“Tolong jaga dia” ucap gadis itu. Sivia menyatukan alisnya, bingung. “Maksud kamu ??”
“Hanya kamu yang bisa mengobati lukanya” sambungnya.
Sivia semakin tak mengerti. “Aku beneran ngga ngerti maksud kamu ?? dia dia siapa ??”
Gadis itu tersenyum cantik. “Dia, seorang lelaki yang sangat aku cintai. Dia begitu terluka saat aku pergi meninggalkannya. Dan hanya kamulah yang mampu menggantikan aku”
“Tapi aku…”
“Tolong, aku mohon padamu” gadis itu tersenyum untuk terakhir kalinya, sebelum dia meninggalkan Sivia. sendiri. Gadis itu, menghilang begitu saja.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
“Vin, loe mau ikut kagak ??” tanya Rio di telpon.
“Ikut kemana ?? nyalon ??”
“Ke rumah sakit dongdong”
“Hah ?? ngapain ??”
“Nemuin Ify. Dia ada disana. Sepupunya kecelakaan dans ekarang kritis. Makanya loe mau ikut kagak ?? gue buru buru soalnya” tanya Rio. Dari nadanya memang dia tampak tergesa gesa.
“Kalo loe lagi buruan ngapa pake telpon gue segala dongdong” cibir Alvin mengikuti Rio seperti tadi.
“Ahh loe kebanyakan bacot. Gue lagi di mobil. Pokoknya gue jemput loe sekarang juga. Loe kudu ikut titik !! bye, pulsa gue abis nih !!” tuttttt….sambungan telpon terputus. Alvin memandangi layar ponselnya seraya geleng geleng kepala. ‘Rio..Rio’.
3 bulan sudah sejak tragedi lilin di kamar Alvin. 3 bulan sudah Shilla pergi, benar benar meninggalkan Alvin. Tanpa menyisakan suara suaranya yang setia menemani Alvin seperti dulu. Awalnya Alvin belum terbiasa. Tapi dengan bantuan kedua sahabatnya, Rio dan Ify. Lama kelamaan, Alvin sudah bisa kembali menjadi Alvin yang dulu.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
TINNNN..3x
Klakson mobil Rio mengagetkan Alvin yang sedang bersiap siap di kamarnya. Dia harus cepat turun, kalo engga, Rio bakal nyeramahin kebiasaannya telat. Sebelum pergi, Alvin meraih figura foto Shilla. Di tatapnya sebentar, bibirnya mengulas senyuman. Setelah itu Alvin keluar menemui Rio.
@Rumah sakit
Rio berjalan cepat sekali. Ini gara gara Ify menelponnya tadi sambil menangis. Rio jelas panik. Alvin berjalan di belakangnya sampai kewalahan.
“Aelahhh..kalem Yo”
Tapi Rio ngga menanggapi. Alvin memutuskan untuk jalan santai. Hingga dirinya tertinggal Rio cukup jauh.
Sssssshhhh…
Suara apa itu ?? Alvin menghentikan langkahnya. Refleks dia berbalik. Tak ada siapapun. Alvin penasaran. Dia sempat berpikiran desahan halus itu adalah Shilla. Tapi tak mungkin ?? sekarang kan Shilla sudah tenang di alamnya. Alvin mengangkat bahu lalu melangkah kembali.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
“Ify, Rio ??” panggil Alvin ketika melihat keduanya sedang terduduk di depan kursi ICU. Alvin menghampiri mereka.
“Fy, loe kenapa ??” Alvin heran ngeliat mata Ify yang bengkak. Dia lagi menyenderkan kepalanya di pundak Rio.
“Sivia butuh darah. Darah di rumah sakit ini persediaannya habis. PMI lagi krisis pula..Ify bingung. Orang tua Sivia udah cerai dan sibuk sendiri sendiri” jawab Rio.
“Butuh darah ?? golongan darahnya apa ??”
Ify menatap Alvin nanar. “Darahnya A. sedangkan gue AB. Rio B”
“A ?? gue juga A..gue bersedia donorin darah gue buat dia” tutur Alvin. Ify menatapnya tak percaya. “Serius Vin ??”
“Serius lahh..kapan gue becanda”
“Yaudah ngga usah kebanyakan capcus. Kita ke ruangan dokter sekarang” ajak Rio. Alvin dan Ify menuruti.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
“Thanks ya Vin, berkat loe, Sivia ngga kekurangan darah lagi” kata Ify. Alvin tersenyum ikhlas. “Sama sama”
“Loe deket banget sama Via ya Fy ??” tanya Rio.
“Iyalahh..Via itu sepupu gue satu satunya. Kami deket sejak bayi. Tapi pas ortunya cerai, dia jadi kesepian. Makanya Via pergi ke Bandung. Disana dia tinggal sama eyang. Beberapa waktu lalu gue maksa dia buat main ke rumah gue disini, di Jakarta. Gue ngga tau kalo Via nyetir mobil sendiri. Dia bilang aja kalo dia bakal ke rumah gue. Sampe akhirnya yah..gue denger dia kecelakaan. Dan kritis..semua gara gara gue..gara gara gue” sesal Ify.
“Bukan salah loe Fy, sekarang kita berdoa aja supaya Sivia bisa sembuh” usul Alvin bijak. Dia pernah mengalami saat saat waswas seperti ini. Ya, saat sebelum Shilla meninggal.
“Gue bener bener butuh kalian..” lirih Ify. Rio merangkulnya dan bersandar di pundaknya.
“Kita ngga akan ninggalin loe Fy. Gue cowo loe dan Alvin sobat loe, kita selalu ada buat loe kapanpun” timpal Rio lembut. Alvin mengiyakan. Sesaat, mereka tenggelam dalam keheningan. Ify terlelap di pundak Rio, mungkin dia kelelahan. Rio juga ikut memejamkan matanya dengan kepala disandarkan kursi. Sementara Alvin berdiri dan menatap pintu ICU. Entah ada dorongan apa, tangan Alvin meraih hendel pintu, dan membukanya. Dia langkahkan kaki memasuki ruangan itu.
Alvin tertegun melihat gadis yang tergolek lemah tak berdaya. Kini posisi Alvin dekat sekali dengan ranjang Sivia. Alvin menatapi gadis yang masih koma. Hatinya turut mendoakan kesembuhan gadis yang belum dikenalnya ini. Entah mengapa, Alvin ngga mau mengalami kehilangan untuk yang kedua kalinya. Cukup Shilla saja. Alvin masih memandangi Sivia. kecantikan gadis itu makin terlihat jelas dalam keadaan terlelap. Tanpa make up sedikitpun. Alvin tersenyum. “Lekas sembuh”
2 kata sederhana yang diucapkan Alvin tanpa sadar, membawa kebahagiaan bagi seorang lain yang juga melihat Alvin di ruangan Sivia. sosok itu, sosok yang begitu menginginkan Alvin bahagia.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Kondisi Sivia mulai menunjukan kemajuan. Gadis itu telah mampu melewati masa kritisnya. Kini dia sudah dipindah ke ruang biasa. Hanya saja, Sivia belum sadar dari tidur panjangnya. Alvin, Rio dan Ify turut senang dengan kesembuhan Sivia yang berangsur angsur membaik.
“Vin, loe ke rumah sakit aja dulu. Gue nganter Ify balik. Sekalian ambil baju ganti sama buku buku juga. Oke ??” itu kata Rio saat di kelas. sepulang sekolah, Alvin memacu motornya menuju rumah sakit.
Sesampainya di kamar rawat Sivia. Alvin tanpa ragu ragu melangkah masuk. Walapun belum mengenal, Alvin merasa begitu dekat dengan Sivia. entah mengapa, Alvin juga tidak mengerti.
“Loe mengingatkan gue sama seseorang” gumam Alvin. Disentuhnya jari jari dingin Sivia perlahan. Ingatannya kembali ke masa dulu. Saat Alvin menggenggam tangan Shilla erat, memohon dengan sangat agar gadis yang dicintainya itu tak meninggalkannya. Sayang, permohonan Alvin tak dikabulkan.
Tangan Sivia bergerak pelan. Membuat mata Alvin terbuka dan mengaburkan ingatan masa lalunya tentang Shilla. Kini mata Alvin fokus dengan apa yang sedang dilakukan Sivia.
Perlahan tapi pasti. Sivia membuka matanya. Alvin tersenyum girang. Mata Sivia beralih ke Alvin. Pandangan mereka bertemu.
“Ka..kamu si..siapa..??” tanya Sivia lirih. Alvin lantas ngga menjawab pertanyaan Sivia, dia malah ngacir keluar ruangan guna memanggil dokter dan suster.
Beberapa menit kemudian
“Mana ?? Sivia udah sadar ??!!..ya ampunnnn Via…” seru Ify heboh. Tadi Alvin meng-sms dirinya mengatakan Sivia sudah sadar. Begitu mendapat sms dari Alvin, Ify langsung ngga tenang. Dia meminta Rio ngebut membawa mobilnya.
Ify sibuk memeluk Sivia. Rio menghampiri Alvin. “Gimana kata dokter ??”
“Kondisinya mengalami kemajuan” tegas Alvin.
“Syukur kalo gitu”
^^^^^^^^^^^^^^^^^
Sejak Sivia sadar, Alvin tak pernah absen menjenguk gadis itu. Dari perkenalan singkat, mereka menjadi dekat. Ify dan Rio sampai terheran heran sendiri. Apa posisi Shilla sudah tergantikan dengan adanya Sivia ?? entah..hanya Alvin yang tau.
Suatu malam, Alvin bermimpi. Di mimpinya, Alvin sedang terduduk tenang di tepi telaga. Telaga tempat favorit dirinya dengan Shilla dulu. Seperti biasa, sebuah harmonika menyertai dirinya jika Alvin sedang menyendiri. Dia tampak sibuk memainkan irama dari alat musik tersebut. Permainan Alvin berhenti. Dia membuka matanya karna merasakan ada sepasang tangan yang melingkari pundaknya dari belakang. Refleks Alvin menoleh ke belakang.
“Shilla !! Shilla..aku rindu kamu” Alvin bangkit dan memeluk Shilla. Tapi tunggu, tangan Alvin ngga bisa menjangkau tubuh Shilla.
“Ke..kenapa ??” tanya Alvin heran. Shilla tersenyum. “Karna dunia kita berbeda”
“Tapi tadi kamu bisa menyentuh pundakku ??”
“Itu hanya bisa dilakukan olehku Vin, ngga untuk kamu”
“Ini ngga adil”
“Kamu akan mengerti semuanya Vin”
“Tapi aku belum siap kehilangan kamu..sampai kapanpun ngga akan pernah siap”
“Ada seseorang disana yang membutuhkan kamu. Dia yang akan menggantikan aku di hatimu” tutur Shilla.
“Kamu ngga pernah terganti Shill..aku Cuma menyayangi kamu” suara Alvin bergetar.
Shilla menggelengkan kepala. “Hati kamu ngga bisa memungkiri itu Vin..aku mohon, jaga dia..kamu bisa. Aku juga sayang kamu..”
“SHILLA !!” Alvin terbangun, tepat saat tubuh Shilla menghilang sekejab di dalam mimpinya. Tubuh Alvin basah oleh keringat dingin. Apa maksud dari mimpinya itu ??.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
12 hari kemudian, Sivia sudah diperbolehkan pihak rumah sakit untuk pulang. Rio dan Ify sibuk mengurusi biaya administrasi. Hanya Alvin yang membantu Sivia mengemasi pakaian.
“Akhirnya pulang juga..suntuk gue di rumah sakit” kata Sivia. Alvin diam terpaku. Kata kata Sivia barusan, nyaris mirip dengan kata kata yang Shilla keluarkan dulu dalam kondisi yang sama ‘yee..akhirnya pulang juga..suntuk banget aku di rumah sakit’ begitu yang diucapkan Shilla. Sivia heran sendiri liat reaksi Alvin yang diam membisu.
“Vin..”
Alvin masih diam.
“Vin..Alvin !!” panggil Sivia lumayan keras. Alvin tersentak, nyawanya sudah kembali 100%.
“Apa apa ??”
“Loe kenapa sih ngelamun ?? ntar kemasukan setan rumah sakit lho..”canda Sivia. Alvin menggeleng seraya tersenyum.
@Rumah Ify
“Ya ampunnnn..Ify rumah loe kaya kandang dara tau ngga ?? ckck..” pekik Sivia pas liat rumah sepupunya kotor banget.
“Bawel amat loe..amat aja ngga bawel. Ntar deh gue suruh Bi Onah bersihin”
“Sekarang Bi Onah mana ??”
“Lagi gue suruh ke pasar”
“Ohh bagus deh. Eh, kalian mau minum apa ??” tanya Sivia pada Rio dan Alvin yang turut mengantarnya pulang ke rumah Ify.
“Mmm..apa aja deh. Yang penting seger” jawab Rio.
“Oke deh..”
“Via gue ikut ke dapur dong..mau ngerampok cemilan di kulkas..hehe piss Fy” ujar Alvin. Ify melengos.
@Dapur
“Aduhh..gue bikin es teh aja kali ya” gumam Sivia bingung karna dia ngga menemukan buah untuk dibikin jus, atau kopi. Yang tersisa hanyalah teh dan gula. Alvin baru saja memungut beberapa snack di kulkas Ify lalu mengampiri Sivia yang sibuk mengaduk teh.
Sivia selesai menaruh es teh di 2 gelas bening. Alvin memperhatikan saat Sivia membubuhkan 1.5 sendok makan gula ke dalam gelas. Lalu menaruh kepingan es persegi kecil berjumlah masing masing gelas 3 buah. Alvin tertegun. Cara Sivia membuat es teh barusan, sama persis dengan yang Shilla lakukan dulu. Dulu, setiap membuat es teh manis, Shilla selalu memasukkan 1.5 sendok makan gula ke dalam gelas. Dan tak ketinggalan 3 biji es batu.
“Kenapa loe..loe masukin 3 es sama 1.5 sendok gula ??’ tanya Alvin dengan suara gemetar.
Sivia tersenyum. “Ngga tau juga, dari dulu kalo gue bikin es teh ya takarannya selalu kaya gini. Ngga pernah kurang ngga juga lebih. Kenapa ??”
“Oh..ngga papa”
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Alvin mulai tak mengerti dengan situasi yang sekarang dihadapinya. Makin lama dia mengenal Sivia, makin dalam Alvin masuk ke kehidupannya. Pribadi dan beberapa kebiasaan Sivia yang tak asing baginya. Kebiasaan kebiasaan itu, mengingatkan Alvin pada cintanya dulu, Shilla. Alvin tak mengerti. Apakah ini semua kebetulan, atau…?? Dia teringat mimpinya dulu. Karna penasaran, Alvin memutuskan untuk ziarah ke makam Shilla.
“Apa Sivia yang dimaksud kamu dalam mimpiku dulu ??” gumam Alvin. Dielusnya pelan batu nisan Shilla. Dia sudah lebih tegar dan bisa menerima kepergian Shilla. Tak seperti dulu. Alvin menundukkan kepalanya. Berharap kini Shilla hadir juga bersamanya. Tapi dia ngga merasakan hawa hawa kemunculan Shilla.
“Alvin..” tegur seseorang. Alvin mengangkat wajahnya.
“Sivia ??” Sivia ikutan jongkok di samping Alvin. “Tadi gue boring di rumah. Gue sms Ify dianya lagi jalan sama Rio. Gue disuruh Rio buat jalan sama loe. Pas gue telpon ke rumah loe, kata bibik, loe lagi kesini. Yaudah gue susul. Habisnya gue penasaran. Hape loe juga pake ngga aktif segala” katanya.
Alvin ngga berkata apa apa. Jika dia berziarah, Alvin sengaja ngga meng-aktifkan ponselnya. Dia ingin menikmati kunjungannya ke ‘rumah’ terakhir kekasihnya itu.
“Dia siapa Vin ??” tanya Sivia. Alvin masih tetap diam.
@taman.
Selesai berziarah, Alvin membawa Sivia ke taman kota. Disana dia menjelaskan siapa Shilla. Alvin ngga mau membicarakan Shilla dengan orang lain di depan makam kekasihnya itu.
“Shilla itu seseorang yang sangat gue cintai. Satu satunya gadis yang mampu memenuhi hati gue” tutur Alvin.
“Dia..meninggal kenapa ??”
“Sakit”
“Maaf”
“Untuk ?”
“Karna gue udah bikin loe sedih”
“Bukan salah loe. Dari dulu gue udah bersedih dengan kematian Shilla”
“Loe..loe masih mencintainya ??” pertanyaan Sivia terdengar ragu. Rupanya dia sedikit cemburu. Ya, kebersamaannya dengan Alvin akhir akhir ini membuat Sivia tanpa sadar menyukai pemuda itu.
“Masih lah..cinta gue ke dia ngga akan pernah hilang. Dia cinta sejati gue..kalo gue ngga kuat, gue akan bunuh diri, nyusul Shilla ke alam sana” lirih Alvin. Sivia semakin sedih mendengarnya. “Apa ada kesempatan buat orang lain gantiin posisi Shilla ???”
Alvin menatap Sivia sebentar. Lalu mengembalikan pandangannya semula. “Entahlah”
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Entah bagaimana awalnya, saat Sivia bangun tidur, seuntai kalung berbandul jantung hati telah menggantung di lehernya. Dia sendiri ngga tau asal kalung itu darimana. Yang jelas di mimpinya selamam, gadis yang dulu sempat muncul di mimpinya, muncul kembali(bahasanya kok ribet amat yakk). Gadis itu mengatakan hal yang sama seperti yang dia katakan tempo hari dalam mimpi Sivia saat Sivia koma. Via mash mengingatnya, dia ingat, di leher gadis cantik itu, terpasang kalung yang bentuknya sama persis seperti yang dia kenakan saat ini. Sivia masih bingung. Siapa gerangan gadis itu ??.
Rio dan Ify ternganga malihat kalung yang dipamerkan Sivia.
“Itu..itu kan..” Ify memandang Rio.
“Kalian pernah liat kalung ini ??”tanya Sivia. keduanya mengangguk.
“Itu kalungnya Shilla !!”
“APA ??!!”
Disaat itu juga, Rio dan Ify menceritakan seluruhnya tentang Shilla. Tanpa terlupakan sedikitpun. Tak tertinggal pula foto Shilla. Rio menunjukkan foto sahabatnya kala masih hidup dulu. Sivia terkejut.
“Ya, cewe ini..cewe ini yang muncul di mimpi gue..dia..dia yang bilang gue harus jaga seseorang yang sangat berarti buat dia..” ujar Sivia. Rio dan Ify saling berpandangan. “Shilla pengen loe jadi pengganti dia buat Alvin”
Sivia terpaku.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Beberapa hari kedepan Rio memutuskan untuk bicara empat mata dengan sahabatnya.
“Intinya Shilla udah ngelepas loe sama Sivia” kata Rio.
“…”
“Gimana perasaan loe sama Sivia ??” tanya Rio lagi.
“Entahlah Yo…gue ngeliat Sivia kaya gue liat Shilla”
“Kenapa bisa begitu ??”
“Kebiasaan dan pribadi Sivia..mengingatkan gue sama Shilla. Mereka…begitu mirip. Sampe gue ngerasa kalo Shilla hidup lagi”
“Loe jangan gila deh Vin..Sivia ya Sivia..ngga ada Shilla dalam dirinya”
“Tapi nyatanya itu yang gue rasain Yo..gue akui gue ada rasa sama dia. Tapi gue ragu. Apa gue mencintai dia karna ada sosok Shilla dalam dirinya ?? gue bingung..”
“Shilla udah ngerelain loe sama Sivia Vin..Shilla udah dua kali ketemu Via di mimpi. Dan dua kali pula dia minta Via buat jagain loe”
Alvin menunduk. “Gue kesel sama diri gue sendiri Yo..kenapa gue susah banget buat meluruhkan Shilla Shilla di dalem diri Sivia..gue ngira dia itu Shilla. Gue mandang dia Shilla..Shilla, dia hidup lagi di raga Sivia”
BUKK..tonjokan keras mendarat di pipi Alvin. Itu dilakukan Rio bukan untuk menyakiti atau pelampiasan emosi. Akan tetapi sengaja dilakukan Rio agar Alvin sadar.
“Sadar Vin..Shilla udah ngga ada !! dia meninggal beberapa tahun lalu !! tepat disamping loe !!..dia ngga mungkin hidup lagi dalam bentuk apapun. Kapan loe bisa nerima itu ??!!” bentak Rio seraya mengguncang guncangkan pundak Alvin keras. Alvin hanya diam.
“Gue, Ify dan bahkan Shilla sendiri pengen loe kembali..loe kembali ke loe yang dulu !! ayoo lah Vin..loe bisa mencintai cewe lain selain Shilla. Kita tau seberapa gede rasa loe sama Shilla..tapi cwe lain juga penting Vin..Sivia..Sivia nyata buat loe. Bisa loe milikin..cinta loe sama Shilla akan terus ada..tapi loe juga harus sadar, kalo Shilla udah pergi. Ngga mungkin lagi loe milikin dia” terang Rio.
Alvin menyadari itu sedikit demi sedikit.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Malam itu, tanggal 25 februari, adalah ulang tahun Shilla. Alvin merayakannya dengan datang ke telaga sambil membawa harmonika. Sesampainya disana, Alvin mendudukkan dirinya di bangku yang biasa digunakannya duduk beresama Shilla dulu. Sekian lama Alvin memejamkan matanya. Sampai dia merasakan ada seseorang yang duduk disampingnya. Refleks Alvin membuka matanya. “Shilla”
Tapi sayangnya, dia bukan Shilla. Sosok itu nyata bagi Alvin. Sivia !!. sebuah booket bunga lili dan sebuah lilin memenuhi tangannya.
“Loe ngapain disini ??” tanya Alvin dingin.
Sivia ngga menjawab. Dia taruh rangkaian bunga lili di pinggir telaga. Dia biarkan bunga itu hanyut ke tengah telaga. Alvin menyernyitkan dahi, heran. Sivia kembali ke tempat duduk Alvin. Dan menaruh lilin yang dibawanya pada tangan kursi.
“Via..gue..gue..kalung itu ??” Alvin heran pas liat kalung yang melingkari leher Sivia.
“Kalung ini dikasih Shilla buat gue”
“Apa ?”
“Gue juga ngga tau caranya gimana. Susah dijelasin. Shilla udah berkali kali dateng ke mimpi gue. Dia pengen gue jagain loe. Dia pengen gue gantiin posisi dia di hati loe. Meskipun gue tau itu ngga akan pernah bisa”
Alvin menatap air telaga yang tenang. Hatinya merasa bersalah. Jujur, sejak Shilla meninggal, sulit bagi Alvin berpikir jernih. Dia ingin memiliki Shilla yang jelas jelas bayangan. Bukan sosok nyata.
“Kalo itu kemauannya Shilla, gue akan lakuin itu..demi dia” ucap Alvin lemas.
“Ngga Vin..gue ngga mau loe sama gue karna terpaksa. Gue pengen ada ketulusan. Gue sayang sama loe. Tapi kalo di hati loe masih penuh dengan Shilla dan Shilla…mending gue nyerah” sanggah Sivia.
“…”
“Gue ngga mau loe cinta sama gue karna amanat dari Shilla semata, atau karna gue mirip sama dia..gue pengen loe cinta sama gue karna gue Sivia..Sivia Azizah..bukan Shilla”
Alvin terdiam. Mungkin ini sulit baginya, tapi dia harus mencoba.
