Selasa, 26 April 2011

Tak ada (Cerpen)

“Vi, loe ngampus ngga ??” Tanya Agni via telpon.
“Iyalah ngampus”
“Oh yaudah kalo gitu loe gue tunggu di kampus aja ya. Soalnya gue mau berangkat sama Gabriel” ijin Agni. Gabriel adalah pacar Agni sejak beberapa bulan lalu.
“Iya iya sippp”
“Hehe , emang loe ngga sama Rio ??”
“Hah ?? enggaa . .” Sivia tampak kaget.
“Kenapa ?? dia kan cowo loe ??”
“Hah ?? ya ngga papa . .udah ah gue mau mandi”
“Iyadeh. Bye”
Tuttttt . . .Sivia memutus sambungan telpon secara sepihak. Agni sendiri heran dengan perilakuSivia. Rio adalah kekasih Sivia sejak hampir satu tahun. Tapi sampai detik ini, Sivia masih kurang begitu menganggap kehadiran Rio. Entah mengapa, padahal Rio berlaku amat sangat baik pada Via. Perhatian yang cukup, kasih sayang yang tak terhitung. Tapi semua ngga dibalas Via dengan perilaku yang sama. Agni dan Gabriel sering menaruh iba pada Rio. Tapi sekali lagi, itu semua bukan urusan mereka.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sivia telah selesai menyisir rambut panjangnya yang ia biarkan terurai. Sebagai pemanis, diraihnya jepit rambut berwarna orange yang dia selipkan ke sebelah kanan sisi rambutnya. Setelah dirasanya cukup, Via merapikan buku-buku yang akan dibawanya ke tempat kuliah. Semua siap. Sebelum Via pergi dari kamarnya, Ia mengambil sebuah figura yang terpajang di meja riasnya. Figura yang di dalamnya terdapat sebuah foto lelaki. Via memeluk figura tersebut.


“Sayang, aku berangkat ngampus dulu ya ?? kamu ngga apa kan aku tinggal ??” Tanya Via seolah figura tersebut bisa berbicara.
Hening. Via melempar senyuman termanisnya. Lalu Ia mengecup bibir orang yang berada di figura itu. Dan meletakannya kembali secara rapi sebelum akhirnya ia benar benar keluar kamar.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Via menunggu ojek di perempatan. Sepi. Berkali kali Sivia melirik arlojinya dengan tatapan gelisah. Takut terlambat sampai kampus. Karna hari ini ada mata kuliah Pak Joe, dosen yang terkenal disiplin dan galak. Sebagai mahasiswi ‘normal’, tentu saja Ify ogah melakoni hukuman dari Mr. Joe.

Ngga lama, datang taksi. Via segera mengurungkan niatnya naik ojek , lalu menyetop taksi itu.
Taksi berhenti. Via berjalan memasuki taksi tersebut. Tanpa diduga, seseorang juga melakukan hal serupa dengan apa yang dilakukan Via. Keduanya bertemu di kursi belakang. Via tersentak kaget.

“Hey, gue dulu . . .an” suara Via melemah saat melihat orang itu. Orang tersebut tersenyum.
“Alvin. . .” lirih Sivia.
“Hay Vi” sapa sosok bernama Alvin itu.
“Tapi . . .kenapa ??” Via ngga tau harus ngomong apa. Alvin ngga mengindahkan omongan Via barusan. Ia malah mengalihkan pandangannya kearah sopir taksi.

“Pak, ke sweetcafe” seru Alvin. Via menatap tak percaya.

“Kemana ??” tanyanya seolah belum mendengar yang diucapkan Alvin pada sopir taksi barusan.

“Tempat favorit kita” Alvin melempar senyuman termanis. Via membalasnya walau dengan senyum kikuk. Ngga lama, sampailah mereka di tempat tujuan. Alvin mengajak Via memasuki café tersebut. Mereka menduduki meja bernomor 09.

“Vin . . .”

“Aku kembali untuk kamu Vi” sela Alvin sebelum Via menyelesaikan kata katanya.

“Tapi . .Rio ??”

“Rio akan tetep jadi pacar kamu. Aku ngga peduli dengan status Vi” ujar Alvin. Perlahan tangannya menggenggam jemari Sivia. Sivia tersentak, bukan karna gugup melainkan karna tangan Alvin yang begitu dingin.

“Kamu mau kan jalani seperti dulu lagi ?? bersama aku ??” Tanya Alvin sekali lagi.

“Tapi kalo Rio tau gimana ?? aku emang belum bisa menempatkan dia seperti kamu dihatiku. Tapi selama ini perlakuan Rio terlalu baik terhadapku. Bagaimanapun aku ngga mau mengecewakannya”

Lagi-lagi Alvin tersenyum.

“Rio ngga akan tau”

Entah mengapa Via meyakini sangat bahwa apa yang diucapkan Alvin patut dia percaya.

“Iya Vin, aku mau” Sivia mengangguk. Alvin tersenyum.


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Ag, Via udah keluar belom sih ?? gue nunggu sampe jamuran, dianya ngga keluar keluar” Tanya Rio saat menelpon Agni. Rio plus mobilnya sudah bertengger di depan kampus Via.

“Loh bukannya dia pergi sama loe ??” Agni malah bertanya balik.

“Pergi ke Arab ??!! orang gue juga ngampus kok”

“Lah terus kemana ??”

“Emang ada apa Ag ??”

“Hari ini tuh Via alpha. Dia ngga masuk. Gue kira dia pergi sama loe”

Rio tersentak. “Ngga kok. Dia pamit ngga sama loe ??”

“Kagak”

“Bentar gue telpon dia dulu”

“Oke, ntar ngabar ya!!”

“Sippp” Rio memutus sambungan telponnya dengan Agni, lalu segera menelpon pacarnya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Hahaha belepotan !!” seru Via ketika melihat saus tomat yang berceceran di sekitar mulut Alvin. Sampai tiba tiba ponselnya bordering. Ekspresi wajah Via berubah seketika saat melihat nama si pemanggil.

“Rio ??” Tanya Alvin yang seolah bisa membaca jalan pikiran Via. Via mengangguk pelan.

“Angkatlah” dorong Alvin. Via menghela nafas. Setelah menekan tombol ‘yes’, dia dekatkan ponselnya ke telinga.

“Ha. .Halo ??”

“Via kamu tuh kemana aja sih ?? aku nyariin kamu tau ngga ??!!” cerca Rio langsung.
“Eng . . .aku . . .” Via menatap Alvin. Alvin membisikkan suatu. suatu jawaban yang bisa dimengerti Via.

“Vi ?” Tegur Rio deseberang.

“Aku ke rumah temen lama Yo, dia tetanggaku waktu rumahku masih di kompleks Tiara Nusa. Aku udah lama ngga main ke rumahnya. Kebetulan tadi kami ketemu di jalan. Yaudah apa salahnya bolos kuliah demi jalan jalan sehari sama temen lama. Yak an ??” tanpa disuga Via dapat melafalkan kebohongan dengan amat sangat lancarnya.

“Nama temen kamu siapa ??” Tanya Rio. Via tersentak. Dia menatap Alvin.

“Bilang aja nama teman kamu Alvin” lagi lagi Via dibuat takjub melihat kemampuan Alvin yang seolah bisa menerawang apa yang sedang dia pikirkan.

“Na . .namanya Alvin” jawab Via ragu.

“Apa ?? Alvin ???”

“Iya Yo . .”

Rio terdiam sejenak. Terdengar suara nafasnya.

“Yaudah, kamu ati ati ya. Jangan pulang terlalu malem. Inget, makan juga jangan sampai ditinggalkan. Ntar maag kamu kumat” pesen Rio. Nadanya lemah, akan tetapi diucapkan secara tegas dengan penuh keyakinan.

“Thanks ya Yo”

“Iya, bye !”

“Bye”

Via sudah memaklumi Rio. Begitupun sebaliknya. Rio ngga akan memojokkannya dengan mengajukan pertanyaan sambil melotot padanya ketika melihat Via ngobrol bersama cowo lain. Rio juga ngga membawa mobil ngebut ketika mendapati Via sedang bertegur sapa dengan lelaki lain. Rio bukan tipe cowo posesif. Itulah yang membuat Via mempunyai sedikit rasa pada Rio.


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Alvin mengantar Via pulang sampai di depan rumahnya.

“Vin . .aku belum puas jalan jalan sama kamu hari ini” ucap Via dengan nada manja.

Alvin tersenyum. “Kan masih ada besok. Aku ngga akan kemana mana kok. Aku akan selalu temenin kamu”

“Sekali lagi makasih ya Vin. Love you”
“Love u to. Aku pulang ya. . kamu juga masuk dan tidur” pesen Alvin sembari melepaskan genggaman tangannya di tangan Via.

Baru beberapa langkah berjalan, Via mencegah langkah Alvin.

“Vin”

Alvin berbalik. “Ya ??”

“Jangan pergi lagi ya. Aku ngga mau kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya” tutur Via. Dibalas dengan senyuman dingin Alvin, tanpa berkata apapun, Alvin kembali meneruskan langkahnya.

Via hendak melangkah kedalam rumah. Tapi ia urungkan karna dirinya ingin sekali lagi menatap punggung Alvin sebelum lelaki itu pulang. Kaget, kata pertama yang terlinta di benak Sivia. Dia sama sekali ngga melihat sosok Alvin. Padahal, Alvin baru beberapa menit lalu pergi. Dalam benak yang penuh dengan tanda Tanya, Via memutuskan ngga terlalu memikirkan kejadian tadi. Ia langkahkan kaki menuju rumah.


Sampai di kamarnya, Via membanting diri di kasur empuk. Rasa senangnya mengalahkan segalanya. Via meraih figura di meja riasnya, Dan memeluk erat foto tersebut.

“Sayang . .aku seneng banget hari ini” ujarnya. Tanpa terasa, matanya terlelap tidur.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sejak itu, hampir setiap hari Via menghabiskan waktunya untuk berjalan jalan bersama Alvin. Berbagai alasan dia lempar pada Rio dengan tujuan agar pacarnya itu tak curiga. Tanpa Via sadari, diam diam Rio sedang menyelidikinya.


Suatu hari

Ify, sepupu Via yang juga tinggal serumah dengan Via, memasuki kamar Via karna akan mengembalikan buku novel yang dia pinjam. Sang pemilik tampaknya sedang ada di kamar mandi. Tanpa curiga, Ify meletakan novel Via di meja riasnya. Perhatiannya terpaku pada sebuah figura yang selama ini Via sembunyikan. Ify memungut figura tersebut dengan tatapan tak percaya.

“Dia . . .” lirihnya. Tiba tiba ponsel berbunyi. Ify mendekati ponsel Via.

Alvin Calling . . .

Ify nyaris tak bernafas saat membaca nama si pemanggil. Seperti ada hawa yang menyesakkannya sehingga dia begitu shock. Tanpa memperdulikan telpon yang terus bordering minta diangkat, Ify mengambil langkah cepat keluar kamar Via.


Sampai di kamarnya, Ify meraih hape yang ada di sakunya. Dia dekatkan ke telinga setelah memencet beberapa digit nomer.

“Halo” tegur seseorang disana.

“Ha . .hh . .halo Yo” nafas Ify tersengal sengal.

“Ify ?? loe kenapa ?? kok ngos-ngosan”

“Gue tau semua”

“Apa ??”

“Gue tau semua . . . .”


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Setelah hampir setengah jam mematut dirinya di depan cermin, Via mengambil tasnya. Hari ini dia akan pergi ke taman kota bersama Alvin. Sebelum pergi, seperti biasa, Via mengambil figura dan memeluk serta menciumnya.

“Sayang, have nice day ya” ucapnya lalu meletakkannya kembali ke tempat semula dengan hati hati.




Rio memacu mobilnya dengan kecepatan maksimal. Dia ingin cepat sampai di taman itu. Menemui Sivia dan tentu saja. . .Alvin.

Sesampainya disana, Rio melihat Alvin sedang duduk berhadapan dengan Sivia. Secepatnya dia menghampiri gadis itu.

“Via . . .!!” Rio mengguncang pundak Via begitu kerasnya hingga Via tersentak. Tatapannya seperti orang bingung. Alvin, sudah ngga ada di sebelahnya. Kini yang disampinya adalah Rio.

“Rio ??”

“Via . .sadar Vi . .mau sampe kapan kamu begini ??”

“…..”

“Kamu harus bisa nerima . . .kalo . .kalo dia udah ngga ada. Alvin, mantan pacar kamu udah meninggal 2 tahun lalu. Kamu inget kan ??” ucapan Rio bagaikan tamparan keras untuk Sivia. Ingatannya melayang pada 2 tahun lalu, di area balap.


-flashback-

Ngeuuungggg . . .
Deru gas motor seakan berlomba untuk mencapai suara terbesar. Di area balap motor liar itu, terbentuk barisan 2 motor. Keduanya motor Ninja. Satu Ninja Hijau, satunya lagi merah. Dan Alvin adalah pemilik Ninja merah itu. Sementara Rio, pemilik Ninja Hijau. Sebelum pertandingan dimulai, Alvin menghampiri Sivia yang sedang gundah gulana di sisi area.

“Vin, ngapain sih kamu pake tanding motor kaya gini ?? Rio Cuma temen aku kok ngga lebih. Kamu ngga sepatutnya cemburu sama dia” kata Via.

“Ngga !! aku harus menjaga kamu Vi, kamu udah jadi pacar aku. Inget Vi, PACAR !! ngga ada satupun yang bisa deketin kamu, termasuk Rio. Sampe ada 1 cowo yang mengusik kamu, dia akan aku tantang untuk mendapatkan kamu dengan cara seperti ini, cara lelaki” terang Alvin.

“Ini bukan cara lelaki. Ini cara bodoh tau ngga !!”

“Vi . .. .”

“Aku Cuma ngga mau ada yang terluka. Aku ngga mau kamu kenapa napa”

“Vi, ngga akan ada kejadian apapun. Aku maupun Rio udah sama sama sering mengikuti hal semacam ini. Dan salah satu dari kami akan melewati garis finish tanpa kurang suatu apapun” Alvin meyakinkan sembari memeluk Via yang terisak.

Sesungguhnya dalam hati Via, ada rasa sakit. Sadarkah Alvin bahwa dia telah memperlakukan Via bagai piala bergilir ?? tapi Via ngga mempedulikan. Itu sudah merupakan konsekuensinya dari awal yang telah menerima Alvin menjadi pacarnya. Dan sudah semestinya Via menerima Alvin apa adanya. LAgipula dia juga terlanjur menyayangi Alvin.

“Udah, jangan nangis lagi ya, semua akan baik baik aja kok” Alvin menarik pelukannya dan memegang pipi Via dengan kedua tangannya. Via mengangguk lemah. Alvin kembali ke arena balap.

Ngeunnggggg . . .

Seorang wanita berjalan dan tepat di antara motor Alvin dan Rio. Dia mengibarkan bendera tanda dimulainya pertandingan.

3 . . .2 . . .1 . .GO !!!!

Ngeungggggggg

Sorak sorai penonton mengiringi laju kedua peserta. Hanya Via yang menatap ciut kearah mereka. Dia beneran ngga menginginkan sesuatu hal buruk terjadi pada salah satu dari keduanya.

Begitu lama, hingga muncul motor Rio melewati garis finish. Tepuk tangan dan sorakan riuh penonton mnyambutnya. Rio membuka helmnya. Bukan ekspresi kemenangan akan tetapi kekhawatiran.

“Alvin kecelakaan !!” serunya.

Semua ternganga.

“Apa ?? gimana kejadiannya Yo ??” Via bertanya keras`pada Rio.

“Aku ngga tau pasti Vi, tadi aku mendahului Alvin. Tapi tiba tiba aku denger ada suara gemuruh yang lumayan keras. Waktu aku melihat ke belakang, tubuh Alvin sudah terguling guling di aspal. Helmnya terlempar. Makanya aku kesini untuk memberitahukan pada kalian semua terutama pada kamu Vi” jelas Rio. Via shock. Tubuhnya seperti dilolosi tulang tulang. Ngga ada satupun firasat bahwa hari ini adalah hari terakhir Via bersama sang kekasih, Alvin.

-flashbackend-

Via menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

“Aku tau ini semua dari Ify. Tadi dia menelponku. Dia bilang kalo dia menemukan figura foto Alvin di meja rias kamu. Dia juga sempet membaca sms di hapa kamu tentang pertemuan kalian. Dan sebenernya udah sejak lama aku mengikuti kamu. Aku tau jauh sebelum Ify memberitahukanku. Bahwa. . .bahwa Alvin telah kembali” terang Rio.

“Aku rindu dia Yo . . .aku belum bisa nerima kepergiannya”

“Aku tau Vi . .mungkin karna rasa`itu juga, kamu belum bisa menerima ku”

“Maaf Yo”

“Ngga yang perlu di maafkan. Hari ini adalah tepat 2 tahun kematian Alvin. Kamu inget ?? mungkin dia kembali demi kamu”

Via menghapus airmatanya. “Ohiya aku inget”

“Yaudah, sekarang kita ziarah ke makamnya aja yukk !! sekalian bilang ke dia kalo kamu udah menerima kepergiannya” pesen Rio.

Via mengangguk. Keduanya meninggalkan taman dan bergegas menuju makam.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sivia menabur bunga bunga segar yang tadi dibelinya sebelum ke pemakaman. Disampinya, Rio baru saja selesai mengirimkan doa untuk teman sekaligus saingannya.

“Alvin . . .maaf karna aku baru bisa menjengukmu” Via mengelus batu nisan.

“Maaf karna aku baru melepas kepergianmu sekarang” sambungnya.

“Ahh . .andai waktu itu kamu mau menuruti nasehatku. Tentu ngga akan seperti ini”

Rio menepuk pundak Via, menguatkan. Lalu dia alihkan ke batu nisan Alvin.

“Gue emang kalah Vin. Tapi gue janji akan jagain Via, gue ngga akan nyakitin dia barang sedikitpun. Tenang disana ya Bro !! kita semua disini merindukan loe”

Setelah dirasanya cukup, Rio mengajak Via pulang. Via sempat menolah ke makam Alvin.

“Sayang, aku akan selalu merindukan kamu” gumamnya sembari tersenyum. Kini ia bisa lebih tegar.


Sesampainya di rumah.

“Yo, sekali lagi maaf ya”

“Aku udah maafin kamu sejak dulu”

“Mulai sekarang aku akan berusaha menganggap kamu”

“Ngga perlu dipaksakan. Jalani aja apa adanya” Rio tersenyum.

“Makasih ya Yo”

“Iya iya.Udah sana tidur”

“Hehe iya. Night”

“Night to”


Via membuka pintu kamarnya. Ada figura foto Alvin disana. Hatinya memandang miris. Via meraih figura itu, menatapnya dalam dalam. Lalu menyimpan figura itu di laci meja riasnya. Dia berjanji ngga akan mengacuhkan Rio lagi. Rio adalah pengganti terbaik dari kekasih sejatinya yang telah pergi, Alvin.


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^


Gimana ??
Maaf kalo jelek. Ini terinspirasi dari lagunya supernova band-sayang.
Keep koment ya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar