Sabtu, 16 April 2011

Jangan Pergi ::Cerpen::


Tuhan, bila aku diberi cinta..
Bantu aku memilikinya..
Menjaganya di sisa umurku
Yang masih diberi olehmu..
Bantu aku tuk mengerti yang sulit kumengerti
Mengenal yang tak pernah ku kenal

Namun,
Jangan pernah membantuku untuk melupakanmu..
Seseorang yang sangat aku cintai dalam hati..

Yaitu kamu..

-ALVIN & SIVIA-

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Masih terbayang di ingatannya tentang kecelakaan beberapa bulan lalu. Yang memaksanya duduk di kursi roda. Ya, dia lumpuh. Selamanya.

Gadis itu memejamkan kedua matanya. Mengingat segala manis dan pedih yang telah dia rasakan selama 17 tahun usianya. Andai saja tidak ada laki laki itu disampingnya, pasti dia tak akan mampu menjalani ini semua lebih lama.

Dimata gadis itu, laki laki tersebut sungguh sempurna. Selain materi yang jauh melebihi dirinya, lelaki itu juga baik, setia, dan masih banyak lagi sifat positif dalam tubuh lelaki itu yang menyebabkannya mantap mengucapkan kata cinta kepada laki laki tersebut.

Sivia..
Nama gadis yang tengah terduduk lesu di kursi rodanya. sepersekian menit dia memejamkan mata, menikmati aroma embun di pagi itu. andai saja dia bisa menikmatinya bersama sang kekasih. Namun sivia tak mau berharap banyak. Ada sejuta ganjalan yang memenuhi hati dan pikirannya.

Tentang Alvin..
Kekasihnya..


“Ah ngga mungkin alvin mau sama cewe cacat kaya aku. dia terlalu sempurna untukku” gumam gadis itu pada dirinya sendiri. Sang gadis mendorong kursi rodanya, melangkah pergi dari danau yang disinggahinya hampir setiap pagi semenjak kondisinya lumpuh seperti sekarang. danau  yang menjadi tempat favoritnya bersama sang kekasih.

Entah apa yang ada dipikiran gadis tersebut. Dia merasa, bahwa dirinya manusia cacat dan sangat kerdil. Yang tak mungkin dilirik pangeran tampan. Tak ada lagi harapan, tak ada lagi cinta, hatinya mulai mati rasa. Mungkin..

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Gue suka sama loe Vin !!! disini, dimata ratusan temen temen kita, gue rela ngerendahin diri gue sebagai cewe, untuk nembak loe !! loe mau kan jadi cowo gue ??” teriak Zevana disambut dengan sorakan heboh anak anak seisi sekolah yang memperhatikan dua anak manusia tengah berdiri berhadapan di lapangan basket.

Dia,
Alvin.

Laki laki itu menunduk. Lalu mengangkat wajahnya, dan menatap Zevana.

“loe udah mempermalukan diri loe sendiri. Lebih baik loe mundur” ucapnya pelan.

“Maksud loe Vin ?? gue lakuin ini demi loe !! karna..karna gue udah suka sama loe sejak SMP Vin, SMP !!”

Alvin menggeleng. Namun tak memberikan jawaban apapun.

“TERIMA…TERIMA..TERIMA..!!” anak anak berkoar heboh.

Cukup lama Alvin diam. Suasana hening. Entah apa yang ada dipikiran masing masing siswa dan siswi disana saat melihat tingkah polah dua orang yang menjadi tontonan mereka.

“gue gabisa Ze, maaf” sederet kalimat yang membuat seluruh mata terbelalak. Bagaimana mungkin Alvin menolak Zevana yang begitu sempurna dimata orang orang ??? Zevana yang merupakan ketua club cheers, dan sekretaris OSIS, salah satu anggota dari genk yang sangat populer.

Tapi kenapa Alvin menolaknya ??

“Tapi, kenapa Vin ??” tanya Zevana dengan suara bergetar. Dia tak mampu menahan malu karna ditolak.

Alvin menggeleng kembali. “Ga perlu alesan”

Selesai berkata, Alvin membalikan diri meninggalkan lapangan. Sedetik kemudian, Zevana pingsan.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Di kelas, pemuda itu tak henti hentinya meremas kepalanya sendiri. Kini rasa bersalahnya berlipat ganda. Merasa bersalah karna telah mempermalukan Zevana. Tapi sungguh, bukan seperti itu niatnya. Dia hanya tak ingin mengkhianati seseorang. Menyakiti hatinya. Dan membohongi perasaannya. Apa itu salah ??

Memang salah.

Karena bagaimanapun, penolakannya telah menyakiti hati gadis lain. Namun dia tak mau ambil pusing. Baginya, tak ada yang lebih penting daripada menjaga perasaan gadis lain yang terlebih dahulu menempati separuh ruang kosong di hatinya.

Bagaimanapun dia yang telah menyebabkan sang gadisnya harus menghabiskan seluruh sisa hidupnya diatas kursi roda. Andai saja..andai saja..

“Vin, loe kenapa sih tega banget nolak jeje ?? kesian dia tau ga !!” tegur Rio, sahabat Alvin.

Alvin mendongak, menatap sahabatnya. “Loe nyalahin gue ??”

“Bukan begitu bro. tapi ya seenggaknya loe hargai kek usahanya. Jeje tuh udah ngerendahin dirinya buat nembak cowo. Ngga kebayang kan malunya kaya apa ?? mana diliatin seluruh anak lagi” jelas Rio.

Alvin memandang sahabatnya sebentar, lalu meluruskan kembali tatapannya ke depan.
“Gue sangat menghargainya. Tapi bukan berarti gue nerima dia kan ??”

“Apa loe ga suka sama dia ??”

Alvin menggeleng. “Gue punya yang lain Sob, gue mencintainya. Dan ngga ada yang bisa merubah itu”

Alis Rio terangkat satu. “Sivia ??”

Alvin mengangguk. “Gue udah janji sama dia untuk selalu ada disampingnya. Gue ngga mau nyakitin hatinya”

“Vin, tapi kan Via sekarang…ehm sori, dia sekarang lumpuh. Loe terlalu perfect buat dia. Loe bisa dapet yang jauh lebih baik. Zevana ato Shilla contohnya”

“Bagi loe, via emang ngga sempurna. Tapi beda dimata gue Sob. Apa loe lupa ?? siapa yang nyebabin Via kaya gitu ?? gue Yo, gue..”

Rio mengelus pundak sobatnya. “Itu semua ngga sengaja Vin. Kecelakaan itu bukan mau siapapun. Jadi ga ada yang pantes dipersalahkan dalam hal ini”

Alvin tersenyum tipis. “Emang. Loe bener. Tapi kalo boleh diurut kebelakang, siapa yang ngajak Via jalan ?? gue kan ??. siapa yang ngebut ngebut pas naik motor ?? gue kan ??”

“Iya. Dan apes-nya ada kucing kampung yang nyebrang tiba tiba. Kalo aja ngga ada kucing itu, pasti..”

“gue kaget pas muncul kucing mendadak. Gue bingung dan make rem tangan. Gue kelempar. Sementara motor gue jatoh nibanin kakinya Via. Itu salah gue Yo” sela Alvin.

Ada sedikit rasa prihatin yang Rio taruh pada sahabat disampingnya.
“Loe mau kembali sama Via ??”

“Belum ada kata putus diantara kami” kata Alvin.

“Jangan bilang loe bersama Via karna loe mau nebus kesalahan loe ?? karna menurut loe, loe yang bikin Via lumpuh ??”

“Maksud loe apa Yo ?”

“Ayolah Vin. Kalo loe emang mau nebus kesalahan, bisa dengan cara lain kan ?? bukan dengan terus macarin dia. Gue tau loe pasti pengen nyari yang jauh lebih baik dari dia kan ?”

Alvin tersenyum tipis. “Pikiran loe dangkal banget ya Yo. Kita kan udah sahabatan sejak masih orok. Dan loe tau kan ?? gue bukan orang seperti itu. gue cinta sama Via karna tulus dari hati. Bukan karna kasian. Separah apapun kondisinya Via, bakal gue terima kalo dihati ini masih ada cinta untuknya. Gue sangat…sangat mencintainya Yo. Dan ngga ada yang bisa menggantikan. Ngga ada yang bisa merubah, ngga ada..”

Rio menggelengkan kepala. “Gue tau. Gue tau banget loe kaya apa. Gue udah ga bisa rubah pendirian loe yang kuat. Satu hal yang perlu loe tau kawan, apapun keputusan loe bakal gue dukung. Gue salut sama loe !! jagain Via ya”

“Yap !! thanks ya bro” Alvin menyalami Rio.

“Sama sama. Itulah yang gunanya sahabat” balas Rio. tatapan lelaki hitam manis itu berubah tegang, kala melihat sesuatu mengalir dari hidung sahabatnya.

“Vin, loe mimisan”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Via” sapa lirih Alvin saat dia menghampiri Via di taman rumah gadis itu. Yang dipanggil refleks menoleh.

“Alvin”

Alvin mendekat, lalu memeluknya sejenak sebelum akhirnya melepaskannya.
“Maaf ya sayang. Aku udah beberapa hari ini ngga ke rumah kamu”

“Ngga papa kok. Aku kira kamu…”

“Sssttt…” Alvin meletakkan telunjuknya ke bibir sang gadis. “aku ngga akan ninggalin kamu barang sedetikpun. Aku janji. Dan janji itu masih dan akan aku pegang selama kamu maupun aku masih bernafas”

Sivia tersenyum. “Makasih ya Vin”

Alvin membalas senyuman Sivia.

“Vin..”

“Ya ??”

“Apa yang terjadi di sekolah tadi ?? kata Ify, Zevana nembak kamu ??” tanya Via hati hati.

“Hah ?? Ify ?”

“Iya. Tadi dia telpon aku. sejak lumpuh dan keluar dari sekolah, Ify setia ngelaporin kabar di sekolah ke aku” terang Via.

Alvin terdiam.

“Jawab Vin. Apa bener zevana nembak kamu ?? Ify udah cerita semuanya. Kamu nolak dia tanpa alesan kan ?? terus zeva pingsan ?”tanya Via sekali lagi.

Alvin mengangguk. “Ya, aku nolak dia”

“Tapi kenapa ?? dia cantik, populer, dan…jauh lebih sempurna dari aku”

Alvin memalingkan mukanya dari Via. Entah kenapa dia tak suka dengan ucapan gadisnya barusan.
“sesempurna apapun Zevana, ngga akan merubah perasaan aku ke kamu. aku nolak dia karna aku udah punya kamu”

“Tapi ini kesempatan kamu untuk dapet yang jauh lebih baik dari aku ??”

Alvin menggeleng. Kembali dia menatap gadisnya. “Ngga ada yang jauh lebih baik dari kamu sayang. Pliss…jangan paksa aku untuk cari yang lain”

Sivia menunduk. Perlahan, bulir bulir kristal bening mengalir di pipinya. Antara sedih dan senang. Sedih. Apa benar yang alvin ucapkan ?? siapa yang menjamin semua akan baik baik saja dimasa mendatang ?? siapa yang tau kalo nanti akhirnya alvin merasa bosan dengannya, dan memilih mencari wanita yang lebih darinya. Via ngga siap kehilangan Alvin.

“Via…kamu kenapa nangis ??” tanya Alvin lembut. Dia angkat dagu gadisnya dengan telunjuknya.

“Via…jangan nangis, aku ga suka liat gadisku nangis kaya gini ?!” tangan pemuda itu tergerak untuk menghapus airmata Sivia.

“Vin, ijinin aku meluk kamu” tanpa basa basi lagi, Alvin tarik gadisnya kedalam pelukannya. Isakan Sivia semakin terdengar. Alvin sendiri memejamkan matanya. Merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam aroma tubuh perempuan yang amat dicintainya. Dalam kenyamanannya, Alvin masih bisa merasakan ada sebulir cairan kental yang mengalir dari hidungnya. Yang membuatnya sengaja berlama lama mempertahankan pelukan itu. alvin tak ingin Sivia melihat kondisinya. Alvin tak ingin membuat pertahanan sang gadis semakin melemah dan akhirnya rapuh.

‘maaf aku ngga bisa menemani kamu sampai seterusnya Vi’ batin Alvin.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Gadis itu tampak lebih bahagia sekarang. tak ada lagi gurat kesedihan di raut mukanya  yang cantik. Tak ada lagi airmata yang mengaliri pipi mulusnya. Yang ada hanyalah lukisan indah berupa senyuman yang menghiasi wajahnya.  Ya, sejak ada Alvin. sejak Alvin menemaninya. Setia disampingnya.

Gadis itu membuka matanya saat ada seuntai kalung yang menggantung di depan wajahnya. Refleks, Sivia mengangkat wajahnya. Dilihatnya Alvin sedang tersenyum seraya memegangi kalung tersebut.

“Happy brithday ya sayang” ucap Alvin sambil memasangkan kalung berbandul jantung hati ke leher Sivia. Sivia menatapnya heran.

“Loh, ulang tahunku kan besok Vin. Kenapa kamu kasih sekarang ??”

“Ngga papa kok. Aku ingin jadi orang pertama yang memberi kamu hadiah”

Sivia tersenyum. “Tanpa memberi hadiah pun, kamu udah jadi yang pertama untukku”

“Vi, aku mau menghabiskan sehari ini sama kamu. kamu mau kan ??” pinta Alvin.

Sivia menangkap keanehan dalam logat bicara kekasihnya. Tak biasanya alvin begitu. Tapi apapun itu, yang Via tau, dia tak mau menyakiti Alvin dan membuatnya kecewa. Segala kemauannya, selama masih sanggup Via penuhi, pasti akan via lakukan. Demi Alvin.

“Boleh deh. Emang kita mau kemana ??”

“Ke danau. Pagi pagi kan udaranya masih seger” jawab Alvin. Sivia mengangguk. Tanpa ijin, Alvin mendorong kursi roda kekasihnya menuju tempat tujuan mereka.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sesampainya, Alvin menggendong Sivia dan mendudukkannya di rerumputan. Sedangkan dirinya meletakkan kepalanya dipangkuan Sivia. Untuk beberapa saat, Alvin memejamkan matanya. Merasakan udara sejuk di pagi segar itu. bersama kekasihnya, dan berada dipangkuan kekasih.

Sivia menatap luka wajah Alvin. entah mengapa wajah it begitu mengena di hatinya. Ingin rasanya via memandangi wajah Alvin terus menerus. Tak ada rasa bosan untuknya. Tak munafik, Via senang saat alvin mau bertahan padanya. Via senang jika alvin tak mencari perempuan lain yang melebihi dirinya. Namun via tak yakin. Apakah Alvin akan bahagia jika hidup bersamanya ?? bersama gadis lumpuh yang bisanya hanya merepotkan ??

Sungguh menyakitkan bila mengingat masa mendatang. Masa depan. Masa dimana tak ada seorangpun yang tau apakah yang akan tejadi pada diri mereka. Termasuk dua anak manusia ini. Alvin dan Sivia.

Sivia menggelengkan kepalanya. Membiarkan pikiran buruk terbuang dari otaknya. Dia tarik nafas dalam dalam. Lalu memandang Alvin yang masih terpejam. Perlahan, Sivia membungkukan badannya, mengecup kening Alvin. yang sukses membuat Alvin membuka matanya.

“Via…”

“Aku sayang kamu Vin. Aku ngga mau masa masa indah ini terlewatkan begitu aja”

Masih dalam pangkuan Via, Alvin tersenyum lalu meraih tangan Via dan menggenggamnya. “Ngga akan ada yang berubah. Aku juga sayang kamu”

“Vin..mau sampe kapan kamu bertahan dalam kondisi aku yang kaya gini ??”

“Maksud kamu ??”

“Aku lumpuh Vin. Aku belum tentu bisa membahagiakan kamu lahir dan batin. Aku Cuma bisa merepotkan. Aku..aku ngga berguna. Kenapa kamu masih mau bertahan sama aku ??”

Alvin bangkit, mendudukkan dirinya di hadapan Sivia.
“Bukan itu yang aku cari dari kamu Via. Aku nerima kamu. itu artinya aku harus siap dengan kemungkinan apapun. Aku yang harusnya buat kamu bahagia, bukan kamu”

“Janji kamu ngga akan ninggalin aku ??”

“….”

“Vin”

“Aku ngga bisa janji kaya gitu Vi”

“Kenapa ??”

“Kalo aku mati besok gimana ?? segala kemungkinan bisa terjadi. Aku ngga mau berjanji dengan sesuatu yang belum pasti aku tepati. Aku akan memberi kamu bukti, bukan janji. Kalo Tuhan menghendaki umurku panjang, aku akan menemani kamu. tanpa harus berjanji ini itu” jelas alvin.

“Aku ngga ngerti”

“satu satunya yang aku inginkan, adalah menghabiskan seluruh sisa umurku dengan orang yang paling aku cintai. Menikah, hingga punya anak, sampai cucu kalo perlu”

Via terkekeh. “Apa kamu mau melewatkan itu denganku ??”

Alvin menggeleng. “Aku belum bisa memastikan Vi”

“Loh kenapa ?? kata kamu, kamu mau bersamaku terus” sungut Via.

Alvin hanya tersenyum.

“Kenyataan sekarang belum tentu sampe nanti. Ya kan ??” ucap Alvin.

“Kamu tuh nyebelin banget sih. sekarang aku tanya sama kamu. kamu harus jawab !” pinta Sivia.

“Oke, tanya aja. Aku bakal jawab jujur” tantang Alvin.

“Kalo aku menangis, apakah kamu ikut menangis ??” tanya Via.

“Ngga” jawab Alvin cuek.

“Kalo aku tersenyum, apa kamu akan ikut tersenyum ??”

“Ngga” Via mendengus kesal.

“Kalo aku sakit, apa kamu ikut sakit ??”

“Ngga” Via nyaris menangis.

“Pertanyaan terakhir, kalo aku mati…apa kamu sedih ??”

Alvin menoleh. “ngga”

Semua jawaban Alvin akhirnya mampu membuat Via menangis. Dia menyangka alvin tak benar benar menyayanginya. Alvin tersenyum, dan merengkuh Via kedalam pelukannya.

“Dengerin aku dulu sayang..jawabanku itu ada alasannya” ujar alvin. Via tak menjawab.

“Pertama, jika kamu menangis ,aku ga akan ikut menangis. tapi aku akan membuat kamu tersenyum dan menghentikan tangismu dengan usahaku sendiri” kata Alvin.

“Kedua, jika kamu tersenyum, aku ngga akan ikut tersenyum bersamamu. Tapi aku akan berusaha mempertahankan senyum indahmu. Menghilangkan kesedihanmu agar kamu terus tersenyum”

“Ketiga, aku akan baik baik aja jika kamu sedang sakit. Karna aku lebih tegar darimu. Aku tau. Jika kamu sakit, aku akan menjagamu, berusaha untuk menyembuhkanmu. Bahkan jika Tuhan mengijinkan, lebih baik aku yang sakit daripada kamu. lebih baik aku sakit dan kamu sehat. Karna aku ga tega melihatmu dalam penderitaan”

“Keempat, jika kamu mati, aku tak akan sedih. Tak perlu menyesali setiap takdis yang telah digariskan Tuhan. Aku tak akan menangis jika kamu meninggalkan dunia ini. tapi aku akan ikut mati bersamamu. Sehidup semati” lanjut Alvin.

“Nah sekarang ngerti kan ??”

Via mengangguk. “Vin, selama ini kamu ngga pernah ngucapin kata cinta. Kamu Cuma bilang sayang sama aku. sayang sama cinta itu kan beda. Aku mencintai kamu Vin. Apa kamu begitu ??”

Alvin menggeleng.
“aku ngga mencintai perempuan manja”

“Jadi maksud kamu aku manja ??”

Alvin mengangguk.

“Ihh kalo gitu ngapain kamu bertahan sama aku ??” sungut Sivia.

Alvin tersenyum kecil. “Kamu ngga perlu tau alesannya”

“Ck, kalo gitu bilang sama aku, apa yang harus aku lakuin supaya kau ngga terlihat manja dimata kamu ? aku ingin kebersamaan kita itu tulus karna kemauan kamu”

“Oke kalo itu yang kamu mau. Aku ngga suka cewe yang tergantung sama orang lain. Vi, aku mau sehari aja kamu lalui tanpa aku. kamu ngga boleh telpon aku, ngga boleh sms aku. pokoknya sehari tanpa alvin”

“Apa aku bisa ??”

“Katanya mau jadi cewe mandiri ?? aku Cuma cinta sama cewe mandiri lho”

“Ihh iya iya”

“Dan sehari setelah itu, kamu dateng ke rumahku. Temui Rio, sahabatku. Dan kamu tau apa alasan aku mau bertahan sama kamu”

“Oke, siapa takut !!

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Keesokan harinya. Tepat dihari ulang tahun Sivia. Benar benar gadis itu lalui tanpa alvin. awalnya memang kesepian. Sivia sampai beranggapan dia tak akan mampu menjalani semua tanpa Alvin. padahal baru setengah hari.

“Vin, baru sehari aja aku udah kesepian. Gimana kalo seterusnya ??” gumam gadis itu ditengah kesendiriannya.

Akhirnya, 24 jam telah Sivia lalui tanpa Alvin. gadis itu senang. Dia tak sabar menemui alvin besok.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sivia turun dari taksi dibantu Ify. Gadis itu memang meminta sahabatnya untuk mengantarnya ke rumah Alvin. namun keganjilan muncul sejak awal Sivia menapaki kursi rodanya didepan rumah alvin. rumah tersebut ramai. Ada bendera berwarna kuning yang diikatkan di gerbang. Orang orang dengan pakaian gelap dan bermuka sendu berlalu lalang sedari tadi. masuk keluar rumah dengan ekspresi sedihnya.

“Jangan jangan….” Via tak ingin berpikiran buruk. Segera dia dorong kursi rodanya ke dalam rumah alvin. gadis itu tak menemui siapapun. Hanya Rio. Sivia teringat pesan Alvin 2 hari yang lalu.

“Aku harus menemui Rio” gumam Sivia. Dibantu Ify, sampailah mereka berdua di tempat Rio. raut wajah Rio muram. Nampak mendung. Sama seperti hari itu.

“Yo, ada apa ??” tanya Via cemas.

Rio tak menjawab. Melainkan menyerahkan selembar kertas dengan beberapa lipatan ke tangan gadis itu.

“Dari Alvin” ucapnya singkat. Segera Via membuka kertas itu..

Via sayang..

Kamu berhasil melalui tantangan dariku..
Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Tapi takdir berkata lain, takdir tak mengijinkan kita bersatu. Padahal kita saling mencintai..

Aku senang kamu berhasil. Satu hari kamu lewatkan tanpa aku..
Aku percaya kamu sanggup melewatkan hari hari berikutnya tanpa aku..
Aku bisa kan ??

Aku mencintaimu..

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Surat tersebut terjatuh begitu saja bersamaan dengan jatuhnya airmata Via ke lantai.

“Maksudnya apa Yo ??” teriak Via.

“Alvin..mengidap kanker otak stadium akhir. Dia yakin umurnya pendek. Makanya dia ngga yakin bisa ngehabisin waktu sama loe lebih lama” jawab Rio.

“Kenapa kamu ngga bilang sama aku Yo ?? kenapa ??”

“Maaf Vi..ini permintaan Alvin. dia baru aja dimakamkan, setengah jam yang lalu”

Terlambat. Andai saja via datang lebih awal. Pasti dia bisa menikmati ketampanan sang kekasih untuk yang terakhir kalinya…

-TAMAT-

Hha gaje banget yakk ??
Ide cerita ini dari sms berantai -___-




Keep koment :))
Thanks.

1 komentar:

  1. KA MEE! KEREN GEWLAA!
    Aku kayaknya udah pernah baca sih inii di wackwall.. Tapi aku baca ulang..
    KEREN KEREN KEREN!
    Post lagi yaa? :D #plak

    BalasHapus