“Vi, gue lelah..boleh gue tidur di pangkuan loe ??” pinta Alvin layaknya anak kecil. Sivia mengangguk. Alvin merebahkan kepalanya di pangkuan Sivia. Nyamann..dan tenang. Keadaan ini mengingatkan Alvin pada Shilla. Mungkin karna kelelahan, Alvin tertidur. Dalam mimpinya, yang sekarang sedang memangku kepalanya adalah Shilla. Bukan Sivia. Shilla tersenyum pada Alvin..senyumannya manisss sekali. Alvin merasakan guncangan keras yang membuatnya terbangun. Alvin terkesiap, ngga ada sosok lain yang memangku kepalanya. Kepalanya berada di alas bangku. Sivia maupun Shilla ngga ada di sampingnya. Apa Alvin bermimpi ?? tapi aneh..lilin yang dibawa Sivia masih utuh dan menyala di tangan kursi.
“Alvin !!” panggil seseorang. Alvin menoleh. Rio, Ify dan…Sivia berjalan cepat kearahnya.
“Udah malem bro, loe harus pulang” kata Rio. Alvin ngga menanggapi. Dia malah justru mendekati Sivia.
“Loe..loe kenapa pergi ??” tanya Alvin. Sivia memandang heran. “Pergi ??”
“Kenapa loe tinggalin gue pas gue lagi tidur di pangkuan loe ??”
Sivia menatap Rio dan Ify, bingung. “Gue ngga ngerti..kapan gue kesini ?? kapan loe tidur di pangkuan gue ??”
“Tadi..tadi loe kesini, bawa bunga lili sama lilin..kita ngobrol sebentar..terus..terus gue tidur di pangkuan loe”
“Ngga mungkin Vin..daritadi Sivia sama kita” ucap Ify meyakinkan. Ngga ada kebohongan di matanya. Rio mengangguk setuju.
Seketika, Alvin merinding. Ada angin yang merambat ke tengkuknya. Dia merasakan angin itu merangkulnya dari belakang. Shilla kembali !!. Alvin terpaku. Sivia, Rio dan Ify ngga bisa berbuat apa apa karna mereka ngga melihat siapapun. Alvin menoleh ke belakang. Shilla tersenyum.
“Jaga Sivia..bukan untuk aku..tapi untuk kamu, dan hati kamu” pesannya. Shilla menjauhkan diri, lalu menghilang. Bersamaan dengan itu, lilin di tangan kursi padam. Alvin memperhatikan lilin itu..fuhhh..lilin mati seketika. Seperti ada yang meniupnya. Alvin teringat dulu, saat Shilla pergi. Lilin lilin yang dia nyalakan mati bersamaan dengan menghilangnya sosok Shilla selama lamanya. Dan kini Alvin sadar sepenuhnya, bahwa Shilla memang udah ngga akan kembali. Dia menitipkan Alvin pada Sivia.
“Alvin..” lirih Sivia pelan. Alvin menatap gadis itu begitu lama. Sampai dia menarik tangan Sivia ke dalam pelukannya.
“Jangan tinggalin gue…” ucap Alvin.
“Alvin..”
“Gue sayang sama loe..tolong jangan tinggalin gue. Cukup Shilla yang pergi..tapi loe jangan..tetaplah disini, sama gue”
“Vin..gue..”
Alvin menarik badannya dan menatap Sivia. “Loe mau kan ??”
Sivia masih diam. Terkejut saat Sivia melihat sosok Shilla dengan jelas di belakang Alvin. Shilla tersenyum seraya menganggukan kepala. Sivia membalas senyumnya. “Gue mau”
Semua yang ada disitu, tersenyum senang. Tak terkecuali Shilla..
-ENDING-
Maafff rada ngawur dan berbau mistiss..
Kalo yang udah baca hidupmu hidupku 1 pasti ngerti ceritanya..
Hohoho..
Keep koment ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar