Rabu, 11 Desember 2013

Potret Pasar Tradisional



Intoducing To EconomI













 













Di Susun Oleh :
Meti Prihatiningrum
Bussines Administration



POTRET PASAR TRADISIONAL

PENDAHULUAN

Pasar adalah tempat dimana sekumpulan pedagang menjual dagangannya. Adapun beberapa barang yang dijual di pasar diantaranya seperti sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, sembako dan lain sebagainya. Saat ini pasar dibagi menjadi 2 macam. Yakni pasar tradisional dan modern. Pasar modern biasa dikenal dengan supermarket. Lalu ada pasar tradisional. Pasar dimana orang bebas melakukan tawar-menawar dan barang yang dijualpun relatif lebih murah. Mayoritas masyarakat lebih menyukai pasar tradisional dibanding pasar modern. Lokasi pasar tradisional dapat berada ditempat yang terbuka atau bahkan dipingir jalan.
Di Indonesia, masih banyak pasar tradisional yang beroperasi. Saat ini pemerintah juga sedang sibuk menata pasar tradisional agar lebih nyaman. Agar pikiran masyarakat tentang pasar tradisional yang becek, bau, dan kotor bisa dihapuskan.
Di purwokerto sendiri ada cukup banyak pasar tradisional. Seperti pasar wage, pasar pon, pasar manis, pasar pahing, pasar cerme, pasar glempang, pasar larangan, pasar mersi, dan masih banyak lagi.




Ulasan tentang Pasar Cerme

Sekarang, saya akan membahas salah satu dari nama-nama pasar yang saya sebutkan diatas, yakni pasar cerme. Pasar yang terletak di perempatan purwosari ini luasnya tidak sebesar pasar wage. Tapi juga tidak terlalu kecil. Lumayan banyak bisa menampung pedagang yang berjualan disitu. Pada masa dulu, pasar Cerme tidak sebesar sekarang. Pedagang di pasar ini tidak hanya beroperasi di dalam pasar saja tetapi ada juga yang berjualan di luar pasar. Di sekitar pasar ini juga terdapat toko-toko yang seakan melengkapi kehidupan pasar tersebut seperti minimarket, pegadaian, rumah makan, toko emas, dan masih banyak lagi.






Seperti halnya pasar lain, pasar cerme juga diisi oleh bermacam pedagang yang menjual berbagai macam barang kebutuhan. Untuk masalah kebersihan, sudah menjadi hal yang tidak mengherankan lagi apabila bau dan becek menjadi ‘teman’ dari pasar tradisional.
 


 















Saya mengunjungi pasar ini pada pukul 06.30 pagi, pasar ini sangat ramai oleh lalu lalang kendaraan dan pembeli.
Saya berhasil mewawancarai beberapa pembeli dan penjual. Berikut hasil wawancara kami :
·         Mengapa lebih memilih belanja di pasar tradisional?

“Karena harga disini murah dan lokasinya mudah dijangkau”

·        - Bagaimana keadaan pasar Tradisional ini?

“Kotor, kurang rapi, terkadang bau. Tapi saya sudah terbiasa wong disini harganya lebih murah”

·        - Kenapa ibu lebih suka untuk berjualan di pasar tradisonal?

“ Karena pelanggan saya sudah banyak yang disini.Selain itu disini juga lebih banyak peminatnya”

·       -  Apa yang anda lakukan untuk mempertahankan pelanggan anda dalam persaingan di pasar tradisional?

“ Di sini setiap pedagang sudah punya pelanggan masing-masing walaupun 1 pembeli tiap pedagang. Selain itu saya juga mempertahankan kualitas dari dagangan saya“

·       -  Merasa terganggu dengan pasar modern tidak?

“Terganggu sih enggak, karena walaupun banyak pasar modern tetapi pasar ini tetap tidak pernah sepi pelanggan”









Demikian saya menarik kesimpulan bahwa :

Banyaknya pasar modern, Mall dan sejenisnya tidak berdampak terlalu besar bagi eksistensi pasar tradisional karena pelanggan pasar ini enggan untuk meninggalkan pasar tradisional dikarenakan harga yang relatif murah dan lokasi yang mudah dijangkau. Selain itu fungsi dari pasar tradisional bukan hanya sebagai tempat aktifitas jual beli tetapi juga sebagai warisan budaya Indonesia yang sudah ada dulu. Banyaknya pusat perdagangan yang lebih modern membuat pasar Tradisional harus mampu mempertahankan eksistensinya.

Dalam usaha mempertahankan eksistensi pasar tradisional, berbagai pihak bekerja sama untuk menghilangkan citra buruk pasar tradisional yang jorok, bau, dan kotor yang menyebabkan minoritas orang enggan kesini. Serta adanya kerjasama yang baik antara para pengelola pasar,para penjual dan para pembeli. Ini mungkin salah satu cara agar pasar tradisional tidak tergilas oleh pasar modern.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar