Semua manusia pasti kan kecewa
Bila kekasih yang selalu dihatinya
Tak pernah lagi..
Menyebut namanya..
Bukan maksudku..
Lukai hatimu..
Maafkan aku..membuat hancurnya hatimu..
Aku tergoda..
Oleh wanita..
Aku takut kehilanganmu
Bila aku jujur padamu..
Aku benci bila harus..
Jalani hidup tanpa dirimu..
Aku takut, kau meninggalkanku..
-Aku tergoda-
_^^_
“Vin..ayo dong angkat telponnya !!” gerutu seorang lelaki yang sedari tad tampak sibuk dengan ponselnya.
“Sabar Yo, mungkin Alvin lagi sibuk. Ato lagi di dalem pesawat. kan ga mungkin dia ngalain ponsel dalam situasi kaya gitu” Angel, perempuan yang jauh lebih tua dari lelaki itu tampak lebih tenang.
“Tapi ga bisa kaya gini dong ka, Alvin harus tau ! dia harus pulang sekarang juga !!” amarah laki laki bernama Rio itu makin memuncak. Rasa rasanya dia ingin sekali membanting ponselnya saking lama tak telponnya tak kunjung diangkat pemilik ponsel, yakni alvin.
“Tenangin diri kamu dulu Yo. Kita harus fokus disini. Dia makin kritis” Angel mengusap bahu Rio, menenangkan. Rio meremas kepalanya. Ia mengikuti jejak Angel yang menatap sayu ruang UGD. Raut wajah keduanya diselimuti duka. Duka yang mendalam akan rasa sakit atas pengkhianatan yang menimpa seorang di dalam UGD tersebut.
“andai aja gue tau kalo begini kejadiannya, gue ngga akan ngelepasin dia sama Alvin. Alvin yang ga pernah bisa jagain dia. Cuma gue ka, Cuma gue yang selalu ada disisinya” gumam Rio pilu. Angel menoleh sejenak, lalu kembali memfokuskan diri ke tempat semula.
“Itu adalah pilihannya Yo. Dan kamu harus hargai itu. walau sekarang keadaannya keruh seperti ini..kaka yakin, Alvin ngga bermaksud menyakitinya”
“Ga bermaksud ? kaka bilang ngga bermaksud ?? He, gue emang cowo terbego di dunia. Dan Alvin, Alvin cowo tertolol di dunia karna udah nyia nyiain cewe se..seperfect dia..Sivia, gadis gue”
Angel menatap Rio dengan tatapan kosong. entah apa yang ada dalam pikiran mereka berdua. Sama sama diam. Sementara kekasih gadis itu tak kunjung datang. Hmm..lebih tepatnya suami gadis itu.
Cinta adalah keindahan..
Tapi, tak setiap keindahan memiliki arti cinta..
_^^_
‘Rio ? ada apa ya dia miss call sampe 29 kali ??’ batin seorang lelaki berwajah oriental saat menatapi layar ponselnya.
“Kenapa sayang ??” tanya seorang gadis cantik yang melingkarkan tangannya di pinggang lelaki. Sang lelaki hanya tersenyum simpul.
“Bukan apa apa kok” lalu, lelaki itu me-non-aktifkan ponselnya.
Sayang adalah perasaan tulus seseorang..
Tanpa paksaan, tanpa syarat..
Yang ada hanya pengorbanan..
_^^_
“Brengsek !!” umpat Rio. untuk kesekian kalinya dia menghubungi Alvin. tapi hasilnya tetap nihil.
“Gimana Yo ?” tanya Angel sehabis dirinya dari ruang dokter.
Rio menggeleng lesu. “Nomernya malah ga aktif. Gue yakin alvin boong ka. Gue udah telpon managernya. Minggu ini dia ngga show kemanapun. Jadwalnya longgar. Tapi..tapi apa alesannya pergi ke Singapore ? dia pamit ke Via dan ke kita kalo dia ada show. Tapi..semua palsu ! Argh !!”
Angel menghela nafas panjang. Sebelum akhirnya mendudukkan dirinya disamping Rio.
“Saat ini ngga ada yang bisa kita lakuin” lirih angel. Membuat Rio terpaksa menoleh dengan tatapan tanda tanya.
“Maksud kaka ? kita ngebiarin Sivia kritis tanpa Alvin ? maksud kaka, kita ngebiarin Alvin seneng seneng diluar sana sementara disini..disini istrinya menderita ??!!”
“Bukan gitu Yo, kaka mohon kamu tenang dulu”
Rio menghela nafas mengikuti Angel seperti tadi. “Sori ka, gue emosi. Oia, tadi kan kaka habis dari ruang dokter, dokter bilang apa ??”
“Itu dia yang Yo. Dokter bilang, kanker paru paru yang diidap Sivia udah masuk stadium akhir. Dia ngga akan bertahan lebih lama. Sekarang aja dia kritis. Terlalu sulit. dokter hanya bisa memberi obat penawar rasa sakit, bukan untuk menyembuhkan 100%” terang Angel. Matanya mengeluarkan cairan bening.
Rio merasakan dadanya sesak. Ia tak bisa menerima begitu saja apa yang dikatakan Angel barusan. Ia harus mencerna betul betul setiap kata yang terlontar di bibir kaka kandung Sivia. Rio tak bisa berbuat apapun. Ia bangkit dan menatap Sivia yang tak berdaya dengan berbagai peralatan medis yang menempel di tubunya.
“Aku cinta sama kamu Vi..aku ga akan pernah maafin Alvin kalo ternyata emang bener dia udah nyakitin kamu..aku bersumpah Vi !”
Buatlah dirimu berharga..
Didepan satu cinta..
_^^_
Di satu sudut sebuah ruangan, tepatnya kamar. Laki laki sipit tengah duduk menghadap jendela yang membuka lebar. Ia sengaja membiarkan angin dan udara masuk, menyusuri setiap pori pori kulitnya. Ia harap dengan demikian, keadaan hatinya bisa lebih baik.
Ya, Ia adalah Alvin. lelaki yang kehadirannya sangat amat ditunggu oleh Rio dan angel. Sayangnya pemuda itu tak tahu.
Alvin meraba sebuah benda kecil yang disimpan di sakunya. Cincin. Ya, cincin pernikahan yang baru melingkar di jari manisnya sekitar 2 bulan yang lalu. Cincin yang telah mengikat hatinya pada satu nama, Sivia Azizah. Perempuan yang sangat dicintainya.
Namun, beberapa hari ini dirinya tak tenang. Seperti ada sesuatu yang mengusiknya sehingga dirinya selalu diliputi kegalauan. Entah apa, Alvin sendiri tak mengerti.
Yang jelas, ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya. Ia telah berbohong. Menyakiti Sivia.
“Ngga. Gue ngga bermaksud nyakitin dia..gue Cuma..gue Cuma pengen nostalgiaan bareng mantan pacar gue, Shilla”
Ketulusan adalah
Saat kau mengabdi pada satu hati,
Setia pada satu nama..
_^^_
TRAP..TRAP..TRAP..
Suara derap langkah beberapa orang yang melewati tempat mereka membuat Angel dan Rio terpaksa terjaga dari tidurnya. Sudah beberapa hari di rumah sakit, mereka tidak pernah tidur senyenyak di kasur. Hangat sehangat di balik selimut. Mereka harus membiasakan diri tidur dalam posisi duduk, kedinginan akibat semilir angin malam, tanpa selimut. Itu semua mereka lakukan semata mata untuk menjaga Sivia.
Namun kali ini situasi berbeda nampak di depan mata mereka. Dimana dokter dan beberapa rombongan suster berlari tergesa gesa memasuki ruang rawat Sivia. Mereka tau, itu petanda kondisi si pasien memburuk. Rasa panik yang luar bisa mengusir kantuk mereka. Segera keduanya bangkit dan berdiri di balik pintu. Berharap terdapat sedikit celah untuk mengintip aktivitas dokter didalam sana.
“Ada apa Ka ??” tanya Rio. Angel menatapnya dengan tatapan sama sepertinya. Yang artinya dia juga tak tau.
Tak lama kemudian, dokter keluar ruangan.
“Ada apa sama adik saya dok ??”tanya angel panik. Nada suaranya bergetar. Nyaris terisak.
Dokter menggeleng. “buruk. Tolong bawa segera laki laki yang bernama Alvin. karna si pasien terus mengigau nama Alvin”
Seperti mendapat ilham, Rio segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Ditatapnya ponsel tersebut lumayan lama.
“Terakhir kalinya, gue mohon Vin..”
Jaga orang yang kamu sayangi
Disaat dia masih disisimu..
Sayangi dia saat dia masih bersamamu..
_^^_
“Vin, temenin aku shoping yuk !” ajak seorang gadis cantik yang menggamit lengan Alvin dengan gayanya yang manja.
“Bentar sayang, aku aktifin HP dulu ya” cegah Alvin. laki laki tersebut mengeluarkan ponsel yang di ‘bunuh’nya sejak kemaren.
Begitu menyala, puluhan sms menyerbu masuk. Sebagian sms berasal dari Rio dan Angel. Betapa terkejutnya Alvin saat membaca sms Rio yang terakhir.
“Vin…??” tegur gadis tersebut yang heran atas reaksi aneh Alvin.
“Ngga mungkin…”
“Apa yang ga mungkin ?”
“Shill, aku harus pulang sekarang !!” tegas Alvin.
Cinta tak datang..
Dari bibir..
Dari lidah..
Maupun perkataan..
Tapi datang dari lubuk hati..
Yang paling dalam..
_^^_
Di dalam pesawat, pikiran Alvin tak bisa lepas dari bayangan sang gadisnya, Sivia. Berbagai kemungkinan terburuk bisa jadi siap diterimanya. Tapi Ia tak bisa memastikan bagaimana dirinya tanpa Sivia. Alvin menyesal. Sungguh menyesal. Andai Ia tak melakukan perjalanan bodoh ini. andai Ia tak menuruti ajakan Shilla. Pasti tak akan seperti ini. pasti sekarang Ia tengah duduk manis menjaga Sivia yang sedang berjuang melawan maut.
Andai saja..
Saking lelahnya, Alvin terlelap. Dalam tidurnya Ia bermimpi. Mimpi yang mengisahkan segala tentang dirinya, Sivia, Shilla, dan..Rio..
~Flashback~
“Shill, kita putus aja ya” kata Alvin.
“apa ? putus ? tapi..tapi kenapa ??” saat itu, mereka tengah duduk berhadapan. Tepatnya di sebuah cafĂ©. Keduanya mengenakan seragam SMA. Memang, saat itu mereka masih kelas 3 SMA.
“Aku..aku dijodohin sama mama” aku Alvin.
“Apa ?? tapi..tapi kenapa ? jelasin ke aku Vin ? apa aku ga cukup baik buat kamu ??”
Alvin menggeleng. “Bukan..bukan itu”
“Terus apa alesan mama kamu ngejodohin kamu segala ? bukannya mama kamu duah tau kalo kita pacaran ??”
“Kamu mau tau alesan mama ?” Shilla mengangguk antusias.
“Sejak dulu mama pengen aku jadi penyanyi. Dia nempuh segala macem cara supaya aku bisa sukses. Saat kebetulan mama ketemu sama temen SMA-nya yang udah sukses jadi produser dan pemilik perusahaan rekaman, beliau ga semudah itu nyia nyiain peluan. Apalagi setelah tau temen mama punya anak gadis. Mama berencana untuk ngejodohin aku dengan anak bungsu temen mama itu, agar supaya aku bisa masuk dapur rekaman dengan mudah” terang Alvin.
“Ah mama kamu lebay ! terus kamu mau ?”
Alvin mengedikkan bahu. “Senyum mama adalah kebahagiaanku. Jadi apapun itu, selama membuat mama bahagia, akan aku lakuin”
“Termasuk mutusin aku ? ayolah Vin, kita udah pacaran setahun lebih kan ??”
“Iya..tapi harus gimana lagi ? gini deh Shill, aku janji kalo kita ketemu lagi..aku bakal kembali ke kamu. oke ??”
“Aku pegang janji kamu. setelah ini, aku bakal pergi. Kuliah di Meulborne. Dan disaat aku pulang, aku bakal nagih janji ke kamu” tegas Shilla.
“Oke..aku jamin”
Cinta adalah 1 jiwa yang menempati 2 rasa
Yang siap dipersatukan..
“Apa ?? jadi cewe yang mau dijodohin sama gue itu adalah…mantan pacar loe Yo ??” Alvin tak bisa menahan rasa kagetnya saat Sivia, gadis pilihan ibundanya tak lain adalah mantan kekasih sahabatnya, Rio.
“Yeah ! gue pacaran sama dia sejak kami kelas 9. Tapi ternyata dia jodohnya sama loe Bro !” timpal Rio dengan nada putus asa.
“Bentar bentar, penyebab loe putus karna apa ?? jangan bilang karna perjodohan ini ??”
Rio mengangkat kedua bahunya. “Via yang mutusin gue. katanya dia disuruh bokapnya buat ngakhiri semuanya sama gue. yah..demi loe Sob”
“Yo, sori banget ya Bro. gue ga tau. Kenapa loe ga bilang dari dulu aja ??”
Rio menggeleng. Wajahnya tetap gundah walau seulas senyum pait terlukis jelas dibibirnya. “Bukan salah loe kok. Mungkin emang gue sama Via aja yang ga jodoh. Gue mau bilang kaya apa juga, toh nyatanya ga akan bisa ngerubah fakta kalo kalian udah tunangan seminggu yang lalu. Dan sebulan lagi, loe berdua bakalan married”
“Maafin gue Yo”
“Satu yang gue minta Vin, Via adalah cewe yang sangat gue cintai. Tolong jaga dia. Jangan sampe gue liat dia terluka karna loe. Dan disaat itu terjadi, gue jamin gue adalah orang pertama yang liat jenazah loe” pesen Rio. mmm..yang lebih tepat disebut ancaman.Alvin tersenyum dan menjabat tangan sahabatnya.
“Gue janji Sob. Gue udah bisa cinta sama Sivia setelah 2 tahun kepergiannya Shilla”
Jangan pernah berjanji untuk sebuah kesetiaan..
Tapi berjanjilah untuk sebuah perasaan..
“Jika aku bisa menjadi airmata, aku ingin mengalir dari matamu, berjalan di pipimu, dan menepi di sudut bibirmu. Tapi jika kamu yang menjadi airmataku, aku tak akan menangis, karna aku takkan rela kehilanganmu” ucapan Alvin sukses membuat Via mencubit lengannya.
“Aww !! kok nyubit ??”
“Habisnya kamu gombal” cibir Via. “Udah berapa cewe yang kamu gombalin pake puisi tadi ??”
“Yee..ga percaya. Baru kamu doang kok” jawab Alvin dengan tampang innocent-nya.
“Aku ga percaya” Via melengos. Alvin merangkulnya dari belakang.
“Percaya sama aku dong sayang, sekarang kan kita udah married, Cuma kamu yang ada di hati aku. sekarang dan selamanya. Kalo ga percaya, pegang deh dada aku” Alvin menuntun satu tangan Sivia untuk meraba dadanya.
“Bergetar kan ?? itu artinya aku selalu deg degan setiap ada kamu, disentuh kamu. aku cinta sama kamu Vi. Percaya ya” ucap Alvin sungguh sungguh.
Via tersenyum. Ia menatap sebuah benda yang melingkar di jari manis Alvin.
“Vin..”
“Ya ?”
“Janji ya..dalam keadaan apapun, jangan sampai sedetikpun kamu lepas cincin itu. cincin itu mengikat kita. Jadi kalo cincin itu kamu lepas, itu artinya ga ada ikatan apapun diantara kita” pinta Sivia.
Alvin menatapi cincinnya. “Ya, aku janji” lalu mengecup kening Sivia.
Mencintai itu..
Bukan bagaimana kita melupakan..
Tapi bagaimana kita memaafkan..
Tak sampai sebulan usia pernikahan Alvin dan Via, impian mama Alvin tercapai. Alvin berhasil lolos ke dapur rekaman, dan melejit sebagai penyanyi pendatang baru yang naik daun. Semua tak lepas dari campur tangan ayahanda Sivia.
Popularitas tak membuat Alvin kacang yang lupa akan kulitnya. Ia masih menghargai keberadaan Sivia.
Walau pada akhirnya, pendiriannya goyah. Saat Ia bertemu dengan seseorang di kemudian hari. Seseorang yang membawa dirinya semakin menjauh dari Via..
Mencintai itu..
Bukan bagaimana kita mendengar..
Tapi bagaimana kita mengerti..
“Shilla ??” Alvin tak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat mendapati seorang gadis berambut keriting spiral dan bertubuh semampai menemuinya di sela sela manggung.
Gadis yang tak lain Shilla, tersenyum. “Hai Vin, apa kabar ?? aku kesini untuk nagih janji. Kamu masih inget kan apa ??”
Alvin memutar bola mata. Tentu Ia masih ingat, kenangan terakhirnya bersama mantan kekasinya itu.
“Ya, aku inget kok”
Shilla kembali tersenyum. Senyuman licik. Siapapun pasti menyangka, Shilla ingin merebut Alvin dari Sivia. Memang benar adanya..
Mencintai itu..
Bukan bagaimana kita melihat..
Tapi bagaimana kita merasakan..
“gimana ?? aku tunggu kamu di airport besok pagi. Kita berangkat bareng” ucapan shilla beberapa waktu lalu masih membekas di telinga dan benak Alvin. Ia tengah terduduk dalam lamunannya di tepi ranjang.
Apakah ini suatu keputusan yang tepat ? pergi sejenak melepas penat bersama Shilla, gadis yang PERNAH dicintainya. Catat, PERNAH. Itu artinya dia tak lagi mencintai gadis itu. oh tapi tidak, Alvin masih menyimpan rasa sedikiiitttt terhadap Shilla. Dan kehadiran Shilla (kembali) memperkuat perasaannya terhadap Shilla yang telah dikubur jauh jauh seiring kepergian Shilla dahulu.
“maafin aku Vi”
Mencintai itu..
Bukan bagaimana kita melepaskan..
Tapi bagaimana kita mempertahankan..
“Uhuk..uhuk..kamu mau kemana Vin ??” tanya Via yang heran meihat Alvin tengah berkemas.
“aku..mmm…aku ada show di Singapore selama seminggu. Sekalian ketemu temen lama” alasan Alvin. anehnya, Via tak menangkap gelagat mencurigakan dari raut muka dan nada bicara Alvin.
“Oh..hati hati ya. doaku menyertaimu” ucap Via. Alvin tersenyum.
“Aku ke toilet dulu” pamitnya. Sepeninggal Alvin, Via meneruskan melipat beberapa potong pakaian ke dalam koper yang akan dibawa Alvin. tiba tiba ponsel milik Alvin berdering. Ada panggilan masuk. Tapi nomer asing..
Tanpa ragu Sivia mengangkatnya..
“Haloo..” hening. Tak ada suara balasan.
“Halo ? ini siapa ya ??” ulang Sivia. Tetap tak ada jawaban. Tuuuutttt…saat Via akan menegur lagi, telpon terputus.
“Siapa sih ? aneh banget” Sivia kembali meletakkan ponsel tersebut diatas kasur.
“Uhukk..uhuk..” suara parau batuknya membuat Via terpaksa menutup mulutnya dengan sapu tangan yang dibawanya. Perempuan itu tekejut saat melihat cairan kental membekas pada sapu tangannya.
Sebenarnya, cinta sejati adalah..
Ketika dia menyakiti, kau masih tetap peduli..
Ketika dia sudah tak peduli,
Kau masih menungguinya dengan setia..
Sudah sekitar setengah jam Alvin menunggu Shilla sampai bosan di airport. Laki laki itu tampak terkejut saat melihat call log pada iphone-nya. Rupanya Silla baru saja menelpon. Pasti diangkat Sivia. Teledor sekali Shilla, pikir Alvin.
Saat saat menunggu, tangan Alvin tak lepas menatapi cincin yang melingkari jari manisnya. Entah apa yang ada dalam pikirannya, perlahan Ia melepaskan cincin itu, lalu menaruhnya di saku. Rupanya cinta lama yang muncul kembali telah memperkeruh pikiran Alvin akan cinta sejati. Wanita yang telah terikat dengannya melaui cincin dan ikatan suci.
Tak lama kemudian, Shilla datang menghampirinya.
“Maaf ya lama” ucapnya.
“Gapapa. Kita berangkat sekarang ??” tanya Alvin. Shilla mengangguk.
Apa yang ada dalam pikiran Alvin ? sungguh kerdil jalan pikirannya. Bisa bisanya Ia bersenang senang dengan wanita lain di negeri orang. sementara kekasih hatinya tengah bersusah sendirian..
Andai Alvin tau..
Cinta sejati adalah..
Ketika Ia mencintai orang lain,
Kau masih dapat tersenyum dan berkata..
‘SEMOGA KAU BAHAGIA’
Entah berapa kali Sivia membolak balikan langkahnya. Ada angin yang membuat perasaannya mejadi buruk. Ia berprasangka yang tidak tidak pada Alvin. untuk memastikan, Sivia memilih menelpon.
Ttuuuuutt….tttuuuutt…tuuutt…
Alvin yang tengah menikmati pemandangan negeri singa bersama Shilla, terusik sedikit oleh dering ponsel di saku Alvin.
My lovely Wife..
Calling..
Alvin bimbang. Ditatapnya Shilla yang tengah membelakanginya. Perlahan, Alvin menekan tombol berwarna merah untuk menolak panggilan. Setelah itu Ia menon-aktifkan ponselnya.
Sementara di tempatnya, Sivia nampak terkejut telponnya di reject Alvin. tak pernah sebelumnya Alvin seperti ini padanya. Sivia tak mampu berfikir lebih jauh lagi. sakit di kepala dan sesak di dada membuat pandangannya kabur, dan…gelap seketika !
~flashbackend~
Kadang tanpa kau sadari..
Orang yang paling kau sayang,
Adalah orang yang paling sering menyakitimu..
_^^_
Alvin menginjakan kakinya di sebuah rumah megah yang dipenuhi banyak orang. semua berpakaian gelap dan berwajah muram. Bendera kuning tergantung di gerbang. Puluhan karangan bunga terpajang di teras hingga garasi dan depan rumah. Dengan gemetar, Alvin membaca sepatah kata yang tertulis di karangan bunga tersebut :
‘turut berduka cita atas meninggalnya sivia Azizah. Semoga arwahnya diterima di sisiNYA”
Deg ! ga mungkin, pikir Alvin. tanpa menunggu apapun, segera Alvin langkahkan kaki menuju dalam rumah. Benar saja, puluhan orang sedang membaca surat Yassin, mereka duduk melingkar. Mengitari sesuatu. Saat Alvin mendekat, orang orang yang mayoritas ibu ibu itu refleks memberi jalan. Membuat Alvin semakin dekat dengan…
Jenazah sang gadis..
Sivia.
Yang kini tengah terlelap abadi. Sontak, Alvin berlutut dan memeluk Sivia. Tangisnya tak bisa terbendung lagi.
“Vi..bangun Vi. Maafin aku sayang…” rintihan Alvin hanya sebagai angin lalu. Toh apa yang tercipta dari tangan dan hasil karya Tuhan, nantinya akan kembali lagi kepadaNYA. Begitu pula dengan Sivia.
Jauh disana, Rio menatap Alvin murka. Tangannya mengepal.
_^^_
Acara pemakaman Sivia telah selesai. Alvin baru saja memutuskan hubungannya dengan Shila via telpon. Hatinya terlalu hancur untuk mengingat Shilla. Shilla yang mengakibatkan semua kacau seperti ini. selain kebodohannya tentunya. Alvin masih terisak sendirian sambil memeluk batu nisan Sivia. Perlahan Ia mengeluarkan benda perak di saku kemejanya.
Cincin pernikahan..
“Maaf ya Vi karna aku sempet ngelepas cincin ini. aku ga pantes pake cincin ini..” selesai berkata, Alvin mengubur cincin tersebut di tanah peristirahatan Sivia.
Tanpa sepengetahuan Alvin, Rio datang menghampirinya dengan amarah yang membuncah.
“heh !!” gertak Rio. Alvin mengangkat wajahnya.
BUK !
“Brengsek lo ! buaya ! gue ga pernah rela loe nyia nyiain Sivia !! nih rasain akibatnya !!”
BUK !
Tak ada perlawanan dari alvin. Ia menerima segala perlakuan Rio karna memang Ia pantas mendapatkannya. Bahkan pukulan dan tendangan Rio tak setimpal dengan apa yang dia lakukan terhadap Via..
Alvin terlambat membuka sms Rio yang berisikan :
From : Rio
Bro, plis cepetan kesini !
Via lagi koma di rumah sakit akibat kanker paru2.
Dia ngga bisa bertahan lebih lama..
Cepet kesini sebelum semua terlambat !!
Sayangnya, Alvin memang benar benar terlambat. Sivia tiada tepat 2 jam sebelum Alvin datang.
_TAMAT_
Gaje ya ??
Ceritanya full dari video clip five minutes aku tergoda.
Maaf ya jelek. Lagi ga ada kerjaan makanya ngeti cerpen.
Maklum kalo hasilnya ancur porak poranda.
hwaa ... sivia nya mati yaa.. duh nyesek tahu ini.. but bagus kok bagus..
BalasHapusnumpang promo yaa, kunjungi juga blog gue ini: obatkistatradisional
Keren, suka sama alurnya.
BalasHapus