai detik ini, aku masih menyimpan rasa sukaku padanya. Dia yang pertama mengisi hatiku. Sungguh sulit melupakannya. Aku sendiri tak tau mengapa. Padahal aku sudah disakiti. Logikanya, orang yang disakiti akan susah memaafkan apalagi menerima kehadiran orang yang telah menyakitinya itu. tapi aku beda. Aku bisa dengan mudahnya memaafkan cakka, dan membiarkannya memasuki kembali kehidupanku. Dia yang membiarkan rasa sayangku tumbuh lagi padanya. Aku masih sangat menginginkannya. Tak munafik, aku senang saat cakka memberi perhatian padaku. Mungkin masih ada harapan untuk memperbaiki semuanya. Aku menganggap, kami memulai kembali dari awal. Tinggal memperbaiki sedikit, kami bisa menyatu. Aku sih berharapnya begitu. Entah bagaimana cakka.

Tapi disisi lain, ada Obiet. Dia setia menemaniku. Menghibur sedihku. Membuatku tertawa. Dia begitu lembut dan aku percaya, dia akan menjaga hatiku. Tak akan membiarkannya terluka sedikitpun. Obiet sangat baik. Aku tak tega jika harus menyakitinya. Ada beberapa sifatnya yang memang kurang aku sukai. dia begitu posesif. Ingat sewaktu aku akan berlibur ke villa bersama magentha ?? obiet menelpon dan menanyaiku macam macam. Melarang ini itu. aku tau maksudnya baik. Tapi aku tak suka diperlakukan seperti itu. bagaimanapun dia tak berhak atas diriku. Hubungan kami tanpa status sampai detik ini. satu hal lagi. Aku tak menyukai caranya menjelek-jelekkan cakka. Karna aku ikut tersinggung mendengarnya. Masih belum terpikir saat obiet mengaku bahwa dialah si pengirim bunga bunga itu. aku kira cakka. Ternyata…ya, harapanku pupus. Obietlah yang mengirimkanku bunga dan yang membuatku senang saat menerima bunga darinya.

Makin hari aku makin bingung. Apa Obiet memang tepat untukku ? atau hatiku memang sudah terpaut pada cakka ??

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Aku memutuskan untuk ikut cakka ke acara prom. Aku berusaha memantapkan hati untuk percaya sepenuhnya pada Cakka.

Sore hari sebelum acara prom, Obiet mengajakku keluar. Aku tak tau apa maksudnya. Tapi berhubung aku sedang tak ada acara, yasudah aku turuti.

Obiet membawaku ke Mall. Tumben. Biasanya dia mengajakku ke hijau daun café.

“Kok kita ke Mall Biet ??” tanyaku.

“Iya. Kebetulan temennya mamaku buka restoran Jepang. Katanya enak enak lho. Kamu harus coba. Dijamin ketagihan” jawab Obiet.

Aku hanya tersenyum. Saat melewati café es krim, aku melihat sosok yang tak asing bagiku. Sosok yang begitu…yah, begitu mengenang dalam hatiku.

Cakka.

Dia tak sendiri. Duduk berdua bersama..

Zevana..

Mereka tampak akrab mengobrol. Seperti membicarakan sesuatu yang asik bagi mereka hingga menimbulkan tawa. Sampai suatu ketika cakka menyentuh pipi Zevana. Membersihkan bekas es krim yang berceceran disekitar mulutnya. Mereka saling bertatapan. Sungguh aku cemburu. Aku tak sanggup lagi melihatnya.

“Oh Cakka zevana ?? kamu belum tau ??” Obiet rupanya tau aku sedang memperhatikan mereka.

“Hah ?? tau apa ?”

“Mereka kan balikan”

“Apa ??”

“Iya. Kalo kamu ngga percaya, tanya deh sama mereka” tak perlu. Pernyataan Obiet sudah cukup. Lalu mengapa, mengapa cakka mengajakku ke acara prom sementara dia bisa mengajak Zevana. Pacarnya.

Pedih saat menyebut Zevana sebagai kekasih Cakka. Bagaimana sih rasanya bila orang yang kita sukai malah jadian dengan sahabat sendiri ?? tentu sakit kan ?? sama sepertiku. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan.

Yang jelas, aku ngga akan datang ke acara prom. Dengan, atau tanpa Cakka.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Apa ?? tapi kenapa Ik ??” tanya Cakka ditelpon saat aku bicara tak akan datang ke acara tersebut.
“Iya. Maaf Cak. Aku ngga mood”
“Tapi kenapa ?? pliss Ik, dateng ya. kalo kamu ngga mau sama aku ya ngga papa. Seenggaknya kamu dateng. Ya ?” bujuk Cakka.
“Aku ngga janji Cak”

Aku memutus sambungan telpon. Tak tahan harus bercakap lama dengan Cakka.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Jam 7 tepat.

Acara promnite sudah dimulai. Sebagai gantinya, aku memilih duduk di teras. Tiba tiba Obiet datang. Aku heran sendiri. Soalnya aku memang ngga memberitahu Obiet kalo aku ngga dateng ke acara sekolah.

“Loh kok ??” hanya itu yang keluar dari mulutku.

“Aku tau kok kamu ngga dateng. Makanya aku kesini” Obiet duduk disampingku.

“Oh..kebetulan banget. Hehe”

“Mmm..Ik, aku mau ngomong kalo aku su…”

Baru seperempat menit Obiet datang, ponselku bergetar. Ada sms dari siapa ya ??

From : Shilla

Ik, cepet dateng !
Cakka kecelakaan. Ketiban lampu sorot. Sekarang masih ada disini. Ambulance belom dateng

Astaga !!
Apaan ?? cakka ?? kecelakaan ??

Aku harus cepet  kesana.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Obiet juga turut menyertaiku. Sesampainya disana, aku melihat orang orang mengerumuni sesuatu. Itu pasti Cakka. Aku terheran heran sendiri. Orang kecelakaan kenapa dikerubutin ?? bukannya ditolong ?? aku semakin waswas saat langkahku nyaris menjangkau kerumunan tersebut. Tinggal selangkah lagi. Tiba tiba…

JRETT..
Lampu padam. Aku makin bingung.

JRETT..
Lampu kembali menyala. Tapi bukan, hanya fokus pada satu titik. Berada ditengah tengah kerumunan tadi. anehnya, mereka seakan memberi jalan padaku agar aku bisa lebih jauh memasuki kerumunan tersebut. Sampai akhirnya aku tau apa yang ada ditengah tengah.

Cakka.

Keadaannya pun bukan seperti yang Shilla katakan tadi. Cakka sehat bugar disana. duduk sambil memangku gitar kesayangannya. Bibirnya mengulas senyum tipis saat melihatku.

Jreng..

Telah lama sendiri dalam langkah sepi
Tak pernah kukira bahwa akhirnya tiada dirimu disisiku..

Meski waktu datang..
Dan berlalu sampai kau tiada bertahan
Semua takkan mampu mengubahku
Hanyalah kau yang ada direlungku
Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta
Kau bukan hanya sekedar indah..
Kau tak akan terganti..

Tak pernah kuduga..
Bahwa akhirnya, tergugat janjimu
Dan janjiku..

Meski waktu datang..
Dan berlalu sampai kau tiada bertahan
Semua takkan mampu mengubahku
Hanyalah kau yang ada direlungku
Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta
Kau bukan hanya sekedar indah..
Kau tak akan terganti..

Tepuk tangan meriah mengakhiri petikan gitar terakhir Cakka. Sang don juan bangkit dan berjalan kearahku. Semua mata memperhatikanku. Cakka menatapku lembut, meraih kedua tanganku. Lalu berlutut.

“Lagu tadi aku persembahin untuk kamu. Kamu yang ngga akan pernah terganti oleh apa dan siapapun. Selalu dan selalu ada disini” Cakka menunjuk bagian jantungnya. Pipiku bersemu.

would you be a special girl for me? forever?”

“TERIMA..TERIMA..TERIMA” sorakan penuh datang dari teman teman yang memperhatikan kami.

Aku diam. Tak bisa berpikir dan tak tau harus jawab apa. Aku sendiri masih belum mengerti situasi disini. Cakka berpura pura kecelakaan agar aku datang, supaya dia bisa menyatakan perasaannya padaku sekarang. disini.

Aku melirik teman teman Magentha. Semuanya ada kecuali…kecuali dan Aren. Zevana !kalau Aren aku tau, dia masih berada di Singapore.  Tapi zevana berhasil membuatku ingat kalau…Cakka sudah berpacaran kembali dengan Zevana ! apakah pantas aku menerima cinta dari kekasih sahabatku sendiri ?? dan..apa magentha belum tau tentang Cakka dan Zevana ??


“Oik ??”

Aku melirik Obiet. Tatapannya makin membuatku tak mengerti. Aku menatap satu persatu yang ada disana. dan tampaknya, aku mulai tau jawabannya.

“Ngga !”

“Loh kenapa ??” Cakka bangkit. Semua yang ada disitu terbelalak. Bagaimana mungkin itik buruk rupa menolak cinta angsa tampan ??

“Tapi aku ngga bisa mengkhianati sahabat aku sendiri. Maaf cak !!” begitulah kata kata terakhirku sebelum melarikan diri. Aku sengaja meninggalkan semua, meninggalkan Cakka sebelum mendengar penjelasannya. Aku tak mau makin terluka jika berlama lama berhadapan dengan Cakka.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Aku tak tau apakah keputusanku salah atau tidak. Seminggu setelah acara prom, pembagian ijazah. Aku tak melihat Cakka. Aku tak tau dia ada dimana. Kiriman bunga dari Obiet masih berjalan. Aku sendiri bingung. Kenapa Obiet masih mengirimkan bunga setelah aku tau dia si pengirim ??

Aku sudah mendaftar di universitas negeri di Jakarta. Bersama Magentha. Aku mengambil jurusan kedokteran.

Suatu hari..

Obiet datang padaku. Tak seperti biasanya, sikapnya aneh.

“Oik, aku mau bilang sama kamu kalo aku…..aku suka sama kamu” aku Obiet. Akhirnya, setelah berbulan bulan kami dekat tanpa status, dia brani juga menyatakan perasaannya.

“Suka ??”

“Iya. Sejak dulu. Aku mau kamu jadi pacar aku Ik” pinta Obiet.

Aku berpikir kembali. Apa iya aku harus menerima Obiet ?? sampai saat ini, posisi Cakka terpatri kuat dalam hatiku. Belum ada yang bisa menggantikan.  Termasuk Obiet.

“Gimana Ik ??”

Sayangnya, aku sudah tak bisa lagi mengharapkan Cakka. Dia menghilang dari kehidupanku beberapa hari lalu. Terakhir kami bertemu ya di acara promnite kemaren. Dan sekarangpun zevana ikut ikutan menghilang. Dia masih ikut kumpul magentha di rumah Via. Tapi kedatangannya ngga pernah lama. Begitu datang, ngga sampai 15 menit. Lalu pulang. Ada yang aneh dari dia. Kami sudah menanyakannya. Namun ngga mendapat jawaban memuaskan dari Zeva.

“Oik ?? aku butuh jawaban kamu”

“Mmmm…aku..”

Belum sempat aku menyelesaikan, ponselku berdering. Panggilan masuk.

Zeze calling..

Zevana telpon ?? ada apakah ?

“Halo Ze”

“Oik, loe ke rumah sakit Husada sekarang”

“Loh kenapa ?? siapa yang sakit ??”

“Cakka”

“Apa ??”

“Pokoknya loe kesini aja cepetan. Gue tunggu” tutttt…sambungan terputus. Aku memandangi layar ponsel. Tanpa berpikir panjang, segera aku bangkit menuju mobil.

“Oik, kamu mau kemana ??”

“Ke rumah sakit, Cakka disana” jawabku tanpa menoleh.


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Aku menemukan Zevana tengah terduduk lesu di ruang ICU. Aku menghampirinya, matanya sembab.

“Ze ??” begitu melihatku, zevana langsung memelukku erat.

“Ze, apa yang terjadi ??” aku masih belum mengerti. Zevana melepas pelukannya.

“Cakka..kecelakaan parah. Mobilnya keserempet truk, dan terguling. Body mobil ringsek. Dan Cakka, terlempar keluar” tutur Zevana. Aku menutup mulutku dengan telapak tangan. Tak sanggup menyembunyikan rasa shock.

“Kenapa kamu baru kasih tau aku sekarang ??”

Zevana menggeleng. “Cakka, dia ngelarang gue buat kasih tau loe. Dia terlanjur sakit hati dengan penolakan di malam prom itu. cakka pengen ngelupain loe. Semua tentang loe. Kecelakaan terjadi 2 hari setelah promnite. Awalnya Cakka emang sempet sadar dan kondisinya biasa aja. Tapi 2 minggu terakhir ini, dia koma. Gue bingung harus gimana. Jadi terpaksa gue kasih tau loe”

“maafin aku ya Ze”

“Untuk apa Ik ??”

“Karna aku udah merebut Cakka dari kamu. Harusnya aku tau kalo kamu dan cakka balikan. Seharusnya aku ngga dateng ke promnite. Harusnya aku ngga membiarkan kamu tau apa yang terjadi di malam prom waktu itu. aku ngga bermaksud mengkhianati kamu ze”

“Hah ?? tunggu, balikan ?? maksudnya ?”

Aku menceritakan semua tentangnya dan Cakka. Saat aku melihat mereka berdua di café. Sampe pernyataan Obiet yang bilang kalo mereka balikan lagi.

“Apa ?? Obiet bilang begitu ??” tanya Zeva. Aku mengangguk.

“Yang Obiet bilang itu boong”

“Apa ??” sekarang giliranku yang bertanya keras.

“Obiet itu boong. Jadi café itu, cakka lagi curhat sama gue tentang rencana dia nembak loe di malem prom. Kami sempet becandaan, wajar kalo loe liatnya kami keliatan akrab. Tapi beneran deh, gue sama cakka itu sahabatan. Gue ngga nyangka obiet bilang begitu. Dan karna itu loe nolak cakka ??”

Aku mengangguk. “Ze, tolong ceritain apapun yang kamu tau. Aku penasaran”

Zeva menghela. “Hm, kayanya emang udah saatnya loe tau. Gini ya Ik, sejak taruhan itu kebongkar, Cakka terus terusan dihantui perasaan bersalah sama loe. Dia sms gue, katanya pengen minta maaf, tapi gengsi. Takut loe ngga maafin. Dia minta gue yang minta maaf ke loe atas nama dia. Tapi gue tolak. Gue pengen dia minta maaf secara pribadi atas nama dirinya sendiri di hadapan loe”

Aku mendengarkannya dengan seksama.

“Cakka sempet kirim sms sama miscall pake nomer baru. Itu karna dia ngga pede. Takut loe masih marah sama dia. Dia sadar betapa dalemnya dia udah nyakitin loe. Dia berulang kali tanya sama gue tentang loe. Sampe dia tanya bunga favorit loe apa. Yaudah gue bilang aja bunga anggrek. Eh tau tau Cakka sms, katanya dia mutusin untuk ngirimin loe buklet bunga anggrek biar loe suka”

Mataku membulat. “Apa ?? jadi…jadi Cakka yang ngirim ? bukan Obiet ??”

“Hah ? Obiet ?? apa dia ngaku sebagai pengirimnya ??” aku mengangguk.

“Ck, obiet obiet. Malu gue punya sepupu kaya loe. Bukan Obiet Ik, tapi Cakka. Percaya sama gue” ujar Zevana. Aku percaya dengan zeva. Tapi tak mengerti kenapa Obiet sampai berbohong ??

Zevana kembali melanjutkan ceritanya.

“Makin lama deket sama loe, Cakka ngaku kalo dia suka beneran sama loe. Ngelebihin perasaannya sama cewe manapun yang pernah dia pacarin. Cakka pengen loe ubah hidupnya.dia minta gue buat deketin loe sama dia. Tapi gue tolak. Gue pengen dia usaha sendiri”

“Ze, boleh aku tanya sesuatu ??”

“Apa ??”

“Akhir akhir ini sikapmu aneh. Tatapan kamu yang dingin ke aku dan cakka. Emang kenapa ??” tanyaku.

Zeva menghela nafas, lalu tersenyum. “Ngga papa kok. Belum saatnya loe tau. Eh Ik, boleh gue minta sesuatu sama loe ??”

“Apa ?”

“Jagain Cakka ya”

“Apa ?? maksudnya ?”

“Jagain Cakka. Buat gue”

“Tap…”

“Janji ??” sela zevana seraya menyodorkan kelingkingnya. Kelingking kami salinng terkait. “Janji”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Cakka, maafin aku ya karna aku udah ngga percaya sama kamu.nolak kamu. Padahal aku tau, kalo aku sayang kamu” gumamku pada Cakka yang masih terlelap tidur dalam komanya.

“Aku selalu berdoa sama Allah untuk kesembuhan kamu Cak. Kamu sembuh ya ?? aku pengen memperbaiki semuanya. Lagi”

Tiba tiba, ada gerakan kecil pada sesuatu yang aku genggam. Ya, tangan Cakka yang aku genggam. Kini bergerak kecil. Aku tersenyum gembira. Matanya, matanya terbuka.

“O..Oik” lirihnya.

“Cakka !! Cakka, maafin aku ya”

Cakka tersenyum. “Aku mau kita selamanya kaya gini”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Hingga akhirnya, ketulusan dan kebenaran yang pasti akan menang. Aku sudah menghapus nama Obiet sejak aku tau kebohongan yang dia perbuat. Kini, aku belajar menerima Cakka. Mencintai tak hanya kelebihannya, tapi juga kekurangannya.

-TAMAT ( part Oik)-

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^





Tidak ada komentar:

Posting Komentar